16

146 8 4
                                    

Murat dibangunkan oleh suara jam beker. Waktu menunjukkan pukul 06.59 pagi. Dia langsung bangun dan mandi. Setelah memilih-milih pakaian dan mengenakannya, Murat pergi ke dapur. Dia membuka lemari esnya dan mengambil sebotol jus jeruk. Saat ingin meminumnya dia melihat sosok yang sangat membuat moodnya jelek pagi ini. Didem! Ya, Didem sedang tidur pulas tengkurap di sofa rumahnya. Melihat Didem diawal pagi sangat membuat Murat kehilangan moodnya. Dia tidak jadi meminum jusnya dan langsung pergi meninggalkan rumah.

%%%

Suara alarm dari ponsel Hayat berbunyi. Masih dengan mata yang terpejam, Hayat meraba-raba disekitar bantalnya. Dia menemukan ponselnya dan dengan mata yang sedikit terbuka dia mematikan alarm ponselnya. Dia kembali melanjutkan tidurnya sambil memeluk boneka katak.

Ipek pun terkejut mendengar suara alarm dari sebuah ponsel. Masih dengan mata terpejam dia meraba-raba asal suara tersebut. Ternyata ponsel Asli yang tergeletak dilantai yang berbunyi. Dimatikannya alarm tersebut kemudian melemparnya ke arah Asli.

Hayat, Asli dan Ipek tidur sekamar. Hayat dan Ipek tidur di ranjang sedangkan Asli tidur dilantai beralaskan kasur. Ditengah antara tempat tidur Hayat dan Ipek.

Ipek dan Hayat pun bangun dan bersiap. Hayat terlihat mengenakan pakaian yang telah dipilihkan sahabatnya tadi malam. Celana jeans biru dipadankan dengan blazer putih dan baju dalaman biru bergaris.

Diluar, ketika akan berpamitan, bibi Fadik mencium kedua pipi Hayat dan mendoakannya.

"Semoga kau diberikan pikiran yang jernih, sayang ku.. "
"Jadilah lemah lembut, tapi jangan biarkan seorang pun menghancurkanmu"
"Kerjakan semua pekerjaanmu tapi jangan terlalu berbihan bekerja"
"Kerjakan dengan baik, jangan sampai.. "

Ketika bibi Fadik ingin melanjutkan nasihat-nasihatnya, ucapannya dipotong oleh Nyonya Emine,
"Jangan sampai dipecat! "
"Sebab ayahmu bilang tidak akan memberi kesempatan kedua bila kau dipecat"
"Dan dia bilang, dia akan kesini menjemput mu pulang. Itu saja! " tegas Nyonya Emine

"Dan, apa yang akan Ibu sampaikan, Bu? " ujar Hayat dengan wajah agak sedih.

Nyonya Emine agak bingung.
"Apa yang harus aku katakan? "

"Bukan. Maksud ku, apa yang Ibu harapkan dari ku? "

"Memangnya apa yang bisa aku harapkan? " Nyonya Emine masih bingung. Tampaknya masih belum mengerti maksud dari perkataan Hayat.
"Aku ingin kau baik-baik saja, sehat dan bahagia. Apalagi yang seorang ibu inginkan?"

"Tapi dengan kembali kesana aku tidak baik-baik saja atau bahagia, Ibu"
"Jangan salah sangka. Aku berkata seperti ini bukannya tidak menyukai kampung halamanku. Aku menyukainya. Tapi dengan kembali kesana, sudah jelas kehidupan seperti apa yang menantiku" jelas Hayat sedih. Nyonya Emine hanya terdiam mendengar perkataan Hayat. Dia merasa Hayat benar.
"Pada akhirnya, kehidupan itu bukan kehidupan yang aku impikan. Kehidupan itu bukan Hayat, Ibu" (nama Hayat berarti "kehidupan" dalam bahasa Turki)

Nyonya Emine merasa Hayat benar. Dan dia pun menangis sambil menarik Hayat kedalam pelukannya.
"Oh anak ku.. Anak ku... "
Bibi Fadik pun memeluk mereka berdua. Dan akhirnya Ipek pun ikut memeluk mereka.

"Baiklah.. Baiklah.. Aku janji tidak akan sampai dipecat. Dan titip salam dan ciuman yang banyak untuk Ayah, ya? " ujar Hayat sambil melepaskan pelukan mereka. Nyonya Emine hanya mengangguk

"Terlambat! "
"Aku sudah terlambat! " teriak Asli dengan tiba-tiba. Dia tergesa-gesa keluar rumah hingga tasnya terjatuh. Dengan cepat dia berjalan melewati Hayat dan Ipek sambil masih menggerutu.
"Mengapa kalian tidak membangunkan aku? " ujarnya sambil lalu. "Ada apa dengan kalian ini? " Gerutunya. Kemudian berjalan tergesa keluar halaman rumah.

Katakan I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang