Strange

4.9K 579 368
                                    


Author POV

08.17 KST

Suasana pagi hari di rumah sederhana Na Jaemin tampak lengang, mengingat hanya Jimin yang masih di rumah dan bergumul dengan selimut tebalnya.

Kondisinya sudah semakin membaik lantaran Jaemin merawatnya dengan telaten.

Ting Tung!

Suara bel rumah berbunyi. Jimin yang mendengar itu terpaksa beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka.

Ceklek!

Pintu pun terbuka menampakkan sosok wanita paruh baya dengan senyum ramahnya.

"Maaf, nenek sedang mencari siapa?" tanya Jimin.

"Aku neneknya Jaemin, kau pasti istrinya kan? Yoo Jimin?" tanya sang nenek memastikan.

"Ah iya benar, aku Jimin. Masuklah nek, maaf aku tidak mengenalimu" ucap Jimin tidak enak hati.

"Tidak usah sungkan. Kita memang baru pertama kali bertemu. Maaf nenek tidak bisa menghadiri pernikahan cucu kesayanganku. Aku senang Jaemin mendapatkan istri yang cantik dan baik sepertimu Yoo" tutur nenek tulus sambil berjalan masuk dan duduk di sofa.

Entah kenapa Jimin merasa sakit di hatinya kala mendengar penuturan sang nenek.

'Aku tidak sebaik itu nek, aku sangat buruk' batin Jimin.

Dan saat itu tanpa Jimin sadari, ia mulai mengingat kelakuan buruknya pada Jaemin selama ini.

Dirinya yang suka membentak sang suami padahal dia pun tahu, Jaemin tidak salah apa pun.

Bahkan Jimin mengusir Jaemin dari kamarnya dan menyuruh Jaemin tidur di sofa ruang tengah.

Memasak pun Jimin tidak pernah. Tapi Jaemin selalu memasakkan sarapan sekaligus makan siang di pagi hari, dan memasak makan malam di sore hari sepulang kerja.

Kematian sang ayah membuatnya berubah menjadi gadis yang buruk dan temperamental.

Dia sudah dibutakan oleh kemarahan dan kekecewaan yang menenggelamkan dirinya di lautan kebencian.

'Apa aku seburuk itu? Mengapa Jaemin selalu baik padaku terlepas dari apa yang aku lakukan padanya selama ini?' Jimin kembali merutuk dalam hati.

Dan tanpa ia sadari satu tetes air mata pun lolos tak terkendali.

"Yoo, kau menangis? Kenapa sayang? Apa nenek salah bicara? Apa kau sakit?" sang nenek pun mendekat pada Jimin dan menempatkan telapak tangannya pada dahi Jimin.

"Kau agak demam sayang, mau nenek buatkan bubur?"

"Tidak perlu nenek, Jaemin Oppa sudah memasakkan sarapan bubur tadi untukku. Aku juga sudah minum obat. Dia merawat ku dengan sangat baik" tutur Jimin tanpa sadar.

'Apa aku baru saja memujinya? Dan apa itu tadi? Jaemin Oppa?' rutuk Jimin dalam hati.

"Dia memang pandai memasak. Dulu saat masih kecil dia selalu saja mengganggu nenek dan ibunya saat memasak. Jika sudah begitu pasti ayahnya yang akan turun tangan dan membawa Jaemin bermain piano"

Jimin yang sudah hanyut dalam cerita dongeng di pagi hari hanya diam dan menunggu sang nenek melanjutkan kalimatnya.

"Jaemin berbeda, saat anak lain merengek meminta uang pada orang tuannya untuk membeli mainan, justru Jaemin malah menyisakan uang sakunya dan ia simpan di bawah bantal. Saat orang tuanya pergi pun dia tidak pernah menangis. Jika dia terluka, ia akan diam dan memendamnya sendiri dan terus menebar senyumnya agar orang lain tidak khawatir"

Unilateral Love | Jaemin X Karina ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang