Manager's Romance ~ 19

2.8K 332 82
                                    

Cerita ini tidak menceritakan kehidupan tokoh sebenarnya. Alur cerita pure hasil pemikiran yang nulis dengan dahi berkerut.

Selamat membaca ❤️❤️

**

Awalnya dimulai dari debaran. Denyut yang menghadirkan kegugupan di saat Jimin terlihat beda di hadapannya. Sosok yang dikenal sebagai dengan image pria mesum itu, terhapus sudah. Menganulir semua statement miring itu ketika ia terlihat begitu menawan.

Tadinya begitu.

Hingga semuanya buyar dalam hitungan 10 menit awal film mulai diputar.

Niatnya, Jimin akan memanfaatkan momen ini sebaik mungkin. Dengan membiarkan bahu lebarnya, atau dada bidangnya menjadi tempat persembunyian Sohyun yang mungkin akan ketakutan.

Sayangnya salah. Prediksi itu benar-benar melenceng.

Merungut, terganggu, Sohyun terus menarik bajunya yang merosot karena Jimin yang terus menarik bajunya. Menyembunyikan maniknya menggunakan lengan kecil Sohyun. Jimin benar-benar masuk perangkapnya sendiri.

Rencana romantis itu berakhir sia-sia. Sipu di wajah Sohyun dengan mudah pudar tanpa meninggalkan kesan mendalam. Menganggap ia tadi tak lebih dari berhalusinasi atau sejenisnya. Jejak romantis sama sekali tidak tidak tergambarkan di diri Jimin.

Sebaliknya, kesan byuntae tetap melekat kala Jimin mulai memeluk tubuh Sohyun. Bunyi sound effect yang tiba-tiba berdentum keras menjadi kesempatannya merasakan kelembutan tubuh Sohyun—walau itu di luar kesadarannya.

Seharusnya Jimin meneliti lebih dalam tentang Sohyun. Genre film horor, itu jenis film favoritnya. Bahkan film yang dipilih Jimin termasuk kategori film terburuk yang pernah ditonton Sohyun. Cuma menampilkan wanita yang melayang ke sana kemari dengan seragam putih berjuntai, dari pohon satu ke pohon lainnya.

Membayangkan Jimin yang berubah menjadi psikopat, mungkin itu lebih membuat kudukknya berdiri. Tapi syukurlah, itu tidak terjadi.

"Selesai! Aku harus pulang!" Sohyun lekas berdiri sesaat kedua kata 'The End' muncul di akhir film. Seturut waktu dua jam berakhir dan hutangnya terhitung lunas.

"Tunggu, Manager~nim!" Jimin menahan kepergian Sohyun. Napasnya masih tersengal-sengal, ketakutannya masih belum sepenuhnya hilang, kendati demikian Jimin tetap berusaha memperpanjang waktunya untuk bisa berduaan dengan Sohyun.

"Apa perlu aku mengantarkanmu?"

Dengan jari telunjuknya yang bergoyang ke kiri dan kanan, Sohyun menolak tawaran Jimin dengan senyuman.

"Aku akan dijemput."

"Pria di tempat bowling itu lagi?"

Jika yang diartikan Jimin sama dengan pengertian Sohyun, bahwa Hanbin yang menjemputnya, maka jawaban Jimin salah. Karena ada pria lain yang akan menjemputnya.

"Bye!" tangan Sohyun melambai seiring ia kembali melirik jamnya dengan mendengus. Masih ada hari panjang yang harus dilaluinya saat ini.

.

.

.

.

.

.

"Di persimpangan, belok kanan dan menyeberang. Aku menunggumu di bawah pohon rindang. Mobil bewarna silver. Jangan membuatku lama menunggu!"

Diakhiri desis sinis saat Sohyun baru saja membaca pesan baru dari orang yang sama.

Kalau pesan itu dikirimkan dalam bentuk kertas, pastilah sudah habis riwayat si kertas yang langsung diremukkan oleh tenaga Sohyun. Beruntung pesan itu dikirimkan lewat ponsel. Walau ingin membantingnya, namun Sohyun tak seberani itu. Lagipula, ponsel ini merupakan pemberian Hanbin, saudara prianya.

MANAGER'S ROMANCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang