16 juni 2016
Rendy pov
Sore ini aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit, kak david dan kak andre menawarkan diri untuk menjemputku tapi aku bilang tidak usah. Aku ingin pulang sendiri sekaligus ingin bertemu dengan kak brylian. Kak david bilang, kalau kak brylian sudah kembali kerumah ayahnya, jadi aku akan langsung kerumah kak brylian saja.
Aku diam-diam memetik beberapa bunga dari kebun rumah sakit. Aku terus tertawa dan pura-pura menunduk untuk menyembunyikan bunga itu. Cahaya matahari sore terlihat menyilaukan.
Aku mengetuk pintu kamar rumah sakit tapi tidak ada jawaban dari dalam.
Aku mengetuk lagi dan pintu terbuka perlahan. Ruangan itu dingin dan tidak ada siapapun disana. Hanya ada kegelapan dan kesunyian aku keluar dari ruangan itu.Aku bertemu dengannya disini, ketika aku sedang bosan dan memainkan kursi rodaku seperti orang gila melewati lorong. Tiba-tiba ia muncul dan aku langsung berhenti.
Ia perempuan dengan rambut yang diikat ekor kuda.Ketika aku keluar dari rumah sakit, aku melihat kursi panjang itu. Aku ingat saat aku dan dia duduk disana mendengarkan musik bersama sambil menggambar. Dan disana, diatas atap itu, aku dan dia berbagi susu strawbery. Aku masih memegang bunga yang kupetik tadi. Tapi si penerima bunga sudah tidak ada.
Saat aku memandang kebelakang, rumah sakit sudah sangat jauh. Aku tidak bisa melihat bangku dimana aku telah meninggalkan bunga itu ataupun jendela besar yang mana biasa aku gunakan untuk memandangi jalanan dengan dia.
Dia, permpuan itu, telah mengisi ruang bagiku untuk bernafas dikehidupan rumah sakit yang mencekik. Disore hari, kami akan duduk dibangku taman rumah sakit dan berbicara ini dan itu. Tanpa kami sadari matahari sudah tenggelam.
Aku memberitahunya tentang sahabat-sahabatku yang aku anggap sebagai kakak, tentang bermain di ruang persembunyian, pergi liburan kepantai dan pulang dengan berjalan kaki sampai stasiun bersama dengan kakak-kakakku. Aku juga menceritakan bahwa aku telah kehilangan satu sahabat kami.
Dia memberitahuku balik tentang semua sudut rumah sakit. Tidak ada yang tidak dia ketahui tentang rumah sakit.
Ruangannya telah kosong. Apakah dia telah keluar dari rumah sakit? Atau dipindahkan kerumah sakit lain? Aku bertanya kepada suster, tapi tidak ada satupun yang bisa menjawab. Untuk beberapa alasan, sebuah sudut hatiku terasa kosong.Aku berbalik arah dan terus berjalan. Dijarak ini aku bisa melihat sekolah. Rasanya sebagian besar hal yang aku beritahukan kepada dia adalah hal yang aku lakukan dengan kakakku dan nyaris semua kisah yang aku ceritakan dimulai dari mereka.
Bagiku yang sepenuhnya sudah tidak dipedulikan oleh keluargaku. Kakak telah menjadi teman-temanku, keluargaku, dan guruku. Ceritaku termasuk didalam cerita mereka juga. Dan aku hanya hidup dalam hubunganku dengan mereka.Tapi disuatu poin tertentu, aku mulai berpikir seperti ini. Bahwa akan datang hari dimana mereka tidak akan disisiku. Aku mungkin pergi untuk mencari mereka, hanya untuk menemukan mereka yang telah pergi tanpa memberikan alasan.
Mungkin sesuatu yang lebih buruk akan terjadi, aku tidak tahu.Saat aku sampai dijalan yang menuju rumah kak brylian. Aku bisa melihat ada kepulan asap dari rumah kak bry.
Ada api juga yang tiba-tiba muncul dari jendela kamar ka bry.
Aku lari dan mendobrak pintu depan. Lingkungan rumah kak bry sangat sepi, tapi kemudian aku mendengar teriakkan beberapa orang.Aku berhasil membuka pintu depan rumahnya,asap keluar sangat banyak.
Kamar kak bry, itu tujuanku.Ketika aku masuk, kak brylian berdiri diatas kasur. Api menyala ditepi kasur. Pada saat itu tubuhku terjerat amarah dan rasa takut yang tidak bisa kutahan. Aku bukan seseorang yang bisa bicara dengan baik. Aku lambat dalam mengekspresikan perasaanku atau hal apapun. Air mataku menggenang, aku terbatuk dan tak ada kata-kata yang keluar, saat aku lari kekobaran api itu, kata-kata yang bisa kukeluarkan hanya,
"Kita berjanji akan pergi kepantai bersama, kenapa kau seperti itu kak?!"Seseorang menarik tubuhku, menyeretku hingga keluar rumah, aku mencoba meronta tapi keadaanku yang baru pulih tidak cukup kuat untuk melepaskan pegangannya, ditambah lagi dengan aku yang menangis sehingga tubuhku semakin lemah.
"Kakakku ada didalam, selamatkan dirinya! Selamatkan kak brylian..!"
Api sudah mulai membesar, bersamaan dengan itu terjadi ledakan besar. Aku terduduk di jalan, berhenti menangis dan mematung..
"Kakk bry..." Ucapku lirih.
"Rendy! Rendy katakan dimana brylian! .. ren?!! Rendyy!!!"
"Kak nando, kak bry didalam.."
"Apa?! Kau bercanda ren, rumah itu....itu ... sudah hancur, brylian tidak mungkin ada disana, ren! Jangan bercanda!!"
"Hiks.. hiks.... Kak bry!!! Maafkan aku"
~~~
Brylian pov
Lembaran itu ditelan api dengan sangat cepat. Dengan panas yang tak tertahankan, semua hal yang kotor akan kehilangan identitasnya, aku akan pergi, aku tidak bisa bertahan lagi, zico aku datang menyusul ..
Rasa sakit, beban, itu semua akan pergi daripada penderitaan. Penderitaan fisik dari panas. Kulit jariku terasa panas, sangat panas sehingga melepuh. Wajah ayahku teringat, walaupun aku sudah berdamai dengannya, tapi ayah dan aku sangat berbeda. Ayah tidak mengerti aku dan aku tidak mengerti ayah. Maafkan aku ayah, aku tidak akan membuatmu malu lagi, maaf ayah. Aku harus pergi.
Rasa takut seperti berada dijurang datang padaku. Lalu apa yang kulakukan untuk bebas? Semuanya terasa mustahil.
Sepertinya aku mendengar suara seseorang tapi aku tak mengangkat kepalaku. Entah itu karena panas atau karena rasa sakit, aku tidak bisa bernafas. Aku tidak memiliki kekuatan untuk bergerak. Walaupun aku tahu. Itu rendy.Dia pasti marah. Mungkin sedih untukku. Aku hanya ingin tenggelam.
Mengakhiri semua asap dan panas ini, semua rasa takut dan rasa sakit.
Rendy meneriakan sesuatu tapi aku tidak dengar.
Pandanganku mengabur. Terakhir aku membuka mata, pemandangan yang kulihat didunia adalah kepulan asap, kobaran api dan wajah rendy.Tajamnya kenyataan aku rasakan setiap hari.
Darah dari tercabiknya kenyataan berubah menjadi merah.
~brylian~
*Huhuhu... Bang bry😭
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS A BOY ✔️
FanfictionCerita ini menceritakan tentang persahabatan ketujuh anak laki-laki. Saya harap, readers bisa mengikuti alur cerita dengan baik. Setiap huruf/kata/angka yang ada dalam cerita memiliki makna tertentu. Hargailah karya orang lain.