25.

2.7K 331 46
                                    

Seokjin berlari seperti orang kesetanan di lorong rumah sakit. Terlebih lagi karena dia barusan mendengar dari radio bahwa kemungkinan Sowon untuk hidup sangatlah kecil.

"DOYEON!" Teriak Seokjin melihat anak sulungnya yang berada di depan ruang UGD.

Doyeon langsung berlari kearah papanya. Dia memeluk Seokjin dan menangis sekencang-kencangnya.

"PAPA, MAMA KECELAKAAN! PAPA KEMANA AJA SIH?! AKU UDAH TELPONIN RIBUAN KALI TAPI GAK DIANGKAT!" Omel Doyeon disela tangisnya.

"Maafin papa, Doy. Ponsel papa mati."

Seokjin lalu mengajak Doyeon agar duduk kembali. Ruang UGD masih tertutup dan tidak terlihat seorang suster pun keluar dari sana.

"Gimana keadaan mama, Doy?" Tanya Seokjin.

"Kata dokter kemungkinan mama untuk hidup kecil, pa... Walaupun mama bisa selamat, pasti mama juga bakalan mengalami koma yang panjang." Doyeon terisak. Tubuhnya bergetar saking takutnya akan kehilangan sang mama.

Seokjin diam. Hatinya sangat sakit begitu mengetahui faktanya bahwa Sowon mungkin akan pergi darinya. Tapi Seokjin tidak akan membiarkan itu terjadi, dia harus menyelamatkan nyawa Sowon walaupun akan mengalami koma selama bertahun-tahun.

"Adik-adik kamu kemana? Mereka tahu kabar ini?" Tanya Seokjin berusaha untuk tidak menangis di depan anaknya.

"Wonyoung langsung pingsan pas denger keadaan mama terus Guanlin nganter dia pulang." Jawab Doyeon.

"Kamu kenapa gak ikut pulang?"

"Kalau aku ikut siapa yang bakal jagain mama? Kalau misalkan ada apa-apa terus aku gak ada di samping mama gimana? Aku gak mau ninggalin mama sedikit pun, pa."

Doyeon sangat bersungguh-sungguh mengucapkan itu. Pikiran Seokjin sangat kacau saat ini. Wajah Sowon yang sedih terus terbayang olehnya. Padahal dia sangat berharap jika Sowon bahagia tanpa ada dirinya.

"Pa." Panggil Doyeon.

Seokjin menoleh. "Ya?"

"Papa mendingan pulang aja. Dari tadi wartawan terus berdatangan menanyai kondisi mama, nanti kalau papa ketahuan disini malah makin banyak orang-orang yang kepo tentang papa."

"Papa gak apa-apa kok. Lagian papa masih berhak berada disini karena kau adalah anakku." Tolak Seokjin.

Doyeon menggeleng. "Bukan masalah papanya. Aku cuma gak pengen mama diserbu komen jahat lagi dari fans papa. Udah cukup mama menerima hujatan waktu dulu."

Seokjin terdiam. Memang benar selama ini yang terkena dampak besar dari perceraian mereka adalah Sowon. Komentar jahat terus berdatangan, tapi Sowon tetap kuat dan tidak membalas atau melaporkannya.

Ini salah Seokjin juga yang tidak ikut turun tangan hingga membuat Sowon harus hiatus dari aktivitasnya selama 3 bulan. Namun Sowon juga tidak ingin dibantu oleh Seokjin dan memilih menjauh dari pria itu.

"Yaudah kalau gitu, kamu tolong jagain mama ya. Kalau ada apa-apa hubungin papa." Ucap Seokjin sambil mengelus rambut putrinya.

Doyeon mengangguk. "Ponsel papa jangan dimatiin ya."

"Siap!"

Seokjin tertawa diikuti oleh Doyeon. Seandainya sikapnya seperti ini dari dulu, pasti anak-anaknya akan betah dengannya.

Seokjin lalu pergi menjauh dari ruang UGD dan hampir saja ketahuan oleh para wartawan karena tiba-tiba rumah sakit itu kembali didatangi oleh berbagai macam wartawan dari beberapa situs berita.

"Nona Doyeon! Mohon beri kami kejelasan apakah Nyonya Sowon bisa diselamatkan?" Tanya salah satu wartawan dari disp*tch.

"Apakah Tuan Kim akan kesini untuk menjenguk mantan istrinya, Nona?" Tanya wartawan dari Nav*r.

Break ; jin sowon✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang