CHAPTER 24

3K 301 200
                                    

Jemari panjang nan kokoh itu mengetuk-ngetuk meja. Sebelah tangannya yang lain menyangga wajah dengan ekspresi bosan. Mata pemuda itu menerawang. Sesekali melirik ke arah pintu masuk area pribadinya yang masih tertutup rapat.

Kini matanya terfokus sepenuhnya pada pintu itu. Membayangkan pintu itu terbuka disusul dengan wajah menggemaskan seorang omega melongok ke dalam. Meminta ijin masuk tapi menerobos ke dalam sebelum ia memberikan jawaban. Setelah itu omega itu akan mulai mengoceh tentang apapun yang dipikirkannya.

"Wonwoo! Tadi aku berhasil membuat syair dari buku kesusastraan Korea yang sulit dimengerti itu!"

"Tadi siang, kaki kursi yang diduduki dosenku tiba-tiba patah! Ekspresinya lucu sekali hahaha ... "

"Wonwoo lihat aku bisa memasukkan burger ini ke mulutku dalam sekali suap!"

"Wonwoo, tadi laptopku mati sebelum aku sempat menyimpan file-nya. Apa bisa dikembalikan lagi?"

"Aku ingin mengekspresikan tentang kesedihan seseorang yang ditinggalkan. Menurutmu diantara dua koreografi ini, mana yang lebih cocok?"

"Wonwoo aku bosan ... "

"Wonwoo—"

Pemuda itu menghela napas panjang. Rasanya sudah lama sekali Soonyoung tidak merecokinya secara tiba-tiba setiap dia ada waktu. Awalnya dia mengira Soonyoung adalah tipe orang yang suka mengganggu tanpa tahu situasi, tapi ternyata dugaannya salah. Pemuda omega itu ternyata cukup bisa membaca situasi dan segera mundur teratur saat ia terlihat serius atau sedang sibuk.

Lama-kelamaan hal itu menjadi semacam hiburan untuknya. Membuat senyumnya diam-diam tersungging. Merasa rileks sejenak di tengah penatnya pekerjaan sebagai Putra Mahkota.

Wonwoo mengingat-ingat kapan terakhir kalinya omega itu iseng menghabiskan waktu di area pribadinya. Matanya memejam dan telapak tangannya mengacak rambut dengan kasar saat menyadari Soonyoung berhenti melakukannya setelah Wonwoo memergoki omega itu melihat foto-foto di ruang rahasianya.

Selepas pertikaian itu hubungan mereka menjadi canggung dan dingin. Omega itu hanya akan mengunjungi area pribadinya hanya kalau ada sesuatu yang sangat penting.

Saat ini hubungannya dengan Soonyoung telah membaik. Sudah beberapa hari ini mereka mengobrol, makan bersama, dan tidak saling menghindar. Hanya saja tembok kasat mata itu belum sepenuhnya runtuh.

Mata Wonwoo melebar karena mengingat sesuatu. Dia segera melangkah menuju meja kerjanya lalu mengambil sebuah kotak perhiasan berbahan kulit dari dalam laci. Oleh-oleh untuk Soonyoung dari Eropa yang belum sempat dia berikan karena omega itu menghindarinya beberapa hari yang lalu.

Bagaimana mungkin aku hampir lupa kalau aku membawa oleh-oleh untuk Soonyoung. Wonwoo berdecak.

Kaki jenjang itu kemudian melangkah dengan anggun menuju area pribadi pasangannya. Dahinya mengernyit karena disambut dengan kesunyian saat masuk ke dalam. Tak lama kemudian, Wonwoo menghembuskan napas lega saat menemukan Soonyoung tertidur di sofa ruang duduk.

Dengkuran halus terdengar dari bibir Soonyoung yang sedikit terbuka. Tubuhnya terlihat semakin kecil dalam posisi meringkuk sambil memeluk boneka berbentuk seperti rubah. Wajahnya terlihat lelah dan dahinya mengerut dalam tidur. Laptop dengan mode sleep dan buku-buku tergeletak begitu saja di atas meja. Sepertinya omega itu ketiduran saat sedang mengerjakan tugas.

Kotak berisi oleh-oleh itu diletakkan di samping laptop Soonyoung. Kerutan di dahi omega itu perlahan menghilang saat ibu jari Wonwoo mengusapnya dengan lembut. Sebuah bantal dengan hati-hati diselipkan agar posisi leher Soonyoung menjadi lebih nyaman. Helaan napas panjang panjang kembali terdengar sebelum dia duduk.

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang