Chapter 56

495 54 2
                                    

David pov

"Pak satpam, apa andre sudah pulang?"

Itu kak nando yg bertanya, aku menelisik rumah andre.

"Sudah, tadi sekitar satu jam lebih, nak andre sudah pulang, tapi.. saat dia masuk kerumah, terjadi sedikit keributan saat saya menghampirinya, nak andre sudah masuk kedalam kamar."

"Keributan??, Boleh kami berdua masuk? Kami temannya andre, aku nando dan ini david."

"Nak david, lama sekali tidak main?"

"Iya pak, saya bekerja. Pak boleh kami masuk?"

"Oh, silahkan"

Masih pemandangan yang sama.
Rumah andre yang besar, dan sepi.

Ting tong

Kak nando tampak khawatir wajahnya sangat tegang.

Pintu terbuka..

"Nak david.. nak apa yang terjadi?"

Aku cukup bingung dengan pertanyaan bibi yang bekerja dirumah andre..

"Apa yang terjadi?" Aku mengulang ucapan bibi.

"Bukankah tadi nak andre bermain denganmu, lalu setelah pulang dia menangis dan bersikap tidak seperti biasanya, bibi rasa penyakitnya kumat lagi."

"Lalu dimana andre?" Sambar kak nando.

"Bibi, dimana andre.."
Ibunya andre datang. Aku ingat betul saat ibu andre berusaha menjauhkan aku dan andre.

"Di kamarnya nyonya"

Ibunya andre langsung berlari kekamar andre. Aku dan kak nando mengikuti dibelakang.

"Andre buka pintunya, ini ibu, ibu pulang andre.."

Pintu kamar andre terkunci.

"Biar saya yang mendobrak pintunya" tawar kak nando.

Dalam sekali hentakan, pintu terbuka.
Ruang kamar andre sangat berantakan.
Andre mengamuk.
Ini karenaku..?
Tapi tidak ada siapapun diruangan ini.
Lalu dimana andre?

"Andre!"
Teriakkan dari ibu andre membuatku terkejut.
Saat ini ibunya andre berdiri didepan pintu kamar mandi sambil menutup mulutnya setelah tadi berteriak kencang.
Aku berlari kearahnya.

Aku tidak percaya, itu penampakan yang mengerikan.
Andre menenggelamkan tubuhnya di bak, hanya setengah kepalanya yang terlihat, hanya mata yang terpejam dan rambut yg basah juga kulit pucatnya.

Kak nando mengangkat tubuh andre yang basah kuyup. Masih berpakaian lengkap dan mengenakan sepatu, tapi andre sudah sangat pucat.
Kak nando menggendong andre dan meninggalkan ruang kamar mandi.

Srett

Tangan andre menyentuh lenganku.
Perasaanku aneh. Tangan itu, kulitnya sangat dingin. Saat aku melihat ke lantai kamar mandi yang sudah banjir air, aku melihat selembar kertas.

Foto.
Foto ini terbakar separuh.
Ini foto kami bertujuh.
Andre membakarnya?
Tapi kenapa?

Dengan membawa foto yang terbakar itu, aku pun keluar dari rumah andre.
Masuk kedalam mobil kak nando, andre ditidurkan dijok tengah dengan kepala terpangku dipaha ibunya sedang aku duduk disebelah kak nando yang duduk dikursi pengemudi.
Mobil melaju dengan cepat.
Aku masih terus memandang wajah pucat andre. Tubuhnya diselimuti dengan kain yang tebal.

Jantungku berpacu dengan cepat.

Mobil berhenti didepan rumah sakit yang sama saat aku membawa andre kabur.

Andre langsung dibawa masuk kesebuah ruangan gawat darurat.

Tangisan ibunya andre, wajah cemas kak nando dan aku yang berdiri mematung, keadaan ini membuatku takut.

Keringat dingin mulai menetes dari dahiku.
Katakanlah aku seperti andre.
Sebuah penyakit mental, trauma masa kecilku mulai muncul lagi.

Aku sudah kecanduan obat-obatan itu untuk menenangkan diri. Tapi sial! Kali ini aku tidak membawanya.
Aku mulai kehilangan kontrol nafas.

"Keluarga pasien"
Dokter keluar. Ibunya andre langsung menghampiri dokter itu.

"Saya ibunya, dokter"

"Ah, ibu. Maaf, putra ibu sudah tidak bernyawa saat sampai disini."

Ibu andre menjatuhkan diri kelantai.
Kak nando berlari masuk keruangan yang ada andre didalamnya.
Sementara aku, nafasku sudah sangat menganggu, ini tidak bisa dikendalikan.

Aku berlari keluar rumah sakit.
Terus berlari.
Jarak rumahku dan rumah sakit tidaklah jauh mauapun dekat.
Dengan sisa-sisa tenaga, aku menaiki tangga jalanan yang menuju rumahku.

Brakk..
Sempoyongan.
Aku menabrakkan diri kepintu sehingga pintunya terbuka.

Obat penenang itu ada di kantung jaket, aku segera menyambar jaket dan mencari-cari obatnya.

Ketemu. Satu bungkus pil obat berwarna oranye, aku menyobek bungkusan obat itu, mengambil beberapa pil dan langsung menenggaknya tanpa menggunakan air.

Aku terduduk dilantai dan memejamkan mata.

Obatnya bereaksi dengan cepat.
Deru nafasku mulai teratur.
Aku membuka mata, dan disaat itu juga cairan bening menetes..

"Andreee..."

.
.
.

Nando pov

"Andre! Bangun! Kau sudah berjanji tidak akan pergi seperti yang lainnya!
Andre kau mengingkari janjimu!,, Andree.. hikszz"

Satu lagi.
Satu lagi tuhan, kau mengambil sahabatku!

Hhh,kenapa?!!!

"Andree.."

Aku meninggalkan tubuh andre yang sudah tak bernyawa didalam ruangan yang dingin ini. Berniat menenangkan david yang pasti sangat terpukul, walau kenyataanya aku pun sama seperti dirinya.

Saat aku keluar ruangan tidak ada siapa-siapa, tidak ada david ataupun ibunya andre. Tadi ibunya andre pingsan, mungkin dia ada disalah satu ruangan rumah sakit, tapi david? Apa dia pingsan juga??

Aku mencari david disetiap ruangan rumah sakit. Tidak kujumpai dirinya.
Kemana dia?
Apa dia pulang?
Meninggalkan andre??

Aku berjalan kearah palkiran mobil.

Aku mengosongkan minumanku, tapi terisi lagi dengan kesepian.
Aku akan membiarkannya,
Kenapa aku menentangnya selama ini?.
~andre~





*Last chapter didepan ok...
Author cuma mau ngucapin, banyak kata maaf karena bisa jadi author selalu bikin kalian kesel dengan cerita ini..
Maaf sekali lagi, author bikin cerita yang sedih, terkhusus fans dr tokoh yg dimainkan. Saya sangat minta maaf..

TEARS A BOY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang