"Jadi kau adalah Pangeran Mingyu putra dari almarhum Putra Mahkota Seungwoo?"
"Hm," angguk Mingyu. "Kau bisa memanggilku Mingyu. Aku seumuran dengan Wonwoo, jadi kita juga seumuran."
Setelah rasa kaget Soonyoung terjawab, dia dan Mingyu duduk bersebelahan dan mengobrol santai. Dia tidak menyangka akan bertemu sosok tinggi dan tampan yang dulu ia jumpai di ruang Rektorat. Walaupun baru sekali bertemu, ia yakin kalau siapapun akan mengingat sosok semenarik ini bila bertemu untuk kedua kalinya.
"Apa setelah ini kau juga akan tinggal di istana?"
"Tidak." Mingyu menggeleng. "Aku tetap akan tinggal diluar istana, tapi setiap hari aku akan ke istana untuk memberi salam dan menemui Ibu Suri."
"Kenapa? Bukankah kau seorang pangeran juga? Pewaris tahta kedua malah."
"Justru itulah alasan utama aku tidak tinggal di istana. Menurut peraturan kerajaan, semua pangeran yang menjadi calon pewaris tahta selain Putra Mahkota harus tinggal diluar istana. Kecuali ada kondisi-kondisi tertentu yang mengharuskan pewaris tahta yang lainnya hidup di istana."
"Apa alasannya mereka membuat peraturan seperti itu?" tanya Soonyoung penasaran.
Mingyu tersenyum simpul. "Karena aku adalah asuransi apabila terjadi sesuatu dengan Putra Mahkota. Contohnya, apabila terjadi kebakaran di istana, kemungkinan kami berdua bisa sama-sama tewas apabila tinggal di tempat yang sama. Itu berarti keluarga kerajaan akan kehilangan semua pewaris tahtanya." Mingyu menyandarkan punggungnya ke bangku taman. "Mereka tidak bisa membiarkan itu terjadi. Bila pewaris tahta utama meninggal, maka pewaris tahta yang lain harus tetap hidup. Aku dan Wonwoo juga tidak bisa menaiki kendaraan yang sama atau pesawat yang sama. Untuk berjaga apabila terjadi kecelakaan."
"Ah ... jadi begitu." Soonyoung menggaruk tengkuknya.
Bagaimana bisa dia bicara soal hal yang tragis dengan santai dan tersenyum tanpa beban seperti itu? Jangan-jangan dia sama sintingnya dengan Wonwoo. Soonyoung bergidik.
"Ngomong-ngomong kapan kau akan mulai kuliah?" tanya Soonyoung.
"Aku harus mengikuti tes-tes persamaan dulu. Masuk kuliahnya nanti setelah liburan musim panas di semester selanjutnya. Kalau kau?"
"Aku dan Wonwoo akan ke kampus untuk mengikuti ujian semester yang akan dimulai sebentar lagi. Um ... bagaimana suasana di kampus saat ini? Maksudku, apa kau mendengar reaksi mahasiswa yang ada disana tentangku soal pernikahan ini?"
"Oh, aku hanya mendengar sekilas saat melewati kerumunan orang-orang seperti bagaimana bisa kau punya hubungan khusus dengan Putra Mahkota, keluarga kerajaan akan runtuh karena kau jadi Putri Mahkota ..." Mingyu menoleh untuk melihat reaksi Soonyoung.
"Be-benarkah?" Mata Soonyoung melebar.
"Pfft ... hahaha. Kau percaya?"
"Astaga kau bercanda?"
"Tadi wajahmu terlihat murung jadi aku bercanda sedikit untuk menghibur, eh kau malah percaya. Hahaha menggemaskan sekali."
"Yak! Itu karena komentar seperti itu banyak berseliweran di media sosial sejak aku diumumkan jadi Putri Mahkota, jadi ya aku kira kau serius," kilah Soonyoung.
"Apa itu yang membuatmu murung?"
Soonyoung mengalihkan pandangannya. "Hm," angguk Soonyoung. "Dan hal-hal yang lain juga."
Hening sejenak. "Seperti dugaanku, kau bukan tipe-nya Wonwoo."
"Tentu saja aku bukan tipe-nya Wonwoo. Penduduk Korea akan terguncang kalau ternyata orang sepertiku adalah tipe-nya," jawab Soonyoung acuh tak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perhaps Love
FanfictionSoonyoung, seorang omega laki-laki yang menyembunyikan identitas dengan impian menjadi seorang penari dan koreografer profesional. Suatu hari dia mendengar kabar yang mengejutkan dari orang tua dan pihak Kerajaan kalau ternyata kakeknya dan almarhu...