Cerita ini tidak menceritakan kehidupan tokoh sebenarnya. Alur cerita pure hasil pemikiran yang nulis dengan dahi berkerut.
Happy reading ❤️
**
Entah ini kebaikan atau malah sebaliknya. Suatu keburukan.
Pada akhirnya tidak ada cara lain yang terpikirkan gadis yang dikenakan hukuman oleh sang Ayah dan Ibunya, selain menerima syarat yang diajukan sang Ibu dan Pamannya, PD Bang.
Bekerja.
Gadis itu dituntut untuk bekerja demi membayar guci mahal yang berhasil dipecahkannya. Alasan-alasan klise seperti, 'tidak sengaja', 'bekerja disana tidak sesuai denganku', atau 'aku hanya akan merepotkan', semuanya tidak lagi membuat Ibu dan Pamannya termakan tipu muslihat sang gadis yang selalu membuat banyak alasan itu.
Tidak ada credit card. Tidak ada mobil. Tidak ada belanja gratis di mall sang Ibu. Dan larangan yang sama ketatnya diberlakukan pada sang Ayah dan saudaranya, Hanbin, seandainya ketahuan membantu gadis manja yang kini menyimpan raaa kesal pada sang Ibu.
Mengingat semua hal yang dibekukan sang Ibu adalah hal-hal yang penting untuknya, dengan berat hati Sohyun mengalah. Ia menyetujui syarat yang diajukan sang Ibu, yaitu bekerja.
Dan hari ini menjadi hari pertamanya akan memulai bekerja. Tak terlihat antusias, bergembira, semua ini tak lebih dari keharusan untuk dilaluinya.
"Yak! Apa benar kau akan bekerja dengan penampilan seperti itu?"
Gadis itu menaikkan alisnya setelah mendengar ucapan saudara prianya, Kim Hanbin. Ucapan yang sontak membuatnya kembali memperhatikan tampilannya. Sohyun memiringkan kepalanya. Baginya, tidak ada yang salah dengan penampilannya hari ini.
Sempurna. Setidaknya begitu yang ada di pikirannya.
Atasan blazer coklat sepanjang lututnya, dipadu-padankan dengan bawahan celana pendek diatas lutut bewarna lebih muda dari atasannya, dengan mudah memperlihatkan keindahan kakinya. Surai tergerai panjang dan dibuat bergelombang di bagian bawah. Make up tipis yang tidak membuatnya terlalu mencolok, kacamata yang masih terpasang di atas kepalanya, dan sebuah heels tinggi, melengkapi tampilannya yang sempurna.
"Wae? Apa ada yang salah dengan penampilannku?" gadis itu berbalik tanya pada Hanbin.
"Apa kau kira kau sedang fashion show? Bagaimana kau akan bekerja dengan sepatu setinggi itu?" sang Ibu melotot ke arah putrinya yang masih kesal padanya.
"Ah ... Eomma! Ini juga salahmu! Sudah kubilang aku tidak mau bekerja! Tapi kau dan paman tetap memaksaku!" gadis itu kembali merengut. Melampiaskan semua gerutunya yang tak ada habisnya.
"Sohyun~ah!"
Pembicaraan terhenti begitu Bang Si Hyuk, paman gendut itu menghampiri keluarga Kim yang sedang berusaha menikmati sarapan pagi. Masih terasa aura panas sisa pertikaian sang ibu dan putri bungsunya.
"YAK! apa kau akan bekerja dengan pakaian seperti itu?!"
Sohyun mengangkat bahunya seolah tak peduli dengan tanggapan sang paman yang ikut terkejut melihat penampilan . Tidak ibu ataupun pamannya, semuanya terlihat tidak mendukung penampilannya yang sudah dipersiapkannya dalam waktu 1 jam.
Apa selain dirinya, tak ada yang mengerti bagaimana dunia fashion saat ini bekerja?
"Tidak boleh! Kau tidak boleh bekerja dengan pakaian seperti ini! Kau malah akan membuat skandal dengan penampilanmu seperti ini! Aku tidak setuju!" tolak sang paman tegas.
Sohyun memiringkan kepalanya. Sebenarnya ia juga belum tahu akan bekerja seperti apa atau menjadi apa di kantor sang paman. Yang ia tahu, ia hanya akan bekerja pada pamannya hingga hutangnya lunas.
Tapi apa yang harus ia kerjakan hingga ia tak boleh berpenampilan cantik?
.
.
.
.
.
.
.
"Ini apa? Argghhh ... !" Gadis itu mengacak-acak rambutnya sendiri. Melampiaskan rasa kesal sebagai bentuk stres-nya.
Ini memalukan. Sama sekali bukan gayanya.
Kemeja lengan panjang bermotif garis lurus dilengkapi dengan sebuah celana jeans berwarna gelap. Rambut terikat tinggi dan wajah yang hampir tak ber- make up sama sekali.
Dunia mode seakan berduka untuknya.
"Wah ... apa mungkin aku akan disuruh menjadi pembantu?"
"Mungkin."
"Mwo?!" pekik Sohyun saat melihat cengiran di wajah sang Paman.
Sohyun mendengus. Menyelidik penuh curiga dengan rencana yang masih disembunyikan sang Paman.
"Dan ingat! Kau tidak boleh mengatakan kalau kau adalah keponakan Paman. Jangan juga mengakui identitasmu sebagai tuan putri keluarga Kim yang terkenal. Dan yang paling penting, jangan pernah terpikirkan untuk menggoda atau tergoda dengan mereka. Tidak ada istilah jatuh cinta atau pacaran. Ini syarat yang harus kau penuhi. Mengerti?"
Sohyun memajukan bibirnya. Untuk bekerja saja dia sudah tak tertarik. Apalagi dengan ucapan pamannya tentang jatuh cinta atau apalah itu namanya. Ia tak punya waktu untuk memikirkan hal remeh itu.
"Kita sudah sampai."
Sohyun mendekatkan wajahnya pada jendela mobil sebelum akhirnya ia turun. Gedung apartement mewah di tengah kota Seoul. Semakin menyisakan pertanyaan besar untuk apa pamannya membawa dirinya ke sini.
"Aku akan bekerja disini? Bukan dikantor Paman?" tanya Sohyun dengan polos.
PD Bang ikut mengangguk dan tersenyum tipis. Keduanya berjalan menuju pintu masuk gedung bertingkat itu. Bang Si Hyuk menekan tombol lift dimana ia akan segera memberitahukan pekerjaan Sohyun yang sebenarnya.
Sohyun masih menangkup wajahnya yang tampil apa adanya. Memandang kiri dan kanan dengan curiga. Terlihat ia takut berjumpa dengan teman-temannya tanpa sengaja atau siapa pun yang mengenalnya. Kepercayaan dirinya perlahan menciut membayangkan apa yang sebenarnya harus ia lakukan dengan tampilan sederhana ini.
Ting Tong!
Keduanya terhenti di depan salah satu pintu yang terletak di lantai 12. Sohyun kembali melirik penuh curiga pada Pamannya yang masih tersenyum.
"PD Bang!" sambutan hangat begitu pintu itu terbuka.
Sohyun mengerjapkan matanya beberapa kali saat pertama kali berjumpa dengan sosok yang membuka pintu itu. Wajah yang sepertinya tidak asing untuknya.
"Seokjin~ah ..." balas PD Bang ambil merangkul pelan pada tubuh tinggi pria itu.
"Kau pasti mengenalnya bukan?" dengan senyum bangga, PD Bang masih merangkul pundak lebar pria bernama Seokjin itu di depan Sohyun yang tak bergeming.
"Dia siapa Paman?"
Manik kedua pria itu sama-sama membesar mendapati gadis itu sama sekali tak mengenal sosok tampan di depannya. Tak juga terlihat antusias untuk mengingat siapa yang dirangkul pamannya itu. Sebaliknya, ia memainkan lidah di dalam mulutnya. Tak merasa harus peduli dengan semuanya.
**
To Be Continued
Perlukah diteruskan ceritanya? 🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
MANAGER'S ROMANCE (END)
FanficAnggap sial, tapi penderitaan yang dialaminya terlihat keberuntungan di mata orang lain. Bagaimana bisa yang namanya mengurus tujuh pria sekaligus dikatakan keberuntungan? Sedangkan mengurus diri sendiri saja, dia belum becus. Belum lagi menghadapi...