CHAPTER 2

2K 278 33
                                    

Pemuda itu termenung di sudut ruangan. Matanya melihat ke arah jendela, namun pikirannya menerawang mengingat pembicaraan dengan orang tuanya tadi pagi.

"Kami memutuskan pernikahanmu akan dilaksanakan dalam waktu dekat di tahun ini, Putra Mahkota." Raja Seungcheol berkata tanpa basa-basi segera setelah ia menghabiskan sarapannya.

Putra Mahkota Wonwoo hampir saja tersedak mendengar ucapan ayahnya itu. "Bukankah pernikahanku akan dibahas nanti setelah kuliahku selesai? Kenapa tiba-tiba aku harus segera menikah? Ini baru tahun kedua aku kuliah, Ayah," protes Wonwoo.

"Seharusnya begitu," ucap Raja Seungcheol sambil menghela nafas. "Tapi kesehatanku terus memburuk. Hasil pemeriksaan Dokter Istana menyatakan bahwa aku menderita Neuroglycopenia."

Kekagetan terlihat pada sorot mata Wonwoo saat mendengar ayahnya menderita penyakit serius. Saat itu juga ia tahu bahwa ayahnya tidak main-main soal pernikahannya ini.

"Aku tahu kau cukup pintar untuk mengerti kenapa pernikahanmu harus dilaksanakan segera, Putra Mahkota." Raja Seungcheol meneguk teh nya lalu berkata, "Sebenarnya sudah ada kandidat Putri Mahkota dari wasiat almarhum Raja Seung Jo. Beliau berjanji akan menjodohkan Putra Mahkota dengan cucu teman baiknya, apabila ternyata anak itu terlahir sebagai omega. Tapi kalau kau sudah memiliki seseorang yang kau inginkan menjadi Putri Mahkota, aku dan ibumu akan mempertimbangkannya."

"Beri aku waktu untuk berpikir, Ayah." Selera makan Wonwoo mendadak hilang memikirkan tentang pernikahannya.

Raja Seungcheol melirik ke arah Ratu Nayoung yang menganggukkan kepalanya. "Kuberi waktu satu minggu untuk memikirkannya. Kita tidak bisa mengulur waktu lebih lama lagi, Putra Mahkota."

"Baik, Yang Mulia," ucap Wonwoo acuh tak acuh.

Berbagai perasaan berkecamuk di hati Wonwoo saat mendengar ayahnya sakit dan memintanya untuk menikah. Sejak mendapat gelar Putra Mahkota, ia tumbuh dengan segala tuntutan untuk menjadi sempurna dari orang disekitarnya terutama orang tuanya. Kasih sayang dan kehangatan keluarga adalah hal yang langka dalam hidupnya. Hanya kedekatan dengan neneknya dan kakak perempuannya yang seakan menjadi penghangat di suasana istana yang dingin.

Dan sekarang aku harus memulai rumah tanggaku sendiri?

Wonwoo mendesah untuk kesekian kalinya. Ia berharap gadis yang saat ini dekat dengannya mau menerima lamarannya, karena kalau tidak, ia akan menikah dengan orang yang sama sekali tidak dikenalnya.

"Hei Wonwoo, sebentar lagi siswa-siswa dari jurusan lain akan datang. Ayo kita siapkan alat-alatnya."

Wonwoo menghentikan lamunannya saat seorang laki-laki berparas tampan khas campuran Asia-Kaukasia menghampirinya.

"Kau duluan saja, Vernon. Aku mau ke toilet dulu baru setelah itu menyusul," sahut Wonwo.

"Oke bro, jangan lama-lama. Kau kan sutradaranya," ucap Vernon.

Wonwoo mengangguk singkat lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar bersama Vernon.

•••

Soonyoung berjalan dengan santai sambil menikmati musik dari earphone nya di koridor gedung Fakultas Seni Rekam. Ia sedang mencari ruang aula tempat dilaksanakan gladi bersih acara kolaborasi antar jurusan di Pledis Art University. Sesekali ia melihat sekeliling, mengagumi interior dalam gedung itu. Rasa iri muncul saat ia menyadari kalau kondisi gedung itu jauh lebih baik daripada gedung-gedung fakultas lain.

Pasti gara-gara Putra Mahkota kuliah disini, tebak Soonyoung.

Tangannya sedari tadi mecoba untuk membuka tutup botol Cola pemberian Seungkwan --yang telah dikocok Seungkwan sedemikian rupa-- tapi tidak berhasil juga. Soonyoung berhenti sejenak sambil mengumpulkan energinya. Ia mengarahkan botolnya ke depan lalu memutar tutupnya sekuat tenaga dan tersenyum saat merasakan tutup botol itu mulai terbuka.

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang