Chapter 19

805 62 2
                                    


2 september 2013

Rendy pov

"Kak. Apa yang kau impikan?"

Kakak memandangku sebagai jawaban atas pertanyaanku.

"Aku harus menulis dikertas tentang harapan masa depan."

Aku menjelaskan. Kemudian kak brylian yang berada didepan piano, berbicara dengan suara yang datar,

"Tidak apa-apa untuk tidak bermimpi. Aku tidak punya impian. Aku hanya akan menjadi apapun sesuai keinginanku." Semua orang meledek kata-katanya.

"Aku akan jadi pahlawan super dan menyelamatkan dunia dari orang-orang jahat." Kata kak zico sambil berdiri dikursinya untuk berpose. Dia mengangkat lengannya keatas. Kak david memarahinya, menyuruhnya untuk turun sebelum dia terluka.

Kak david kemudian menambahkan,
"Aku ingin menemukan ibuku dan hidup bahagia. Menjadi bahagia adalah impianku." Kakak tersenyum ketika berbicara.

"Apakah itu berarti kau tidak bahagia sekarang, kak?" Kak andre yang bertanya.

Kak david menjawab,
"Ketika aku ada diantara kalian, aku bahagia."

Hanya kak ahludz yang tersisa setelah itu. Setelah merasa semua orang melihatnya dia mengangkat bahu,
"Aku ingin mengatakan sesuatu yang baik, tapi aku juga tidak benar-benar bermimpi. Aku hanya berharap pekerjaan paruh waktu."

Aku mengangguk dan menatap kertas didepanku. Kertas ini ada dua bagian.
Bagi siswa dan untuk orang tua.

Apa yang aku inginkan?
Aku tidak bisa memikirkan apapun untuk ditulis, padahal setelah jam istirahat kertas harus dikumpulkan.

Aku merebahkan diriku diatas kursi yang tak terpakai di kelas rahasia kita.

Kelas rahasia ini aku dan kak brylian yang pertama menemukan.

Suatu pagi, seperti biasa aku terlambat datang kesekolah, kak brylian juga. Dia menungguku kemudian kami masuk ke dalam sekolah lewat dinding belakang, kami memanjatnya, meninggalkan sepedaku disana. Dan saat berjalan kekelas aku melihat sebuah ruangan yang kosong, aku bertanya kepada kak brylian yang sudah lama sekolah disekolahan ini. Katanya ruang musik lama, sudah tidak digunakan. Aku memaksa masuk kesana, beruntung pintunya tidak dikunci.

Ada beberapa kursi dan meja yang tak terpakai, sebuah piano tua tapi masih kelihatan bisa dimainkan.
Kak brylian masuk, kemudian memainkan piano itu, dia bilang.

"kita anggap kelas ini kelas rahasia kita?"

Aku hanya mengangguk mengiyakan, kemudian menikmati suara piano yang kak brylian mainkan.

Tentang bagaimana aku kenal dengan kak zico, kak ahludz, kak andre dan juga kak david, kak brylian yang mengenalkannya. Mereka semua asik diajak berbicara, mereka sahabat sahabatku, kakakku. Ya,.. aku anggap mereka kakakku. Mereka segalanya bagiku, terutama kak brylian, dia yang terbaik, dia selalu melindungiku, membantuku, dia amat sangat baik padaku. Aku menyayanginya lebih dari aku menyayangi saudara tiriku. Tunggu. Aku bahkan tidak pernah menyayangi saudara tiriku, aku hanya menyayangi ibu, kak brylian, dan diriku, iya mereka( kak zico, kak david, kak andre, kak ahludz) juga.

TEARS A BOY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang