Chapter 14

901 71 5
                                    


Tahun ajaran baru telah dimulai.

Semua pelajar datang kesekolah untuk mengikuti kelas.

Penampilan setiap orang berbeda-beda, ada yang memamerkan potongan rambut barunya, ada yang kelihatan lebih dewasa dari sebelumnya, brylian.

Seragam yang brylian kenakan saat ini sudah berbeda dengan yang dikenakan oleh adik-adiknya.

Bukan hanya brylian, salah satu dari adiknya juga menampilkan sisi kedewasaan yang...  ...Berlebihan,zico.

"Kau zico? Zico adikku?," Ujar ahludz sambil menatap zico aneh.

Mereka berempat. Brylian, ahludz, zico, dan david semalam berjanji akan masuk sekolah bersama-sama.
Jadi, kini mereka berkumpul didepan gerbang. Zico datang paling akhir, semua orang terkejut akan penampilan zico, tak terkecuali ahludz.

"Iya aku zico, apa kau lupa denganku kak? Kurasa semalam kita bertemu,"

"Benar kau zico?"

"Aish! Kau ini kenapa kak ahludz?!"

"Terbalik. Seharusnya aku yang tanya,  KAU KENAPA?!"

"oh kakk, pelankan suaramu. Lihat sekeliling,"

"KAU YANG LIHAT DIRIMU, BERANDAL! CEPAT RAPIKAN BAJUMU!"

cukup menusuk kuping zico bukan?

"Ahludz, sudahlah. Kita masuk saja," ajak brylian.

"TUNGGU DULU KAK! KAU TIDAK LIHAT PENAMPILAN ADIK KITA INI?"

Tatapan misterius, hadiah ucapan ahludz dari brylian.

"Maaf kak.. maksudku lihatlah zico,"
Memelankan suara, satu-satunya cara agar terselamat dari tatapan maut brylian.

"Zico! Masukan bajumu itu, kancing jas seragammu, gunakan dasi dengan benar yang kau ikat dikepala seperti orang gila itu, dasi itu digunakan di bagian leher! Mau kupakaikan dasi sekalian aku bisa mencekik lehermu!, dan mana sabukmu? Pakai!,"

Mungkin suara pelan ahludz tidak berlaku pada zico.

"Ish, kak ini style baru ku,"

"Zico rapikan bajumu" datar betul si brylian berucap.

"Tap--" seperti ahludz sebelumnya, zico juga dihadiahi tatapan tajam dari kakaknya ini.

"Ah baiklah.." zico pasrah. Penampilannya harus kembali seperti bocah benar.

Akhirnya setelah drama perdebatan yang mereka berempat tampilkan, bertiga maksudnya, dari tadi david diam, bukan?. Oke akhirnya mereka masuk ke kelas masing-masing.

.

.

.

Pulang sekolah

Brylian sudah pulang lebih dulu.
Zico pulang dengan ahludz.
David? Masih dikelas. Jangan lupakan kalau dia ada kelas tambahan, kelas dance.
Walau bukan latihan, cuma ada beberapa perubahan jadwal, david tetap mengikuti runtinitasnya itu.

Jadilah david pulang terlambat kerumahnya. Iya, kerumahnya.
Selama ini david mengambil pekerjaan paruh waktu lalu mengumpulkan gajinya untuk membeli rumah dan kini telah terwujud. Rumah yang cukup sederhana, david beli dengan jerih payah keringatnya.

2 minggu yang lalu, tepatnya saat libur sekolah. David sudah bisa tinggal sendiri dirumahnya. Pihak panti asuhan mengizinkan david meninggalkan panti setelah david menceritakan pekerjaannya dan keinginannya untuk hidup mandiri. Sahabat-sahabatnya pun sudah mengetahui itu.

~~~

Mata david memperhatikan remaja yang lebih muda darinya, sedang berdiri didepan gerbang sambil sesekali menendang kerikil yang ada disekitarnya.

David berjalan mendekatinya, berniat mengajaknya mengobrol.

"Hey?" Sapa david.

"Kau menunggu jemputan?" Sambung david saat remaja didepannya belum merespon sapaannya.

"Kak, boleh aku bertanya?"

"Pertanyaan dijawab pertanyaan" batin david.

"Hm, katakan" jawab david.

"Dimana halte bus terdekat?,"

Terlihat david menampakan wajah bingungnya, remaja itu juga tak kalah bingungnya.

"Kupikir dari tadi kau berdiri disini apa kau tidak melihat halte bus di seberang sana?"

David bingung, tertawa takut dosa tidak tertawa nyatanya lucu. Halte bus diseberang jalan kenapa dia tidak melihatnya.

Remaja itu menatap lurus keseberang jalan,  kemudian tersenyum malu.

"Ini sudah sore, mungkin tidak ada bus yang datang lagi. Mau ku antar pulang? Tapi jangan harap naik mobil. Kita jalan kaki." Ujar david sambil memandang remaja yang masih tertunduk malu.

"Rumahmu dimana?" Lama menunggu, remaja itu tidak menjawab david.

"Boleh tahu nama mu?"
Katakanlah david cerewet.

"Andre.. andre oktaviansyah"
Akhirnya remaja ini mau bicara.

"Oh, baiklah. Andre mau ku antar pulang? Ini sudah sore."

"Tapi akan merepotkanmu, kak." Ucap andre yang mulai berani menatap david.

"Tidak. Beritahu alamatmu setelah itu kita pulang bersama. Tenang saja, aku kakak kelas yang tak pernah membully adik kelas."

"Aku tidak berpikiran buruk. Aku percaya kau orang baik, jadi aku menerima tawaranmu. Rumahku dijalan *****,"

"Baiklah, kita jalan sekarang."

.

.

.

Setelah sampai dirumah andre

"Terimakasih karena telah mengantarku pulang, kak..?"

"David. David maulana.."

"Ah yaa, terimakasih mau mengantarku pulang."

"Itu bukan apa-apa, senang bisa membantumu. Oh ya andre, mau berteman denganku?"

"Kau yakin mau berteman denganku kak?"

"Emm" ucap david mengganggukan kepala.

"Baiklah." Ujar andre kemudian tersenyum.

"Mau berkenalan dengan sahabatku juga?" Tawar david.

"Boleh. Kapan?"

"Kalau kau ada waktu aku bisa mengantarmu ke sahabatku kapan saja." Jelas david.

"Sekarang bagaimana? Oh tidak, kau pasti lelah."

"Sekarang boleh juga, tapi apa orang tuamu tidak akan melarang? Ini sudah mulai gelap."

"Tidak. Mereka sedang ada pekerjaan diluar kota. Ah kau benar ini sudah gelap. Jadi kau harus mampir kerumahku dulu dan aku akan menemui sahabatmu setelah mandi, kau mau menunggu 'kan?"

Tawaran yang cukup menarik.

"Tentu saja" ucap david.

TEARS A BOY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang