4

299 7 0
                                    

Seorang pelayan wanita membukakan pintu untuk Murat dan Doruk.

"Jangan lupa, kita hanya punya waktu setengah jam" Murat mengingatkan Doruk ketika Doruk akan menaiki tangga.

"Tapi kakak lihat? Setengah jam tidak akan cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan nenek". Dia menunjuk pada seorang wanita tua diluar rumah, sedang melakukan sesuatu pada tanamannya dihalaman belakang.
Murat menoleh pada nenek itu, dan tersenyum kemudian keluar menghampirinya.

"Apa kabar Nyonya Azime Sultan? " sapa Murat pada neneknya.

"Dari mana saja kau, monyet kecil, huh?!" Nyonya Azime menghentikan kegiatannya mendengar sapaan cucunya. Murat kemudian menyalami dan mencium tangan nenek kesayangannya itu. Nyonya Azime pun memeluk Murat dengan erat.

"Nenek kan tahu aku ke Ankara untuk urusan pekerjaan" sahut Murat.

"Tentu saja aku tahu! Syukurlah, aku belum begitu pikun". Dengan tatapan dan cemberut yang dibuat-buat, Nyonya Azime melanjutkan, "Tapi mengapa kau lama sekali?"

Dengan menggedikkan bahu nya Murat menjawab, "Itu diperlukan, Nenek".
Melihat tatapan menyelidik dari neneknya, Murat pun melanjutkan, "Kenapa?"

"Jangan bilang kau menemukan seorang calon pengantin di Ankara dan merahasiakannya dari kami? " kata Nyonya Azime sambil memukul bahu Murat.
"Aku mengenalmu. Kamu tidak akan mudah mengatakannya begitu saja"

Murat hanya bisa menatap neneknya sambil tersenyum. Nyonya Azime pun melanjutkan,

"Begini, kalau gadis itu dari Ankara, tidak apa apa. Itu adalah kota besar. Gadis-gadis dari sana cukup baik. Ayolah! Aku tidak meminta terlalu banyak. Dia harus terlihat layak. Berpendidikan, bisa mengurus rumah dan memasak".

Murat hanya bisa menghela nafas mendengar perkataan neneknya.

Nyonya Azime melanjutkan,
"Seorang wanita yang subur dan menghormati orang tua. Itu saja!"
Murat hanya mengangguk meng-iya-kan semua perkataan neneknya.
Setelah nenek nya selesai bicara Murat pun menegaskan,

"Sungguh, aku kesana hanya urusan pekerjaan. Sekarang lupakan tentang aku, ceritakan tentang Nenek. Apa Nenek baik-baik saja?" Murat berkata sambil menggandeng lengan neneknya dan membawanya masuk kedalam rumah.

"Ah, nak. Aku bisa apa? Tinggal satu atap dengan wanita sinis itu, bagaimana aku bisa baik-baik saja?" Kata Nyonya Azime

Murat tertawa mendengarnya.
"Jangan keras-keras, nek. Dia bisa mendengarmu! "

"Memangnya kenapa? Apa itu kebohongan?" kata Nyonya Azime sambil berjalan masuk diiringi Murat.

####

"Derya!" Seorang lelaki paruh baya berteriak memanggil istrinya dari dalam kamar.

"Ya!" Sahut wanita itu masuk sambil merapikan rambutnya.

"Astaga! Kau belum siap juga."

"Apa kau mengatakan aku lamban, Nejat? Kau lihat aku hampir siap." Wanita itu berkata sambil bercermin dan memasang antingnya.

"Bisakah kau lebih cepat sedikit? Aku yakin Murat sudah tiba."

Derya melirik suaminya melalui cermin dihadapan nya, "Memangnya kenapa?" sinisnya.

"Dia datang untuk sarapan bersama kita!"
"Anak itu selalu tepat waktu. Tolong jangan membuatnya menunggu." Tuan Nejat menekankan pada istrinya.

"Jadi maksud mu, aku senang membuat orang lain menunggu?" sahut Derya.

Tuan Nejat hanya bisa menghela nafas mendengar jawaban sinis istrinya.

"Kau benar, kita sebaiknya tidak boleh membuat Tuan Murat menunggu" lanjut Derya sambil meninggalkan suaminya dan keluar kamar.

Derya turun dan bertemu dengan Murat di tangga. Murat baru saja keluar dari dapur sambil memakan sesuatu.

"Selamat pagi!" sapa Murat.

"Selamat pagi, Sayang. Aku telah menyuruh mereka menyiapkan sarapan di luar."

Murat memandang keluar, tempat yang dimaksudkan Derya.

"Aku tahu" sahut Murat dan bersiap akan menaiki tangga. Namun Derya menghentikannya.

"Apa kamu memerlukan sesuatu?"

"Tidak. Aku hanya ingin membangunkan Doruk"

"Doruk datang?"

"Ya, dan dia langsung pergi tidur. Itulah mengapa aku penasaran." jelas Murat.

"Dia baru datang pagi ini, biarkan saja anak itu tidur."

Murat hanya terdiam menatap Derya dan mengalah, tidak mengatakan apa-apa lagi. Tepat saat itu, Tuan Nejat pun turun.

"Wah! Wah! Wah! Sang penakluk Ankara!" kata Tuan Nejat bangga. "Selamat datang! Mari!"

Tuan Nejat memeluk anaknya dengan bangga. Sementara Derya menatap kedekatan ayah dan anak itu dengan pandangan tidak suka.

"Bagaimana pertemuannya?" Tuan Nejat membuka percakapan.

"Ankara baik. Selanjutnya Milenese grup."

"Ah... Meetingnya hari ini kan?" Murat mengangguk mengiyakan. "Dimana Doruk? Apakah dia belum bangun?" Tuan Nejat bicara pada istrinya.

"Dia baru tiba pagi ini, Nejat. Biarkan dia tidur." sahut Derya.

"Kenapa? Ya Ampun! Pergi dan bangunkan dia. Dia juga harus ikut dalam meeting ini." Kata Tuan Nejat kepada Murat.

Derya memotong perkataan suami nya, "Nejat sayang, biarkan saja anak itu tidur!"

"Ketidakdisiplinan akan ada harganya. Benar kan, sayang?" tegas Tuan Nejat. "Dia tidak akan bisa tidur hari ini."

Derya terdiam dan mengalah. Kemudian tersenyum pahit pada suaminya. Lalu beranjak pergi dengan kesal.

Murat yang sedari tadi diam melihat perdebatan mereka hanya menunggu. Kemudian Tuan Nejat memberikan kode kepada Murat agar segera pergi ke atas. Murat mengangguk dan bergegas menaiki tangga.

###

Katakan I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang