"Emine.. Lihat ini. Dia seorang arsitek dan dari keluarga baik-baik. Kalau Hayat tidak mendapatkan pekerjaan, kita nikahkan saja dia. Jadi dia tidak perlu kembali ke kampung. Bagaimana menurut mu? " tanya Bibi Fadik.
Malam itu, Bibi Fadik menunjukkan foto seorang laki-laki pada Nyonya Emine, ibu Hayat. Dia ingin menjodohkan Hayat dengan anak kenalannya. Nyonya Emine menanggapi perkataam Bibi Fadik sambil memicingkan matanya dan berfikir.
"Biar saja lah, Fadik. Di telepon, dia bilang dia mendapatkan pekerjaan. Aku tidak percaya padanya. Aku akan carikan laki-laki yang baik nanti di desa"
"Kamu jangan sampai kehilangan laki-laki ini. Dia terlihat gentleman. Coba lihat!" bujuk Bibi Fadik lagi.
"Coba aku lihat?" Nyonya Azime memasang kacamata nya dan melihat foto yang ditujukkan Bibi Fadik.
"Hey... Dia lumayan. Mari kita perkenalkan mereka""Bagus! Dia tidak mungkin tidak suka" kata Bibi Fadik dengan semangat.
Nyonya Azime tertawa, "kamu lucu sekali"
"Kenapa kamu tertawa? " Bibi Fadik bingung. Namun akhirnya ikut tertawa juga.
####
Hayat dan teman-temannya, Asli dan Ipek, sedang duduk-duduk di sebuah kafe. Hayat menceritakan pengalamannya seharian ini pada kedua sahabatnya itu.
"Aku hanya ingin pekerjaan. Bukan hidup sebagai seorang penjahat" kata Hayat murung. Dia duduk dengan tangan kanan menyangga kepalanya. "Bagaimana sekarang? "
"Penipuan dengan identitas palsu dapat dikenai hukuman lima tahun penjara. Aku tidak bisa mengunjungi mu setiap hari. Aku sibuk! " kata Ipek cuek. Dia mencoba bergurau dengan mendramatisir keadaan. Hayat tercengang mendengarnya. Tidak menyangka sahabatnya akan bicara seperti itu.
Namun Asli menenangkan Hayat.
"Aku akan mengunjungimu setiap hari, temanku. Jangan khawatir". Asli menggenggam tangan Hayat. Hayat terharu mendengarnya. "Aku bahkan tidak akan tidur diwaktu libur ku. Aku akan menemuimu sesering aku bisa". Ipek tersenyum geli mendengarnya. Ternyata teman nya satu ini juga ikut-ikutan mengolok Hayat. "Aku akan bawakan pakaian dalam yang bersih dan buku setiap hari. Seperti kata orang, hari-hari akan terlewati tanpa terasa" senyum Asli menghibur. Hayat yang baru sadar Asli hanya mengejeknya, segera melepaskan genggaman tangannya dengan kasar dan memasang muka cemberut. Asli memandang Ipek dan mereka berdua tersenyum."Jangan bercanda kalian berdua! Tolong saja aku! " marah Hayat. "Apa yang harus aku lakukan? Menjadi Suna atau Hayat? Aku harus bagaimana?! "
"Itu bukan masalah. Kamu mungkin akan dipenjara sebagai Suna. Tapi kamu pasti akan menjadi tahanan rumah jika kembali kepada keluarga mu" jelas Ipek. Mau tidak mau Hayat membenarkan perkataan Ipek.
"Aku rasa kamu harus jujur. Ketika besok kamu bekerja katakan pada mereka, 'aku Hayat, bukan Suna'. Katakan pada mereka kalau kamu bukan Suna. Mereka pasti akan mengerti dan menerimamu bekerja karena kamu orang yang jujur! " kata Asli berseri-seri. Hayat hanya tersenyum mendengarnya. Karena membayangkan saran Asli memang benar-benar terwujud semudah itu.
"Ya, dan mereka akan memberimu medali. Benarkan? " kata Ipek sarkas. Senyum mereka bertiga langsung menghilang. "Tahan dirimu Hayat. Kamu akan bekerja sebagai Suna atau ibumu akan membawamu kembali ke kampung". Ipek mencoba memberi gambaran. Hayat pun semakin bingung.
"Jadi? Kamu bisa mencari pekerjaan lain. Tidak mungkin tidak ada pekerjaan untukmu. Lagipula Bibi Emine akan mengerti" Asli mengucapkan kalimat terakhir dengan hati-hati dan tersenyum. Setelah jeda sejenak "sebenarnya kampung halaman mu sangat indah.. " kata nya dengan senyum yang dimanis-maniskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan I Love You
RomansaHayat seorang gadis desa yang telah menyelesaikan kuliahnya di Istanbul, dipaksa pulang ke kampung halaman karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Dalam ke-putusasa-an, dia mendapatkan pekerjaan disebuah perusahaan tekstil terkenal. Namun pekerjaa...