CHAPTER 25

1.8K 232 106
                                    

Suara langkah kaki memecah kesunyian di koridor istana yang lengang. Malam telah larut. Waktu dimana seharusnya orang-orang mengeratkan selimut. Namun tidur nyenyak malam ini agaknya terdengar sulit untuk diwujudkan pemuda itu.

Dalam perjalanan setelah berdiskusi dengan ayahnya, Wonwoo kembali memikirkan tentang informasi yang disampaikan oleh pengawal dan kasim kepercayaannya kemarin malam. Pria yang melemparinya dengan telur itu ternyata adalah korban penggusuran dari proyek Redevelopment di distrik Yongsan. Salah satu proyek yang dia hadiri acara peresmiannya.

Pemuda yang baru saja lulus dari SMA bernama Yugyeom itu ditemukan Pasukan Khusus Kerajaan dalam keadaan sekarat di rumah sewanya. Anak itu mencoba bunuh diri dengan menghirup asap briket batubara. Terlambat satu jam saja, bisa-bisa pemuda itu sudah berada di alam baka.

Saat itu Wonwoo ikut menyetujui proyek Redevelopment tersebut karena melihat perencanaannya yang bagus dan bisa meningkatkan perekonomian di kota Seoul. Namun, tentunya pelaksanaan tidak selancar perencanaan yang disampaikan kepadanya. Setahun yang lalu proyek Redevelopment di distrik Yongsan menjadi pemberitaan heboh karena konflik yang terjadi saat penggusuran warga yang tinggal disana yang menewaskan lima orang dan mengakibatkan banyak warga terluka.

Termasuk ibu dari Yugyeom.

Sebelum melakukan percobaan bunuh diri, pemuda itu mengunggah tulisan ke aku media sosialnya yang menjabarkan pengakuannya sebagai pelaku sekaligus alasannya melakukan hal tersebut. Mulai dari nilai kompensasi yang sangat rendah sampai preman yang berdatangan untuk mengancam warga. Sebagian besar warga terpaksa menyetujui dan meninggalkan rumahnya karena tidak tahan dengan teror. Sebagian lain termasuk keluarganya terpaksa bertahan sampai akhir karena kompensasi yang diberikan tidak cukup untuk menyewa rumah sekaligus membuka kedai ramyeon di tempat lain.
 
Belum cukup sampai disitu, ayah Yugyeom yang sakit-sakitan menjadi semakin parah keadaannya lalu meninggal. Membuat anak itu kini sebatang kara. Kesedihan, kemarahan, dan keputusasaan diungkapkan dengan gamblang oleh pemuda itu pada tulisannya. Kepada Pemerintah distrik Yongsan yang tidak menanggapi keluhan mereka. Kepada pihak kepolisian yang menutup mata saat warga diteror preman, tetapi bertindak sangat keras saat warga disana berunjuk rasa menuntut keadilan. Kepada pihak pengembang yang menghalalkan segala cara agar proyek mereka meraih keuntungan sebesar-besarnya. Sampai kepada Putra Mahkota yang ikut meresmikan dimulainya proyek Redevelopment tersebut.

Tikus-tikus berdasi brengsek! umpat Wonwoo dalam hati.

Penyelidikan memang telah dilakukan setelah konflik yang terjadi di Yongsan. Hasilnya Pemerintah Distrik Yongsan menyatakan kalau sebelumnya tidak ada aduan warga soal penggusuran sebelumnya dan konflik memanas karena ada provokator. Setelah itu kasusnya mereda dan perlahan tenggelam.

Walaupun menyisakan curiga, Wonwoo menganggap kasus itu selesai karena ada tugas lain yang mendesak. Kesehatan Raja Seungcheol yang terus menurun saat itu juga otomatis membuat pekerjaannya semakin bertambah. Intuisinya yang mengatakan kalau hal itu akan menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja terbukti benar.

Saat ini media sosial sedang dipenuhi oleh masyarakat Korea yang bertanya-tanya tentang kebenaran dari tulisan Yugyeom. Wonwoo harus cepat bertindak agar kasus ini tidak berlarut-larut apalagi sampai dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk menjatuhkannya.

•••

“Malam sudah larut, Yang Mulia. Apakah tidak sebaiknya Anda menemui Putra Mahkota besok saja?”

Soonyoung mengalihkan pandangannya yang tadinya mengarah keluar jendela saat mendengar suara Kasim Seo. Sekilas dia melihat jam dinding yang menunjukkan waktu jam sebelas malam. “Tak apa, aku akan menunggu sebentar lagi. Besok mungkin Wonwoo akan lebih sibuk dari hari ini.” 

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang