30 september 2015
Rendy pov
"Rendy juliansyah, kau tidak mungkin masih kesana kan?"
Aku tidak menjawab pertanyaan itu. Aku hanya berdiri menatap sepatuku.
Karena aku tidak menjawab, guru memukul kepalaku dengan berkas absen. Walaupun begitu aku tetap tidak membuka mulut.
Ruang kelas itu adalah ruang kelas yang biasa aku pakai dengan kakak-kakakku. Semenjak aku mengikuti kak brylian dan menemukan ruang kelas rahasia itu, aku tak pernah absen mengunjungi ruang kelas itu. Mungkin kakak tidak tahu. Terkadang mereka tidak datang karena mereka ada kegiatan lain atau sibuk dengan kerja paruh waktu. Aku belum melihat kak brylian dan kak nando selama ini. Sepertinya kak brylian memang sudah pergi, tapi kak nando?.Kalau mereka tidak datang hari ini mungkin besok atau lusa mereka bisa datang. Jadi aku tidak apa- apa.
"Kau hanya belajar hal-hal yang buruk dari mereka." Guru memukulku lagi. Aku mengangkat kepala dan menatapnya. Dia memukul lagi. Aku menggertakkan gigi dan menahan emosiku. Aku tidak ingin berbohong dan mengatakan bahwa aku tidak pernah kekelas itu lagi.
Guru kemudian pergi dan aku berlari kelorong berlari semakin cepat tanpa terasa air mataku mulai menetes, rasanya dadaku bergemuruh.
"Kakak!.." aku berteriak sekeras mungkin, tidak peduli jika ada yang terganggu dengan teriakkanku.
Aku hanya ingin satu hal, bertemu dengan kakakku, kak brylian."Kakak.., a-aku yakin kau masih disini, k-kau tidak jadi dikeluarkan, aku y-yakin" aku semakin tidak bisa mengontrol diriku, suaraku seperti tertahan saat bicara, seperti hilang bersama tangisku.
...
Sekarang aku berdiri didepan 'kelas kita'. Aku membayangkan kakak-kakakku ada didalam kalau aku membuka pintunya. Sepertinya kak zico ada didalam sedang bermain game diponselnya dan akan bertanya kenapa aku datang terlambat. Kak nando dan kak ahludz pasti sedang membaca buku, kak brylian pasti bermain piano, kak david dan kak andre sedang dance.
Namun ketika aku membuka pintu, hanya ada ka david disana.
Dia sedang membereskan barang-barang yang tertinggal dikelas itu. Aku memegang kenop pintu dan hanya berdiri disana. Kak david mendekat dan merangkul bahuku. Ia membawaku keluar."Ayo pergi." Pintu kelas rahasia ini ditutup kak david.
Kemudian aku tersadar.
Hari-hari indah itu telah pergi dan tidak akan pernah kembali lagi."Kak, kenapa-"
"Semuanya sudah selesai ren,"
Kak david menatapku, matanya berkaca-kaca."Kak bry?" Tanyaku
"Dia dikeluarkan," jawab kak david, setetes air mata keluar. Kemudian dia meninggalkanku.
Aku masih berdiri didepan kelas yang menyimpan sejuta kenangan didalamnya.
"Maaf kak bry, aku yang bertanggung jawab atas semua ini, m-maaf.. ma-af.. maaf.. maafkan akuu.., kakak maafkan aku.."
"Ren, sudahlah."
"Kak? Kak ahludz.. kak ahludz bagaimana ini? Kak brylian, d-dia, dia dikeluarkan karena aku... Aku yang salah! Kak ahludz... Bagaimana..?"
"Tenanglah. Jangan salahkan dirimu,"
"A-aku hh-harus bertemu dengan kak brylian."
Aku mulai berdiri dan hendak meninggalkan kak ahludz."Dia diusir dari rumah oleh ayahnya,"
"A-apaa..?"
Seketika tubuhku menjadi tidak berdaya, rasa bersalah semakin membayang di pikiranku."Dia diusir ren, aku melihat semuanya, kak brylian juga tidak ingin aku mengikutinya saat dia pergi dari rumah."
"Seharusnya kau mencegah dia pergi!
Kau bodoh! Sekarang dimana dia?!""Maafkan aku ren, aku juga tidak tahu. Tapi-"
Setelah mendengar pernyataan menyakitkan dari kak ahludz aku segera berlari untuk mencari keberadaan kak brylian.
"..Tapi dia bilang akan menemui kita di gerbong"
*Maaf up nya malam, ini juga lagi di RS, usahain buat up, buat readers seneng. Jadi bisa hargai tulisan saya??
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS A BOY ✔️
FanfictionCerita ini menceritakan tentang persahabatan ketujuh anak laki-laki. Saya harap, readers bisa mengikuti alur cerita dengan baik. Setiap huruf/kata/angka yang ada dalam cerita memiliki makna tertentu. Hargailah karya orang lain.