Beberapa minggu kemudian.
Ahludz pov
Aku mengeluarkan kaos yang sering kupakai, kuletakkan kaos itu dipunggung zico sambil menepuk-nepuknya.
Kaos itu bergambar sama seperti kaos yang kupakai saat ini. Zico tersenyum canggung, sambil membuka bajunya yang sudah robek. Berkat cahaya sinar matahari yang menyinari gerbong ini, aku bisa melihat dengan jelas bercak darah dan bekas luka dipunggung zico.
David membeku sambil menatapku, sedangkan zico memakai kaos yang kuberikan tadi, dia menatap pantulan dirrinya dicermin yang rusak, dia menyeringai.
"Zico ini menggambar- gambar grafiti dijalanan kemarin, dia tertangkap polisi. Aku menjaminnya agar dia bisa keluar dari kantor polisi."
Aku menepuk-nepuk zico sambil menjelaskan pada david.Zico bercanda sambil berpura-pura minta maaf padaku.
Kak brylian yang duduk disudut gerbong ini mendekati zico sambil menepuk pundaknya dia pergi dari gerbong."Ahludz, aku mau kerumah andre dulu ya."ucap david.
"Oh iya vid"
"Zico, jangan berbuat yang aneh-aneh, mengerti?" David memperingatkan zico, sementara zico hanya tersenyum.
Zico beralih ke sofa untuk menidurkan dirinya.
Aku tidak tahu ada sesuatu yang terjadi dengan zico.
Bahkan jika dia berpura-pura tidak ada yang salah, tindakkan atau ekspresinya sesaat melepaskan kecemasaannya.Dia sering keluar masuk kantor polisi akhir - akhir ini dan itu adalah fakta bahwa zico tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Aku juga sering melihat luka ditubuhnya.
Alasanku tidak pernah menanyakan atau mengatakan kepadanya untuk menceritakan semuanya adalah bahwa aku menunggu zico untuk mengatakannya sendiri.
Itu juga karena aku ragu bahwa aku punya hak untuk mendengar tentang kekhawatiran itu.
Aku berpura-pura menjadi kakak, menjadi dewasa, tapi sebenarnya ketika sahabat-sahabatku mengalami kesulitan aku tidak bisa melindungi mereka.Mereka memujiku karena aku begitu dewasa tapi sebenarnya tidak.
Aku hanya ragu-ragu, tidak dapat melihat langsung pada kenyataan di depan ku.Tiba - tiba zico berteriak, dia bermimpi buruk. Zico mengalami mimpi buruk lagi hari ini.
Aku meraih bahunya dan mengguncangnya agak keras supaya dia terbangun.
Dan dia kaget, terjaga, dan menghabiskan waktu untuk duduk dan menatap ruang gerbong ini.
Zico menangis.
Dia tidak menyeka air matanya dan bergumam tidak jelas.
Dia bilang kak brylian meninggal, rendy mengalami kecelakaan dan aku terjebak dalam perkelahian.
Dia mengatakan bahwa dia sering bermimpi seperti itu.
Itu terlihat sangat jelas seolah nyatadan merasa bahwa saat ini adalah bagian dalam mimpinya."Kakak jangan kemana-mana," suara zico bergetar dengan cemas.
"Hey tenanglah, aku tidak pergi. Aku disini." Aku mencoba menenangkan zico.
Zico malah memeluk tubuhku dan menumpahkan tangisnya, bahunya bergetar hebat, dia sangat ketakutan.
Aku membiarkan dia menangis, kurasa dia butuh sandaran.
"Tenanglah.. aku disini, jangan takut, aku tidak akan pergi."
Sambil mengusap punggunya mencoba memberi ketenangan pada zico. Aku merasa kini tangisannya sudah berhenti ternyata dia tertidur lagi.
Aku pikir zico hanya bermimpi buruk saja. Merebahkan tubuh zico kembali seraya menghapus air matanya. Dia masih memegang lenganku.
Aku tersenyum, dia seperti anak kecil saja. Lalu dunia mimpi pun ikut mengantarku tertidur seperti zico.
*Butuh saran, ada yang mau koreksi? Please🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS A BOY ✔️
FanficCerita ini menceritakan tentang persahabatan ketujuh anak laki-laki. Saya harap, readers bisa mengikuti alur cerita dengan baik. Setiap huruf/kata/angka yang ada dalam cerita memiliki makna tertentu. Hargailah karya orang lain.