CHAPTER 15

2K 267 136
                                    

Pagi itu Soonyoung berjalan menyusuri koridor istana dengan terburu-buru. Ia ingin berlari supaya cepat sampai ke tujuan, tapi bibirnya mengerucut mengingat peraturan yang melarang bangsawan untuk berlarian di koridor istana. Semua ini karena Wonwoo yang meninggalkannya duluan tanpa pemberitahuan. Padahal biasanya mereka pergi bersama untuk memberi salam kepada tetua setiap pagi.

Padahal kalau aku dilabeli mertua sebagai menantu yang tidak baik, dia juga yang akan repot! gerutu Soonyoung.

"Putri Mahkota datang untuk memberi salam, Yang Mulia." Seorang dayang mengumumkan kedatangan Soonyoung.

"Masuklah," jawab Ibu Suri Jihyo.

"Selamat pagi, Yang Mulia. Maaf aku terlambat." Soonyoung membungkuk hormat sebelum duduk di sebelah Wonwoo.

Ibu Suri Jihyo tertawa kecil. "Tenang saja, Putri Mahkota. Kau tidak terlambat, tapi Putra Mahkota yang menemui kami lebih pagi untuk menyampaikan sesuatu."

"Ah, syukurlah kalau begitu, Yang Mulia." Soonyoung menghembuskan napas lega.

"Putra Mahkota datang lebih pagi karena dia ingin meminta ijin kepada kami agar kalian bisa menginap di rumah besan selama beberapa hari. Aku senang mendengarnya, karena dia bisa belajar hal baru dari lingkungan yang berbeda. Hal itu akan berguna jika kelak dia menjadi seorang raja," ucap Raja Seungcheol.

"Sebenarnya sudah tradisi di keluarga kerajaan untuk tinggal di rumah besan selama beberapa hari setelah upacara pernikahan. Putra Mahkota memikirkan waktu yang tepat agar tidak mengganggu jadwal, karena itu dia baru menyampaikannya hari ini," tambah Ratu Nayoung.

"Kau akan pulang ke rumahmu bersama Putra Mahkota selama tiga hari dua malam. Bagaimana menurutmu, Putri Mahkota?"

Soonyoung tidak bisa menahan senyum lebarnya. "Saya sangat senang mendengarnya. Terima kasih banyak, Yang Mulia!"

Setelah selesai memberi salam kepada tetua, Soonyoung dan Wonwoo kembali ke kompleks kediaman mereka. Soonyoung tidak langsung kembali ke area pribadinya. Dia memilih mengikuti Wonwoo sampai ke ruang kerjanya.

"Terimakasih, Wonwoo. Aku kira kau sudah lupa janjimu untuk mengijinkanku menginap di rumah orangtuaku setelah menikah. Tadinya aku kesal saat tahu pagi ini kau meninggalkanku duluan, ternyata itu karena untuk minta ijin pada tetua." Soonyoung menepuk pelan lengan Wonwoo sambil tetap tersenyum secerah mentari.

"Berapa banyak kamar yang ada di rumahmu?" ucap Wonwoo tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya. "Aku terbiasa menggunakan kamar untukku sendiri. Sebenarnya membayangkan saja aku sudah malas. Apa kita tidak usah pergi saja?"

"Apa? Mana bisa begitu! Kalau kau tidak mau pergi ya biar aku sendiri saja yang pulang ke rumah orangtuaku," protes Soonyoung.

Wonwoo mendengus geli. "Mereka mengijinkan kau pulang karena aku juga ikut. Apa kau lupa?"

"Hehehe benar juga," cengir Soonyoung. "Ayolah Putra Mahkota ... jangan plin-plan begitu. Kita jadi pergi ya?" bujuk Soonyoung sambil memposisikan diri di belakang Wonwoo dan memijat-mijat pundaknya.

"Hmm akan kupertimbangkan kalau tanganmu bekerja dengan baik." Wonwoo memejamkan matanya. "Agak ke kanan sedikit."

"Sebelah sini?" Soonyoung melihat Wonwoo mengangguk. "Siap, Yang Mulia!"

•••

Soonyoung terlihat gembira sepanjang perjalanan dari istana menuju rumah orangtuanya di Namyangju. Ia terus berceloteh tentang kenangan masa kecil bersama orangtuanya dulu sebelum mereka pindah ke Seoul. Pekikan girang bahkan dapat Wonwoo dengar saat mereka melewati rumah makan favorit Soonyoung dan kebun-kebun tempat ia dulu bermain. Wonwoo hanya bisa menggeleng geli saat melihat Soonyoung tanpa sadar menempel ke jendela mobil seperti cicak karena terlalu bersemangat.

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang