CHAPTER 18

1.7K 258 176
                                    

Soonyoung mengusap kuda jantan bersurai cokelat yang akan dia tunggangi. Pagi itu dia berencana untuk berlatih berkuda ditemani dayang dan joki istana. Hanya saja kali ini dia tidak berlatih di area pacuan kuda, tapi di kebun belakang istana yang sangat luas. Dia bermaksud berkeliling sambil menikmati pemandangan dan menghirup udara pagi.

Suara derap kuda terdengar mendekat ke tempat Soonyoung berdiri. Soonyoung memberengut iri kepada dua lelaki yang terlihat gagah di atas kuda tunggangannya itu. "Kalian baru akan mulai bermain *Gyukgu?"

Mingyu mengangguk. "Wonwoo bilang dia mau membalas kekalahannya terakhir kami bermain."

"Sebelum itu kau juga kalah denganku, jadi skor kita satu sama," timpal Wonwoo. "Kau akan berlatih sekarang?" tanya Wonwoo kepada Soonyoung.

Soonyoung mengangguk. "Hm. Lihat saja nanti kalau aku sudah mahir, aku akan ikut kalian bermain. Siapa tahu aku bisa mengalahkan kalian."

Wonwoo dan Mingyu tertawa. "Jalanmu masih panjang, Soonyoung. Setidaknya coba pacu kudamu agak kencang tanpa kehilangan kendali, baru setelah itu kau boleh bermulut besar." Wonwoo tersenyum miring.

Soonyoung mendengus keras. "Dimengerti, Yang Mulia," jawab Soonyoung kesal.

"Kalau begitu kami pergi dulu, Soonyoung," ucap Mingyu.

Soonyoung melambaikan tangannya. Kedua pangeran itu memacu kudanya menjauh. Mereka akan bermain di kebun belakang istana juga tapi di area yang berbeda sehingga Soonyoung hanya bisa melihat dari kejauhan.

Setelah itu Soonyoung menunggangi kudanya perlahan-lahan sambil mendengarkan instruksi dari joki istana. Selang beberapa lama, Soonyoung merasa lebih dapat mengendalikan kuda yang ditungganginya. Dia mencoba memacu kuda itu sedikit lebih kencang. Soonyoung tersenyum sumringah karena merasa ada kemajuan. Namun, dia tidak menyadari ada batu yag cukup besar di jalan setapak jalurnya berkuda. Kuda yang ditunggangi Soonyoung oleng dan meringkik kaget yang membuat Soonyoung hampir jatuh dari sadelnya.

Sementara itu, Wonwoo dan Mingyu sedang memacu kuda mereka sekencang mungkin untuk berebut memukul bola. Suara ringkikan kuda yang kencang mengalihkan sejenak pandangan mereka. Dari kejauhan, mereka dapat melihat kuda Soonyoung yang oleng hampir menjatuhkan penunggangnya. Konsentrasi mereka buyar karena takut Soonyoung terjatuh. Kedua pangeran itu terlambat menyadari saat kuda yang mereka tunggangi bersisihan terlalu dekat hingga akhirnya tabrakan terjadi. Akibatnya Wonwoo dan Mingyu terlempar dari atas sadel.

"Yang Mulia!"

Teriakan panik dari kasim dan dayang yang berada disana pun terdengar. Mereka segera berlari ke arah jatuhnya penunggang. Soonyoung yang baru saja berhasil menenangkan kudanya terkejut mendengar suara debaman orang terjatuh dan teriakan dari para pelayan istana. Matanya semakin melebar menyadari Wonwoo dan Mingyu terjatuh dari kudanya.

Soonyoung memacu kudanya. Saat ia dekat dengan lokasi jatuh kedua pangeran itu, dia segera turun dari sadelnya. Dia berlari ke arah Wonwoo jatuh dan melihat suaminya itu sudah dikerumuni para pelayan istana. Sepertinya Wonwoo akan dibawa ke dokter istana untuk mendapat pertolongan pertama.

Sekilas mata Soonyoung juga menangkap pemandangan Mingyu yang masih berguling di tanah tanpa ada seseorang yang menolongnya. Soonyoung akhirnya memutuskan menghampiri Mingyu terlebih dahulu karena sudah banyak yang menolong Wonwoo saat ini. Dia mengulurkan tangan pada Mingyu yang masih merintih kesakitan dan berusaha bangun.

Mingyu merutuk dalam hati karena kepalanya pening dan kakinya sakit saat akan bangun. Kekesalannya bertambah karena tidak ada seorangpun yang segera membantunya. Sampai jari-jari berisi dan halus seperti tangan anak-anak terulur ke depan wajahnya.

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang