CHAPTER 7

2K 277 53
                                        

Mata sipit yang terlihat semakin tenggelam karena menangis semalaman itu perlahan terbuka. Suara gaduh dari luar rumah membuat Soonyoung terbangun dari tidurnya. "Ugh, kenapa pagi-pagi sudah berisik sekali." Soonyoung mengerjapkan matanya dan menyadari kalau Jihoon sudah tidak ada di kamarnya. Iapun keluar dari kamarnya untuk mencari sahabatnya dan penghuni rumah yang lain. "Jihoon? Ayah? Ibu?"

Cepret! Cepret! Cepret!

Kilatan kamera yang menyilaukan mata menyambut Soonyoung saat ia membuka pintu utama rumahnya. Soonyoung mengerjapkan matanya sampai akhirnya ia bisa melihat pemandangan di depan dengan jelas. Keluarganya dan Jihoon terlihat kewalahan menghalau para wartawan dan orang-orang yang ingin mencari tahu tentang calon Putri Mahkota.

"Soonyoung apa yang kau lakukan disana? Masuk ke dalam!" Tuan Kwon berteriak.

"Berkaca dulu kalau mau keluar, bodoh! Diluar banyak wartawan!" seru Jihoon.

Soonyoung secepat kilat masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Ia lupa kalau rumahnya saat ini sedang dikepung wartawan, dan hari ini orang-orang yang datang jauh lebih banyak dari sebelumnya. Soonyoung mengingat perkataan Jihoon dan segera masuk ke kamar mandi untuk cuci muka, namun pantulan dirinya di depan cermin membuatnya ingin tenggelam ke dalam bumi saat itu juga.

"Huwaaaah! Bagaimana ini? Bagaimana kalau wajahku yang seperti ini beredar di media massa ... benar-benar bodoh!" Soonyoung melihat wajahnya yang bengkak dimana-mana terutama di mata dan pipi, matanya yang sipit semakin tenggelam, rambut berantakan seperti terkena angin puyuh, juga jejak air liur di tepi bibirnya. Ia ingin menangis lagi tapi takut matanya semakin membengkak, akhirnya ia hanya bisa terduduk pasrah di toilet.

•••

"Apa Putri Seulgi bisa hadir saat pernikahan Putra Mahkota, Ratu?" tanya Ibu Suri Jihyo.

"Putri Seulgi memberi kabar kalau dia bisa hadir, Yang Mulia. Hanya saja dia akan datang sebentar di hari pernikahan lalu segera kembali ke Amerika untuk mengurus skripsinya." Ratu Nayoung menyampaikan kabar dari anak perempuannya.

"Lalu bagaimana dengan Putri Minkyung dan Pangeran Mingyu? Apakah mereka sudah memberi kabar?"

Ratu Nayoung terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari Ibu Suri. "Pangeran Mingyu akan kembali ke Korea terlebih dahulu untuk mengurus perpindahan di tempat kuliah yang baru, sementara ibunya akan menyusul setelah membereskan urusan mereka di Inggris. Setelah ini mereka berencana menetap di Korea."

"Benarkah? Bagus kalau begitu, akhirnya keluarga kita bisa berkumpul kembali setelah bertahun-tahun mereka menetap di luar negeri. Bukankah begitu, Yang Mulia?"

"Ibu benar, selama ini mereka hanya ke Korea saat ada acara penting di istana saja." Raja Seungcheol tersenyum simpul menjawab pertanyaan dari ibunya.

"Ah, aku hampir lupa. Bagaimana tanggapan publik tentang pernikahan Putra Mahkota, Yang Mulia?"

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah, keluarga kerajaan menerima omega laki-laki dari kalangan rakyat biasa sebagai Putri Mahkota jadi para anggota parlemen dan pers secara umum menanggapi dengan positif. Kita juga mendapat dukungan dari pihak internasional terutama dari benua Eropa dan Amerika serta PBB, karena dianggap telah mengambil langkah besar untuk menghapus diskriminasi pada omega laki-laki yang sudah lama berlangsung di Korea. Masyarakat umum juga sangat antusias karena pernikahan ini menjadi simbol bersatunya keluarga kerajaan dengan masyarakat. Tentu ada pihak yang tidak suka dengan pernikahan ini dari orang-orang yang menganggap tabu omega laki-laki, tapi Ibu tidak perlu khawatir."

"Benarkah? Aku senang mendengarnya. Ternyata almarhum Raja Seung Jo membuat wasiat ini untuk masa depan yang lebih baik. Aku jadi ingin melihat beritanya langsung di internet, bawa kemari tabletku." Seorang dayang senior memberikan tablet android edisi terbaru kepada Ibu Suri.

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang