Hayat seorang gadis desa yang telah menyelesaikan kuliahnya di Istanbul, dipaksa pulang ke kampung halaman karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Dalam ke-putusasa-an, dia mendapatkan pekerjaan disebuah perusahaan tekstil terkenal. Namun pekerjaa...
"Apakah semua orang bersekongkol untuk membuat masalah denganku hari ini?!" Hayat masih saja marah-marah di sepanjang jalan. Dia bicara sendiri. "Apakah ada pertaruhan siapa yang bisa membuat Hayat kehilangan akalnya hari ini?!" "Dan laki-laki itu! Apakah kamu mengenal si supir taksi itu?" katanya menirukan gaya bicara Murat dan membesarkan suaranya seperti seorang pria. "Tentu saja aku mengenalnya! Dia adalah teman ayahku di ketentaraan!"
Tampak taksi yang di tumpangi Murat telah menyusul Hayat. Murat keluar dari taksi dan berlari kecil mengejar Hayat.
"Nona!" dia memanggil.
Tapi tampaknya Hayat tidak mendengarnya karena masih saja menggerutu. "Masuk akal! Masuk akal! Pria itu berfikir logis. Tapi nol dalam kesopanan!"
Murat akhirnya bisa menyusul Hayat dan memanggilnya sekali lagi sambil menepuk bahu nya. "Nona! "
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hayat sangat terkejut. "Ada apa ini?!" Hayat menoleh dan melihat Murat dihadapannya. Murat tersenyum. "Apa kau membuntutiku?!"
"Tidak! Tidak!" kata Murat lalu menatap ponsel yang ada ditangannya. Hayat pun melihat ponsel itu.
"Apa yang ada ditanganmu?"
"Ponsel" jawab Murat sedikit bingung.
"Dan kau ingin menanyakan nomor ponselku dengan tidak tahu malu?" Hayat menatap Murat dengan sinis.
"Begini, nona. Kau salah faham lagi denganku. Dan kesabaranku sudah mulai habis." Murat menegaskan.
"Salah faham apa! Salah faham apa!" Hayat kembali berapi-api sambari mencondongkan tubuhnya ke arah Murat. Mau tidak mau Murat pun agak memundurkan tubuhnya. "Kehabisan kesabaran! Kau yang menunjukan ponsel kehadapanku dan mencoba meminta nomor teleponku!" Hayat bicara tak berjeda. "Berikan itu!" Hayat kemudian dengan tiba-tiba mengambil ponsel dari tangan Murat kemudian melemparnya ke tempat sampah di sampingnya. Melihat itu Murat hanya terkejut dengan mulut ternganga.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Cukup! " tatap Hayat.
Tiba-tiba ponselnya berdering lagi. Murat hanya bisa tersenyum melihat ke arah tempat sampah. Hayat terdiam dan sedikit melirik ke arah tempat sampah juga. Mungkin dia baru menyadari apa yang telah dia lakukan.
Masih belum terlalu yakin, Hayat mencoba mencari-cari didalam tasnya. Murat hanya bisa tersenyum. Hayat masih tidak menemukan ponselnya, hingga harus memasukkan kepalanya kedalam tas. Dengan malu Hayat memandang Murat kemudian berjalan menghampiri tempat sampah. Murat tertawa melihat itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hayat mencoba mencari-cari dalam tumpukan sampah dengan jijik. Sesekali dia mencium aroma tak sedap dan mengernyit. Melihat itu Murat hanya tersenyum dan pergi meninggalkan Hayat dengan diam. Murat masuk ke dalam taksi dan mulai berangkat. Setelah agak dekat dengan Hayat, Murat menyempatkan menyapa, "Semoga harimu menyenangkan!" katanya lalu pergi dengan melambaikan tangan dan tersenyum. Melihat itu Hayat bertambah marah dan hanya bisa menggeram kesal.