3

364 12 0
                                    

Diperjalanan menuju rumah, mobil Murat disusul dan dipepet mobil lain. Sebuah mobil beratap terbuka berwarna biru. Pengemudinya menatap ke arah Murat dengan pandangan mengancam. Murat dan Kerem balas menatapnya. Murat yang akhirnya menyadari siapa orang itu kemudian memutar bola matanya dengan malas. Dia tahu siapa orang itu. Kerem pun tersenyum meremehkan.
Lalu Kerem berusaha mempercepat mobilnya meninggalkan orang itu di belakang. Hingga tepat saat tiba di depan pintu gerbang sebuah rumah, kedua mobil itu berusaha mendahului satu sama lain. Namun keduanya sama-sama berhenti di depan pintu gerbang. Karena tidak mungkin kedua mobil itu masuk secara bersamaan.
Seorang pria berkacamata hitam dengan atasan biru muda itu menatap Kerem. Dengan menderu dia memainkan gas mobilnya. Kerem hanya menatapnya dengan santai. Kemudian membuka kaca pada kursi penumpangnya. Pria itu kembali menatap Murat dengan tatapan menantang.

"Apa langkah kita selanjutnya? " tanya Kerem pada Murat. "Apakah dengan pendekatan agresif atau konstruktif? "

Murat berfikir sejenak.

"Haruskah kita menyerang sekarang atau mundur lalu menyerang dari belakang? " kata Kerem lalu menoleh pada pria berkemeja biru yang sedari tadi terus menatap mereka.

"Biarkan dia masuk duluan" kata Murat.

Kerem terkejut mendengar perintah bosnya itu.

"Apa Anda yakin?"

"Ya, saya yakin" sahut Murat.

Dengan pasrah Kerem menuruti perintah bosnya dan memberi kode pada pria berkemeja biru itu untuk maju lebih dulu. Lalu dia pun memundurkan mobilnya agar pria itu bisa masuk lebih dulu.

Setelah memarkirkan mobilnya, pria itu keluar dan Murat pun menghampirinya.

"Kapan kau akan bersikap dewasa, hah?! " kata Murat kesal. "Kamu selalu masih ingin bermain denganku. Begitu banyak waktu terbuang hanya karena masalah mobil ini".

"Seorang kakak lelaki sudah cukup untuk seluruh rumah. Dan aku sudah cukup bahagia dengan keadaanku". Sahut pria itu.

Mereka saling menatap tajam. Kemudian tersenyum satu sama lain dan akhirnya saling berpelukan.

"Selamat datang abhi (kakak laki-laki) ".

"Aku senang bisa kembali" kata Murat sambil memeluk adiknya.

"Tapi jalan itu milik kami lebih dulu Tuan Doruk" kata Kerem tersenyum, ikut dalam percakapan itu.

"There's how merciless life is, dear Kerem" sahut Doruk. "Satu serangan dapat mengubah seluruh keseimbangan" jelasnya.

Kerem hanya mengangguk meng-iya-kan.

"Hey Kak! Bagaimana, apakah kau menaklukkan Ankara untuk kami? Apakah kau meningkatkan kekuatan dari keluarga Sarsilmaz di ibukota? "

"Yeah, something like that. Bagaimana denganmu? Kamu dari mana pada jam begini? " tanya Murat pada Doruk. "Dan ah.. Kita punya meeting hari ini, kamu ingat kan? "

"Aku tidak ingin menjelaskan detailnya. Tapi itu malam yang melelahkan. Bahkan hal itu tidak ada apa-apanya dibandingkan yang kau lakukan di Ankara. Jadi aku fikir akan tidur sepanjang hari ini"

"Apapun itu, kita sudahi diskusi ini. Kau punya 30 menit untuk bersiap. Kita akan berangkat bersama" kata Murat tersenyum dan menyilahkan adiknya untuk segera masuk.

Akhir nya Doruk melangkah masuk sambil menggerutu "Oh.. Aku benar-benar dianiaya di rumah ini".

Murat hanya tersenyum mendengar nya..

####
Cukup dulu untuk malam ini. Please tinggalkan jejak biar aku tau kerja keras ku ada yg tengok ya...
Vote and komen nya ditunggu nih hanya sekedar untuk penyemangat ku..

Murat dan Doruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Murat dan Doruk

Katakan I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang