Pemuda bermata sipit menukik itu duduk menatap ke depan sambil memainkan ujung lengan panjang kemejanya. Ekspresinya terlihat tenang walaupun matanya agak sembab. Sosok pemuda berkulit kecoklatan di sebelahnya duduk diam menanti dengan sabar. Memberi waktu sampai pria omega di sebelahnya itu menenangkan diri.
"Duduk diam sambil menikmati pemandangan dari rooftop gedung kampus cukup menyenangkan, tapi apa kau tidak lapar? Aku mengajakmu untuk makan siang kalau kau lupa." Mingyu membuka pembicaraan.
Soonyoung tersenyum kecil dan menoleh perlahan. Menyadari kalau pemuda alfa di sebelahnya mencoba mencairkan suasana agar tidak canggung. "Kau mau ke kantin sekarang?"
"Setelah kau menangis tersedu-sedu? Tidak. Lagipula aku mengajakmu makan bersama hari ini untuk memamerkan bekal yang aku masak sendiri." Mingyu mengeluarkan lunch box dari tote bag yang dibawanya. Doshirak* yang dibuat Mingyu terdiri dari kimbap, nasi, sayuran, telur, daging, dan tentunya kimchi. Dia menatanya dengan rapi sehingga menggugah selera makan siapapun yang melihatnya.
"Daebak ... Kau benar-benar memasaknya sendiri? Kau yakin bukan koki pribadimu yang memasaknya?" tanya Soonyoung setengah tidak percaya.
Mingyu tertawa maklum. "Kau boleh saja tidak percaya, tapi memasak adalah salah satu hobiku. Tentunya tidak setiap hari aku memasak. Hanya ketika ingin saja. Biasanya aku memasak makanan Eropa waktu dulu masih tinggal di Inggris. Kali ini aku ingin mencoba resep makanan Korea jadi aku minta tolong coba kau cicipi."
Soonyoung mengambil sumpit lalu mulai mencicipi. "Wah, ini enak!"
"Makan yang banyak kalau begitu. Kau mulai kehilangan pipi tembammu."
Soonyoung hanya bisa tersenyum mendengarnya. Setiap hari dia selalu disuguhi makanan yang enak, jadi bukan salah menu makanannya kalau berat badannya terus turun. Entah kenapa beberapa minggu terakhir ini selera makannya seakan menguap. Perutnya merasa penuh hanya dengan makan beberapa suapan. Dia tidak mau memaksakan makan banyak karena takut akan memuntahkannya.
"Aku sudah kenyang." Soonyoung meletakkan sumpitnya.
"Kau yakin?" dahi Mingyu mengernyit.
"Hm. Terimakasih Mingyu, bekal yang kau buat ini enak."
Mingyu mengangguk pasrah. "Apa beban pikiranmu seberat itu sampai kau kehilangan selera makan dan ... menangis seperti tadi?"
"Ah itu ..." Soonyoung menggaruk tengkuknya salah tingkah, "mungkin karena lelahku sudah memuncak. Maaf, aku benar-benar malu karena sudah tersedu-sedu di depanmu tadi."
Mingyu menggeleng. "Tidak masalah." Dia diam sejenak sebelum membuka mulutnya kembali. "Apa Wonwoo masih belum menghubungimu sampai sekarang?"
Sorot mata Soonyoung terlihat lebih sendu. "Hm."
"Dia memang bisa menjadi brengsek kalau dia mau." Mingyu mendengus.
Soonyoung terkekeh pelan. "Kau tahu, ketika aku menerima perjodohan ini aku membayangkan berbagai skenario yang mungkin terjadi saat aku menjadi Putri Mahkota. Setelah menikah, setidaknya sampai saat ini, ternyata yang terjadi tidak seburuk bayanganku."
"Benarkah?"
"Memang berat, bahkan sangat berat sampai kadang terlintas ingin menyerah atau kabur, tapi skenario yang kubayangkan dulu jauh lebih jauh lebih berat ... jauh lebih menyakitkan. Aku berpikir kalau keluarga kerajaan bisa menyiksaku sedemikian rupa kalau mereka mau. Nyatanya tidak seburuk itu, mereka hanya berharap omega terbaik yang menjadi seorang Putri Mahkota. Setelah beberapa bulan ini menjalaninya, aku merasa maklum dan dapat mengerti alasan mereka. Tidak sembarangan orang bisa menjadi Putri Mahkota."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perhaps Love
FanfictionSoonyoung, seorang omega laki-laki yang menyembunyikan identitas dengan impian menjadi seorang penari dan koreografer profesional. Suatu hari dia mendengar kabar yang mengejutkan dari orang tua dan pihak Kerajaan kalau ternyata kakeknya dan almarhu...