Seorang model berambut pirang keriting dengan tatanan rambut disanggul keatas sedang melakukan sesi pemotretan. Ditengah sesi dia minta izin untuk berdiri dan mengambil make up yang telah disembunyikannya dibalik bantal sofa. Dia lalu merapikan make up nya sebentar kemudian duduk di sofa itu dan melanjutkan pemotretannya. Melihat itu, sang fotografer dan wanita disebelahnya mulai kehabisan kesabaran. Setelah beberapa kali jepretan kamera, sang model itu mulai mengambil kaca make-upnya lagi dan merapikannya lagi. Wanita disebelah sang fotografer berdecak tidak sabar dan menginstruksikan sesuatu kepada anak buahnya.
"Teman-teman, aku bisa melihat pakaian dalam di belakang bajunya. Coba sembunyikan itu. Bagian bahu kanannya agak turun, perbaiki! Hati-hati dengan potongan dibagian lehernya" instruksinya.
Sedangkan sang model masih sibuk melihat bayangannya di cermin dan merengut kemudian memperbaikinya.
"Kami masih menunggu Nona Didem memperbaiki riasannya" kata seorang asisten wanita.
"Ck! Dia tidak akan pernah selesai! Lakukan apa yang aku perintahkan! " wanita berambut merah itu kesal melihat tingkah modelnya. Asisten wanita itu segera mengerjakan tugasnya.
"Uff! " seru Didem
"Ada apa Nona Didem? " tanya sang fotografer
"Aku merasa ada sesuatu yang salah di dagu sebelah kiriku" keluhnya sambil masih menatap cermin.
Wanita berambut merah itu menghembuskan nafas kesal. Kemudian bicara pada sang fotografer,
"Aku harap sesuatu di dagu kirinya itu segera hilang. Agar kita bisa segera melakukan tugas kita"
Seketika raut wajahnya berubah manis. Dia tersenyum seperti sedang bicara pada seorang anak tk. Nada bicaranya pun di manis-maniskan. Dengan sedikit membungkuk dia berkata,
"Manisku..! Kamu sudah sangat sempurna, tidak akan ada yang menyadari ada sesuatu yang salah pada dagu indah mu" bujuknya.Mendengar pujian itu, Didem pun tersenyum senang. Namun dia khawatir lagi dan bertanya,
"Apakah ada sesuatu yang salah di kakiku? "Mendengar itu Nona Tuval pun menepuk jidatnya dengan kipas yang selalu dibawanya dengan kesal.
"Tidak! Tidak ada masalah dengan kakimu, Nona Didem. Kita bisa mengeditnya nanti" kata sang fotografer.
"Ok" sahut Didem akhirnya.
"Kami akan segera mulai kalau kau sudah siap" lanjut fotografer itu.
"Baik, aku siap"
Baru saja Didem akan memulai pose nya, tiba-tiba dia terpekik kecil dan kaget melihat jemari tangannya.
Nona Tuval lelah melihat tingkah Didem. Dengan senyum yang dipaksakan di berkata,
"Ada apa lagi, Manis? ""Nona Tuval, pewarna kuku ku agak terhapus" keluhnya hampir menangis.
"Tidak apa-apa, sayang. Mari kita lanjutkan" bujuknya lagi.
Akhirnya Didem menurut. Tapi baru beberapa kali jepretan, dia kembali berulah. Kali ini dia tampak terkejut dan melambaikan tangannya.
"Murat! " panggil nya. "Selamat datang, Sayang". Dia menghampiri Murat dan berusaha ingin mencium pipi pria itu. Namun Murat menghindar dengan mengundurkan kepalanya.
"Aku tidak ingin mengganggu. Lanjutkan saja" ujarnya cuek. Didem pun merengut dan pergi.
"Jika aku punya kesempatan, aku ingin sekali melipat mukanya. Bahkan aku tidak akan menunggu orang lain untuk menyetrika pinggangnya" bisik Nona Tuval pada sang fotografer.
Tiba-tiba saja dia langsung berbalik dan menyapa Murat dengan riang.
"Selamat datang, Tuan Murat" dia mencium pipi kiri dan kanan Murat. Juga tak lupa sekertaris Murat yang ada disampingnya.
"Bagaimana pemotretannya?" Tanya Murat pada Nona Tuval.
"Kami belum sempat melihatnya. Seperti kami belum memulainya". Kata Tuval
"Bagaimana dengan dekorasinya, Tuan Murat?" Seorang pegawainya bertanya.
"Temanya apa? " Murat bertanya.
"Temanya adalah, Nona Didem adalah seorang sosialita dan dia sedang memakai salah satu baju rancangan kita untuk ke pesta.. "
Murat memandang Didem dan kemudian menghentikan penjelasan pegawainya.
"Apakah dia dapat melakukan itu dengan duduk di sofa? "
"Maaf?" Pegawainya tidak mengerti.
"Apabila dia sedang pergi ke pesta, mengapa dia duduk di sofa?"
Pegawainya itu hanya mengangkat bahu nya.
"Serdar!" Murat memanggil sang fotografer.
"Ya Tuan Murat"
"Mengapa Nona Didem duduk di sofa? "
Nona tuval hanya senyum-senyum mendengar pertanyaan Murat. Seolah berkata 'ini lah yang ku tunggu'. Belum sempat Serdar menjawab, Didem mengangkat tangannya dan berkata,
"Karena aku terlihat lebih cantik apabila di foto ketika duduk".
Nona Tuval dan Murat berpandangan kemudian dia mengacungkan tangannya kearah Didem dan membuat ekspresi seolah berkata, 'nah, itu dia! '
"Kita tidak berusaha untuk menonjolkan Nona Didem, tapi bajunya bukan, Serdar? " Murat bicara pada sang fotografer
"Benar, Tuan Murat"
"Kami juga tahu itu" kata Didem akhirnya
"Lakukan apa yang harus dilakukan" pinta Murat pada Tuval
Didem merengut dan pergi dari lokasi pemotretan ke ruang ganti. Tuval dengan geram mengikutinya.
Didem mengambil gelas dan minum. Tuval segera mengambil tisu dan menutupi kalung yang dipakai Didem. Didem segera menepis tangan Tuval dengan kesal.
"Dia sudah berbicara kasar padaku Tuval"
"Kita pasti telah terpengaruh oleh mata itu. Semua orang menatap Murat. Mereka semua iri dengan hubungan kami" Tuval berbicara dengan wajah berseri.
"Oh, jadi kau dan Murat memiliki hubungan?" Ujar Tuval sinis.
"Ya.. Kami bertemu lima hari dalam seminggu" kata Didem bangga
"Ya, kalian bertemu setiap hari karena kalian bekerja di perusahaan yang sama" Tuval mencoba "menyadarkan" Didem.
"Tidak. Kami pergi ke acara launching dan meeting bersama" Didem masih keukeuh ingin menyombongkan diri.
"Wow! " kata Tuval seolah takjub "Kami juga" lanjut nya.
"Whatever! Ugh! " Didem mulai kehabisan "peluru", namun dia melanjutkan sambil tersenyum,
"Dia membalas pesanku dan menelpon balik ketika aku meneleponnya. Kamu juga tahu, aku kadang-kadang menghabiskan malam di rumahnya".Mendengar itu Tuval hanya tersenyum meremehkan.
"Itu karena dia orang yang baik".Didem kesal. "Lalu hubungan apa yang aku miliki bersama Murat kalau bukan hubungan khusus? "
"Murat tidak suka komitmen dalam hubungan"
"Dengar Tuval. Kalau aku bilang ada hubungan dengan seorang pria, maka itu benar. Jika tidak, maka aku akan membuat itu terjadi. Kalau kami putus, aku akan memperbaikinya. Semuanya terserah padaku" jelas Didem. "Mengerti? " lanjut Didem sambil mencolek hidung Tuval.
Tuval memasang muka bosan mendengar ocehan Didem.
"Tidak! Aku tidak mengerti".Didem tidak mau ambil pusing, lantas keluar dari ruang ganti meninggalkan Tuval.
####
Hai! Hai! Hai!
Ketemu lagi.. Saya mau kasih bocoran. Di part ini mulailah bermunculan tokoh2 yang berperan penting dalam cerita ini. Bisa dibilang ada ibu peri dan ada wanita penyihir nya.
Ada gk yg bisa nebak, nanti syp yg jd ibu peri dan syp yg jd wanita penyihir?Beri semangat buat aky donk.. Bisa dengan vote atw komen nya, biar rame!
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan I Love You
RomanceHayat seorang gadis desa yang telah menyelesaikan kuliahnya di Istanbul, dipaksa pulang ke kampung halaman karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Dalam ke-putusasa-an, dia mendapatkan pekerjaan disebuah perusahaan tekstil terkenal. Namun pekerjaa...