"PA LIAT-LIAT ITU ADA MOBIL MAU NYEBRANG, ASTAGA!"
Guanlin terus teriak-teriak dari tadi. Rasanya dia ingin memutar waktu untuk tidak ikut papanya pergi ke kantor. Melihat Seokjin menyetir dengan tidak fokus, dia seperti sedang menjemput kematiannya.
Seokjin langsung membanting setir ke kiri dan memberhentikan sejenak mobilnya.
"Pa, Guanlin mau pulang aja deh. Tolong jangan berikan Guan kepada malaikat maut." Mohon Guanlin dramatis.
"Siapa suruh kamu tadi mau ikut? Lagian bukannya sekolah malah bolos sih." Balas Seokjin.
"Untung Guan sabar, Pa. Coba kalau gak ada aku? Papa mungkin pulang ke rumah cuma tinggal nama."
"Hush. Kamu malah nyumpahin Papa ya!"
"Habisnya Papa nyetir kayak orang ngelamun. Kalau Papa ngantuk mendingan istirahat dulu di rest area baru lanjutin perjalanannya lagi." Guanlin menasihati Seokjin.
"Perasaan Papa gak enak, Guan..."
"Gak enak kenapa lagi sih, Pa? Kan tadi udah nelpon Mama, terus Mama juga dalam kondisi baik-baik aja."
"Tapi tetep aja, Guan..."
"Yaudah kalau gitu kita muter balik ke rumah Mama, gimana? Biar Papa gak kayak orang linglung begini." Usul Guanlin.
Seokjin menggeleng. "Mama kamu pasti gak suka ngeliat Papa."
"Tuh kan. Papa kalau dikasih tahu yang bener malah gak mau. Nanti kalau Mama nikah lagi sama cowok lain, Guanlin angkat tangan ya, Pa."
"Kamu bukannya nyemangatin malah nyumpahin ya. Papa ini lagi dalam masa pdkt sama Mama kamu. Biarkan air mengalir dengan perlahan, kalau buru-buru nanti tumpah." Seokjin kesel sama anaknya yang dari tadi hanya sibuk mengompori dirinya.
"Apa hubungan air sama pdkt, Papaku tersayang?" Guanlin sudah lelah dengan cara bicara Seokjin yang suka gak nyambung. "Kalau cara Papa pdkt kayak begini, bisa-bisa Mama udah jadian duluan sama orang lain."
"Maksud Papa perlahan tapi pasti, Kim Guanlin. Heran deh, dari kalian bertiga, kayaknya yang paling bodoh itu kamu."
"Salah Papa lah. Siapa suruh pas waktu Mama ngidam micin Papa bolehin? Kan Guan jadi bego."
"Kamu tahu sendiri kan Mama kamu kalau gak diturutin kemauannya gimana? Bisa-bisa Papa ditendang keluar sama Mama kamu. Nanti kalau Papa tidur diluar, siapa yang meluk Papa? Guling?"
Guanlin cuma ketawa aja denger papa nya marah-marah. Sudah lama dia tidak tertawa seperti ini di depan Seokjin. Mungkin terakhir kalinya itu saat dia berumur 5 tahun.
"Malah ketawa lagi. Papa nya lagi bingung begini bukannya dibantuin cuma diketawain aja." Ucap Seokjin.
"Hehehe. Ampun, Pa. Lagian Papa marah tapi kayak orang ngelawak." Guanlin nyengir.
Seokjin tidak membalas lagi ucapan Guanlin, dia sedang fokus dengan ponselnya yang berdering disela-sela tawa Guanlin tadi.
"Sebentar, Papa mau terima telepon dulu. Kamu diem disini ya." Ucap Seokjin.
Guanlin mengangguk mempersilahkan Seokjin menerima telepon.
"Halo? Nona Sooyoung?" Seokjin mengangkat telpon itu.
Guanlin mengernyitkan dahi. Sooyoung? Itu nama neneknya kan? Kenapa Seokjin menyebutnya nona?
"Saya sebentar lagi akan sampai ke kantor, Nona. Baiklah, saya tutup dulu."
Seokjin selesai berbicara dan menaruh ponselnya di dashboard. Di otak Guanlin saat ini penuh dengan pertanyaan. Siapa wanita itu? Jarang sekali Seokjin menerima telpon dari seorang wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Break ; jin sowon✔️
FanfictionTepat pada hari ini, mereka berdua telah resmi bercerai. Setelah 15 tahun mereka hidup bersama dan dikaruniai tiga orang anak, mereka tetap berpisah. #1 in Wonyoung [2-5-2019] #1 in Break [22-6-2019] #3 in Sowjin [28-7-2019]