Panita power renjes

267 40 0
                                    

Paginya semua kembali seperti semula. Hanya saja tadi malam mama bilang kalo sekarang jadi lebih sering dirumah.

Mama punya perusahaan yang terbilang cukup besar, tapi malam itu mama bilang kalau semua sahamnya dititipkan kepada tante Lina. Adiknya.

Seperti pagi biasanya. Berangkat cepat. Ke taman dan menemui puspus. Aku merogoh cepat isi tas ku. Mencari makanan kucing yang kubelikan setiap bulan.

Aku kembali bermonolog kala berada ditaman sepagi ini. Rasa lelah yang ditanggung dari kemarin seakan akan berjatuhan ketika berada di taman.

"Pus kamu mau pulang gak ? Kerumah ku?" Ucapku sambil menganggkat puspus lalu meletakkannya diatas pahaku.

"Pus masa iya aku suka dia" ucapku kembali bermonolog.

Aku melamun. Ya, cukup lama. Aku tersadar ketika puspus melompat ke bawah bangku. Aku meringis ketika melihat jam tangan ku. Aku segera ke mobil, 10 menit lagi gerbang akan ditutup.

Oke bye bye pelajaran pertama. 10 menit berlalu begitu saja saat aku masih di perempatan lampu merah dekat sekolah.

Aku pasrah melihat gerbang tertutup rapat saat sampai disekolah.

Tak ada pilihan lain selain memanjat pagar belakang. Aku segera kebelakang dan bersiap siap memanjat pagar

"Woi!!"

Aku terkejut bukan main. Tiba tiba lelaki bersurai hitam itu berteriak tidak jelas. Seragamnya acak acakan dan hanya menyematkan sebelah tas di bahunya.

"Ngapain lo ? Bolos ya?" Tanya lelaki itu lagi.

"Bolos kepala lo peyang. Galiat nih, gue mau masuk"

Ucapku dengan nada tinggi. Padahal kenal saja tidak.

"Lama lo, masih amatir ya?" Ucapnya remeh segera memanjat pagar dengan mudah.

Aku melongo.

"Kenapa terpana ya? Iya gue emang ganteng" ucapnya sambil menyisir rambut dengan jemarinya.

Aku berdecih

"Btw mau di bantu ga, sebelum lo ketahuan ?" Tanyanya remeh

"Nggak!" Ucapku sewot

"Dih yaudah selamat berjuang" ucapnya sambil meninggalkan ku

"Woi bantu gue!" teriakku pasrah.

"Jaiman sih. Sini tas lo"

Aku melempar tas kearahnya, lelaki itu dengan sigap menangkapnya.

"Yaudah hati hati manjatnya. Ntar kena paku kaki lo"

Dengan hati hati aku berhasil masuk tanpa dilihat oleh seorang gurupun.

"Nih" sembari memberi tas kepadaku.

Aku mengambilnya cepat, agar segera pergi dari tempat itu.

"Ma-"

"Gausah bilang makasih. Kasi ID lo aja" ucapnya dengan watados sembari memberi smartphonenya kepadaku.

Aku menatapnya tak percaya.

"Ogah!"

"Ohh lo mau gue laporin ke bk kalo lo manjat pagar ?"

"Kan lo juga"

"Gue udah sering masuk bk sampe bosen. Kan badboy"

"Sini" aku mengambil cepat smartphonenya dari tangannya dan menekannya dengan cepat.

Sedangkan lelaki itu ? Dia tersenyum puas. Bangke emang -_-

Aku ingin sekali segera pergi dari hadapan lelaki ini. Asli eneg banget lihatnya. gerutuku didalam hati. Tapi lelaki tidak tahu malu ini malah memperkenalkan dirinya kepadaku.

Hijrah, Love and Destiny •Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang