Chapter 4

3 2 0
                                    

"Itu misi ku pulang " Kami agak membuka mulut kaget sekaligus penasaran karena perkataan sersan zainal...

Arya mengerutkan Keening "maksudnya? "

"Mencari mereka,  mencari persembunyian dan menghabisi pimpinan mereka... Ini rahasia, aku memberi tau kalian, karena  tentu saja kalian sudah terlibat dalam masalah ini. "

Aku menunduk semakin merasa bersalah..  "Ini salah ku"
Farah mempererat genggaman nya... 
Arya menghela nafas " Seharusnya kau tau cara yang terbaik bukan ceroboh begini,  apa kesulitan itu bisa diselesaikan dengan keburukkan?  Dan apa cara yang buruk akan membuat mu menjadi lebih baik?  Tidak...  Semua dosa akan berakibat,  dan akibatnya bukan milik kita sendiri,   tapi juga orang lain akan mendapat akibatnya... "
Aku menggigit bibir bawah ku,
Iko menduduk menghela nafas " Kalo kita bisa mengulang waktu,  tapi itu tak mungkin kan?  Kita hadapi masalah ini,  dan jangan pernah lari, sebagai teman -teman Sarah kita harus menyelesaikan semua ini agar tak banyak lagi yang terlibat.. "

Seharusnya aku sadar saat itu.. Mengapa aku melakukannya?  Kenapa?  Aku hanya perlu berfikir dan berusaha sebentar untuk melewati masa sulit.. Tanpa harus melakukan hal yang tak berguna ,  menyenangkan orang lain,  menghinakan diriku...  Banyak cara mulia di depan kita..  Mengapa harus memilih jalan yang buruk?  Andai aku sadar saat itu...

Kami pun segera melapor pada warga dusun tanpa memberitahu aib ku untuk bersiaga dan membantu membereskan mayat-mayat berapa orang yang pagi itu menyerang ku dengan Iko..

***

Hari itu menjadi  hari paling menggelisahkan pada hidup ku,  di kerumuni rasa bersalah,  rasa khawatir dan mata-mata penduduk dusun yang menatap ku dengan rasa dengki dan benci yang sebenarnya sudah tau masalah ku...  Kenapa tak sadar saat itu?...

....

Sempat aku menceritakan masalah ku dan kekhawatiran ku pada Farah,  fitri dan makcik syifa ,   salah satu bibiku...  Sama jawaban mereka dengan perkataan arya pagi itu..  Sampai hatiku berkata pada diri sendiri..  Sarah,  jika kau tanya kan pada laut dan gunung pun semua kan berkata "salah  tetaplah salah " Tapi apa yang membuat ku masih ragu?, bahkan berniat untuk tetap bertahan pada jalan setan itu?
Dan bagaimana jika ke khawatiran ku jadi kenyataan?  Mereka akan terus mengejar ku,  dan akan melukai teman-teman ku?...
.....

Ternyata benar saja,  malam harinya seisi dusun riuh gaduh sana sini...  " Lisa diculik lisa diculik.... " Bincang mereka...

Aku bertanya pada salah satu warga yang masih kerabat ku,  seisi dusun ini mempunyai hubungan kerabat satu sama lain,  meski tidak pun,  kami sesama tetangga , keluarga ,teman di tuntut dan dididik untuk saling mengasihi,  satu perkataan dari salah satu datok ku, datok ali namanya "jika kau melukai,  menyakiti,  menggunjing,  mendengki dan mengiri,  semua akan berbalik ke kau,  karena kalian satu..

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim) "

"Ada apa makcik? " Aku mengelus punggungnya mencoba menenangkan yang sedang panik bercerita.. 
"Anak wak zubaida diculik  empat orang dengan baju serba hitam selepas maghrib tadi.. "
"Siapa yang mencarinya? "

"Zainal"
"Sudah tau dimana anak wak zubaida dibawa? "
"Pinggir sungai" Sahut lawan bicaranya..

Aku langsung bergegas pergi ke pinggir sungai dengan membawa sebatang balok panjang....

"Sarah,  mau kemana? "  Fitri Berteriak bertanya dari depan pintu rumahnya

"Mengejar mereka... " Jawabku tegas...

"Kamu tau kan msalah yang terjadi sekarang? "..
Fitri mengambil parang panjang mengikuti ku....

.....
Di tepi sungai,   sekitar dua belas meter didepan ku dan fitri nampak jelas tiga orang bertarung melawan enam mungkin tujuh orang di bibir sungai...  Langkah ku dan fitri terhenti menatap mereka...  Satu orang memegang batang besi menahan parang yang hendak menebas kepala nya,  menangkap gagang parang dan memelintir tangan lawannya hingga patah,  merebut parang lalu mundur tiga langkah,  lawannya mencoba meninju uluh hati pria tinggi besar dengan batang besi di tangan kanan dan parang di tangan kiri nya...  Orang itu menendang paha lawannya hingga berlutut lalu sigap menebas batang leher nya hingga kepalanya meloncat ke sungai...

Lawan lain mencoba menerjang punggung orang tinggi besar itu dan berhasil,  setelah berapa tendangan yang menyasar pada pinggang,  punggung bawah dan punggung atas membuat keseimbangan orang itu goyah,  parangnya berhasil direbut..
Tapi dengan cepat orang itu berbalik badan,  meninju keras rusuk berlanjut pada dagu lawannya...  Mencekik,  dan membanting lawan ke sungai,  terhantam gundukan tanah keras hingga jelas terlihat lawannya menggelepar lalu tewas...

Aku dan fitri hendak melangkah membantu..   Tapi " Kreekk " Suara ranting patah dari arah kanan terdengar jelas,   kami berdua berbalik ke arah suara itu datang....
.....
Pisau belati tajam dilesatkan cepat  ke perut ku, ....
Beruntung tangan pemegang pisau itu terhenti saat lima centimeter lagi hendak menikam lambung ku,  fitri menancapkan parang ke kepalanya,  menarik paksa parang hingga seluruh isi otak melompat keluar "Crrraakk! " Darah bermuncratan.
Dari  arah belakang seseorang hendak mengait leher fitri dengan sebuah celurit...  Dengan cepat aku menarik balok ku memukul rusuknya,  kakinya lalu rahangnya,,   fitri mengakhiri menebas leher pria berbaju serba hitam itu...  Aku merebut celurit nya.

Setelah dua lawan tewas,  kami langsung bergegas berlari ke bibir sungai..  Tapi,  tak disangka seseorang menendang punggung fitri  hingga tersungkur..   Aku membantu fitri bangun memberi isyarat,  fitri mengangguk mengerti..
Kami berdua  melesat menyerang orang berbadan tinggi kurus yang menyiapkan tendangannya yang kedua,   "argh...  Hyakkk  warrghh arghh,  craakkk! " Aku mengait kaki orang itu hingga setengah putus,  menebas kemaluannya,  dan fitri menusuk dadanya hingga tembus sampai punggung..

Kami berdua langsung berlari ke bibir sungai...  Sampai di bibir sungai tampak pertarungan telah selesai..  Terlihat satu mayat anak kecil terkapar di tanah,  6 orang mayat orang dewasa dan satu orang yang berlutut diikat tangannya oleh tiga orang lainnya yang ternyata sersan zainal,  Iko dan arya..
"Sersan! " Aku dan fitri menghampiri mereka bertiga..

"Kelompok bangun" Sersan zainal menatap tajam seseorang yang sedang di genggam Iko kepalanya "dimana markas kalian!? " Bentak sersan zainal...

Orang itu tertawa "hidup itu kadang mengejutkan,  kemarin lu masih ketawa di rumah tapi sekarang sudah berurusan dengan darah... "
"Katakan!" bentak Iko.

"Kalo lu mau tenang jangan nyerah " Matanya melirik ke pulau seberang..  "Hadapi masalahnya gimanapun lu tersiksa,  haha,  anjing lu! " Orang itu menelan ludah lalu tewas..

"Racun " Sersan zainal menendang kepala.mayat yang masih berlutut itu..

Sersan menatap tajam ke arah sungai
" Bajingan! "

Arya menggendong mayat anak kecil tadi,  "kita urus ini"
Kami segera pulang,  sersan,  Iko dan arya mengurus kejadian malam itu ,  sedangkan aku dan fitri langsung pulang ke rumah..

***

Didepan pintu yang sedikit terbuka,  cahaya lampu sampai pada bawa telapak kaki ku,  sayup-sayup lirih suara aku dengar jelas....  "Mak,,  kapan adek bisa sekolah lagi? " Aku kenal persis suara itu adalah suara arly,, adikku sedang mengaduh keluh pada mak...
"Sabar...  " Hanya kata itu yang terdengar lalu dilanjutkan tangisan kecil arly...

Aku menggenggam tangan ku keras...  Kegelapan itu mulai datang lagi, ntah sepertinya aku sudah dirasuki setan-setan busuk.... Airmata tak terasa mengalir melembabkan pipi..

****

kabutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang