Cerita ini tidak menceritakan kehidupan tokoh sebenarnya. Alur cerita pure hasil pemikiran yang nulis dengan dahi berkerut.
Happy reading ❤️
**
"Aku tidak mau! Pokoknya tidak mau!"
Mengunci diri di dalam kamar, Sohyun bersikeras tak akan menuruti keinginan sang ibu. Itu pun tidak bisa dikatakan permintaan, melainkan titah jadul nan kolot yang menjijikkan—baginya.
Memang di dunianya, hal jodoh-menjodohkan seperti ini, bukanlah hal yang asing. Melihat bagaimana kepentingan bergulat di atas perasaan, pastinya kekuasaan dan nama baik selalu menjadi prioritas utama untuk bisa bertahan.
Lihat saja bagaimana nasib teman-teman seumurannya yang kini hidup dalam kekangan tali emas. Kebahagiaan yang diartikan sederhana dengan selembar uang, saham, atau emas mulia yang menempatkan mereka pada posisi yang diukur dari level kekayaan.
"Kim Sohyun! Buka pintunya sekarang atau selamanya kau tidak akan pernah keluar dari kamar ini!"
Suara itu milik ibunya yang berdiri gagah di depan pintu kamarnya.
Entah bagaimana suara penuh penekanan tersebut begitu mengintimidasinya. Sulit untuk tidak membuka pintu saat itu adalah ibunya yang berkehendak. Sungguh, hatinya amat lemah, bukan?
"Ibu ... Aw! Sakit, Bu!" rintih Sohyun mengaduh, sesaat sang nyonya besar tak segan menjewer telinga kiri sang putri.
"Yak! Kau ini ... sebenarnya sampai kapan mau membuat masalah terus? Pokoknya ibu tidak mau tahu lagi. Kali ini, kau harus menuruti kata ibu. Mengerti?"
"Tidak. Aku tidak mau!" bantah Sohyun masih mengerang.
Mendesah kasar, Nyonya Kim melepaskan tangannya dari telinga Sohyun. Terduduk di pinggiran tempat tidur putrinya, hanya beberapa detik ia beristirahat sebelum kembali menatap Sohyun dengan tajam. Sementara yang ditatap tetap bersikeras dan memasang air muka tak ingin mengalah.
"Eomma ...!"
Hanbin pun tiba; langsung menyela masuk ke dalam kamar Sohyun. Dari deru napas yang tidak teratur dan gurat panik Hanbin, mungkin tadinya Hanbin ingin membujuk sang ibu untuk mengurungkan niat—menjodohkan Sohyun.
"Oppa ... kau harus membantuku. Ibu akan menjodohkanku. Ibu sudah keterlaluan."
Sohyun lekas bersembunyi di belakang punggung Hanbin. Besar harapannya Hanbin mampu menjadi pahlawan bertopeng untuknya. Bersama, keduanya bisa memerangi ketidakadilan yang ditetapkan sang ibu.
"Dan kau, Hanbin~ah!"
Jari telunjuk Nyonya Kim mengarah lurus ke arah Hanbin yang menilik dirinya sendiri.
"Jangan berpikir untuk membela adikmu kalau kau tidak ingin menikah dengan wanita yang ibu pilih secara acak."
Hanbin toleh pada sang adik yang ikut terperangah. Menggoyahkan pendirian Hanbin yang mulai rapuh. Rasanya sulit mengambil pilihan di antara kedua wanita yang memiliki daya tarik berbeda—ibunya dan Sohyun.
Menepuk pundak Sohyun beberapa kali, Hanbin mendesah panjang sembari berujar, "Kita harus menyelamatkan diri masing-masing, Hyun. Mian ...."
Menganalisa penekanan di setiap kata yang dilontarkan sang ibu, pastilah ia sadar bahwa ancaman ini tidak lagi sekedar gertakan belaka. Mengingatkannya seperti masa lalu; saat memecahkan guci sang paman. Ibunya bahkan tidak mengampuni ataupun ikut membelanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANAGER'S ROMANCE (END)
Fiksi PenggemarAnggap sial, tapi penderitaan yang dialaminya terlihat keberuntungan di mata orang lain. Bagaimana bisa yang namanya mengurus tujuh pria sekaligus dikatakan keberuntungan? Sedangkan mengurus diri sendiri saja, dia belum becus. Belum lagi menghadapi...