12 mei 2016
Andre pov
Saat aku membuka mata, kak david sedang berdiri. Langit-langit yang terasa familiar menatapku dalam kegelapan yang tidak asing. Terkejut, aku mencoba untuk bangkit. Kakak meletakkan jari dibibirku, menyuruhku untuk diam. Kakak segera menyodoriku sebuah kaos dan menunjuk pintu dengan dagunya.
Awalnya aku tidak mengerti apa yang dia coba katakan. Kak david lantas menjulurkan tangannya kearahku yang masih dalam kebingungan.
Hari dimana aku meninggalkan rumah sakit. Aku sering memimpikan hari itu. Aku ingin meninggalkan rumah sakit dan bertemu sahabat-sahabatku, menghabiskan waktu dengan mereka, tertawa dan berbincang seperti dulu kami bisa melakukannya. Tapi sekarang aku tidak tahu. Apakah ini ide yang bagus untuk pergi? Orang tuaku menyembunyikanku di tempat ini dan memperlakukanku seperti aku tidak pernah ada.
"Ayolah, kita tidak punya waktu ."
Mungkin karena dorongan kakak, aku merasa suara detikkan waktu yang berdetik cepat dengan anehnya. Suara langkah seperti halusinasi pendengaran mendekat dan terus mendekat kearah ruangan . Kakak dan aku berbalik secara bersamaan menatap pintu, lalu kami menatap satu sama lain. Tangan kak david masih didepanku."Kak cepat sembunyi.." ucapku dengan nada berbisik.
Kak david lari kearah pintu, tepatnya dibelakang pintu. Kemudian pintu terbuka, menampakkan seorang suster, dia terkejut melihatku, aku lebih terkejut lagi, dengan degup jantung yang berpacu sangat cepat, takut-takut kak david yang dibelakang pintu itu tertangkap basah.
Aku segera mengucapkan kalimat ampuh yang bisa membuat suster itu segera pergi dari ruangan kamarku,
"Aku sudah minum obat." Aku berkata demikian dengan nada setenang mungkin."Kau tidak berbohong 'kan, Andre?"
Tanya suster itu."Kau mau bukti? Apa perlu aku muntahkan obat yang sudah kutelan?!"
"Tenanglah andre, aku percaya padamu, baiklah, tidur yang nyenyak."
Setelah itu suster menutup pintunya, aku bisa melihat kak david menghembuskan nafas lega."Ayo andre, pakai baju itu"
Aku tidak tahu apa yang aku pikirkan, aku hanya menuruti permintaan kak david.Lalu dia membawaku keluar kamar rumah sakit dengan mengendap-endap, tanganku di genggamnya erat.
Tiba-tiba saja kak david melepas genggamannya dan berlari seperti mengejar seseorang, aku meneriakinya, mencoba memanggilnya tapi dia terus berlari..
.
.
.David pov
Aku membuka pintu darurat dan berlari menuruni tangga. Jantungku berdebar keras. Wajah yang kulihat sekilas dikoridor rumah sakit itu jelas ibuku. Dengan perasaan cemas aku menuruni beberapa tangga untuk bertemu ibu.
"Ibu!." Ibuku berhenti. Aku mengambil beberapa langkah kedepan dan ibu berbalik. Aku menuruni beberapa anak tangga lagi, wajah ibuku terlihat. Pada saat itulah tumit kaki ku terpeleset diujung tangga dan aku kehilangan keseimbangan.
Aku menutup mata dan kupikir aku akan terjatuh. Seseorang menggenggam tanganku. Terimakasih untuk itu, aku sedikit bisa mengembalikan keseimbanganku lagi.
Ketika aku melihat kebelakang, aku lihat andre dengan ekspresi cemas.
Aku melihat kearah ibuku lagi, ia terlihat terkejut. Dia bukan ibuku. Aku berdiri diatas tangga, menatap kosong pada wanita itu. Lalu dia berlalu.Wanita itu bukan ibuku, sudah lebih dari 10 tahun sejak ibu meninggalkanku, pasti dia sudah tua sekarang, dan aku juga tidak terlalu ingat wajahnya.
Kulihat kebelakang, andre mengikutiku dalam diam. Saat disekolah, setelah kami terpisah diruang gawat darurat, andre bilang dia tinggal dirumah sakit ini.
Aku mengambil langkah kearahnya,
"Andre, ayo keluar dari sini."
.
.
.Andre pov
Rumah kak david adalah rumah dengan atap kecil yang berada diujung jalan berbelok dan sempit, yang akan terlihat setelah melewati jalan yang lebih besar.
Saat aku masuk kedalam rumahnya, yang hanya memiliki satu ruangan, kakak memamerkan kalau tempat ini adalah tempat tertinggi, dimana semua tempat dimana kami selama ini tumbuh bisa dilihat. Iya karena rumah kak david terletak di daerah yang cukup tinggi. Seperti yang kakak jelaskan, semua jenis tempat terlihat seperti ruang atap. Stasiun kereta api terdekat kelihatan, dan bersamaan dengan terlihatnya jalur kereta, kontainer-Kontainernya juga terlihat. Kak ahludz tinggal disalah satu kontainer itu. Dan jika aku mengarahkan pandanganku kesisi lain sekolah kami akan terlihat.
Setelah menemukan sekolah, aku mengangkat kepala dan menatap sisi lain kota. Di kaki gunung ada sebuah apartment besar. Disana apartmentku, tidak, rumah sakit maksudku atau yang lebih tepat yang sering kusebut sebagai rumahku. Aku kabur dari rumah sakit tanpa pemberitahuan. Orang tuaku pasti sudah dihubungi. Mungkin mereka sedang mencariku sekarang. Aku belum punya kepercayaan diri untuk bertatap muka dengan orang tuaku. Aku meninggalkan rumah sakit tapi aku tidak pulang kerumah.
Bukan berarti aku ingin kembali kerumah sakit, tapi aku tidak punya tempat dan tidak punya uang untuk menyewa tempat tinggal. Aku berdiri dengan bimbang dan kakak memberitahukanku untuk mengikutinya. Inilah tempat dimana kami sampai, rumah kakak david.Aku mengembalikan pandanganku kerumah sakit. Aku harus kembali kesana juga pada akhirnya.
Aku harus bertemu orangtuaku dan memberitahu mereka aku tidak ingin kembali kerumah sakit. Aku mengambil nafas dalam-dalam.
Rasanya pikiran itu bisa saja menyebabkan kejang bagiku.
Sejujurnya aku tidak bisa mempercayai diriku sendiri untuk bertahan ditempat selain rumah sakit. Aku bisa saja dibawa kerumah sakit kembali.Aku takut aku tidak tahan akan hal ini.
#andredavidgoals
Yg suka sama persahabatan mereka, siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS A BOY ✔️
ФанфикCerita ini menceritakan tentang persahabatan ketujuh anak laki-laki. Saya harap, readers bisa mengikuti alur cerita dengan baik. Setiap huruf/kata/angka yang ada dalam cerita memiliki makna tertentu. Hargailah karya orang lain.