CHAPTER 3

1.9K 273 34
                                    

Aula gedung Fakultas Seni Rekam hari itu dipenuhi mahasiswa dari berbagai macam jurusan. Perwakilan dari masing-masing jurusan di Pledis Art University akan menampilkan bakatnya untuk dijadikan film pendek yang nantinya akan diunggah ke media sosial. Orang-orang yang ada di ruangan itu tampak sibuk terutama mahasiswa jurusan Sinematografi yang bertugas mengambil video dan mengatur jalannya acara hari itu.

"Berapa menit lagi latarnya siap, Jeonghan?" tanya Wonwoo yang bertugas sebagai sutradara hari itu.

"Kata mereka sekitar 15 menit lagi." Pemuda bernama Jeonghan itu menghampiri teman-teman sejurusannya.

Wonwoo mengangguk puas. "Bagus, sambil menunggu latar selesai para performer bisa menyelesaikan make up dan ganti baju."

Wonwoo melihat sekeliling dan perhatiannya jatuh ke sekumpulan pemuda di sudut kanan ruangan. Matanya memicing dan dahinya berkerut melihat kelakuan mereka yang menurutnya aneh. "Hei, lihat ke arah sudut kanan sana. Apa mereka baik-baik saja?"

Teman-teman Wonwoo serentak menoleh ke arah yang dimaksud Wonwoo. Setelah melihat dengan jelas siapa yang ada disana, merekapun mendengus hampir bersamaan.

"Mereka memang sudah berisik dan membuat ulah sejak kemarin. Anak yang tinggi dan berhidung mancung itu kemarin berlarian seperti kuda sambil berteriak, yang bermata bulat dan berpipi tembam itu menirukan semua gerakan girlgroup yang sedang tren saat ini, dan teman mereka yang bermata sipit itu menirukan entah hamster atau harimau. Hanya pria yang terlihat seperti anak kecil itu yang terlihat agak normal," gerutu Jeonghan mengingat kelakuan sekelompok pemuda itu saat gladi bersih kemarin.

"Aku sampai mengira kita sedang ada di kebun binatang kemarin." Vernon menggelengkan kepalanya. "Bukankah mereka satu jurusan denganmu, Jun?"

Wonwoo, Jeonghan, dan Vernon menoleh ke arah teman mereka yang bernama Junhui. "Dua orang yang disana itu Seokmin dan Seungkwan, duo vokalis dari jurusan Seni Musik. Kelakuan mereka memang aneh tapi kalau soal menyanyi mereka memang berbakat. Asal kalian tahu saja, yang kalian bilang terlihat seperti anak kecil itu namanya Jihoon, komposer jenius dari jurusan kami." Junhui memasukkan tangannya ke kantong celana sambil menatap tajam ke arah Jihoon. "Aku ingin mereka bergabung ke perusahaan label rekaman keluargaku, terutama Jihoon."

"Kau yakin, Jun? Bagaimana kau akan merekrut orang-orang berkelakuan absurd itu?" tanya Vernon.

"Entahlah, aku juga sedang memikirkannya. Aku akan mulai dari duo vokalis itu dulu karena mereka lebih mudah dibujuk, setelah itu aku akan membujuk Jihoon. Dia orang yang sulit diajak bicara kalau tidak kenal."

"Kemana teman mereka yang bermata sipit itu?" tanya Jeonghan.

"Anak dari jurusan Seni Tari itu? Dari tadi aku belum melihatnya, padahal acara sebentar lagi dimulai." Vernon mengedikkan bahunya.

"Dan kenapa anak-anak yang kalian bilang berbakat itu sedang berteriak melengking bergantian seperti lumba-lumba?" Wonwoo memijat pelipisnya.

"Sepertinya mereka sedang melakukan perang high note," jawab Vernon tidak yakin.

"Kau mungkin tidak tahu karena kemarin datang terlambat dan mereka sudah pergi. Tapi aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau mereka memang berbakat, Wonwoo. Jadi kau bisa tenang," ucap Jeonghan untuk meyakinkan Wonwoo.

"Semoga saja kalian benar," gumam Wonwoo.

•••

"Soonyong sudah sampai mana, Jihoon? Sebentar lagi acaranya akan dimulai," tanya Seungkwan.

"Hampir sampai gerbang kampus. Tadi dia terjebak macet." Jihoon memasukkan kembali ponselnya.

Seokmin menganggukkan kepalanya. "Syukurlah kalau begitu. Kira-kira dia menang atau tidak ya?"

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang