22

59 3 0
                                    

Hayat menyeret Suna ke sebuah koridor yang sepi.

"Lepaskan aku! " Suna mencoba melepaskan tangan Hayat. Dia menepisnya.
"Bisa ceritakan pada ku apa yang terjadi disini?! "

"Aku sedang mencoba menjelaskan nya pada mu! " sahut Hayat mencoba menenangkan Suna.

"Paman Nejat menelepon ayah ku dan menceritakan perbincangan antara Paman Nejat dengan ku. Entah bagaimana, padahal aku tidak pernah melakukan wawancara itu. Sekarang dia memperkenalkan mu sebagai Suna kepada istrinya. Bisa kau jelaskan padaku ada apa ini sebenarnya?"

"Baiklah, begini... Kau ingat, bagaimana kau melemparkan CV lima lembar mu di hadapan ku dan pergi setelah kau memutuskan tidak akan melakukan wawancara itu? "

"Ya.. Lalu? "

"Aku pikir aku harus mengumpulkannya agar orang lain tidak mengira bahwa aku yang menyebabkan kekacauan itu" sambil tersenyum Hayat menjelaskan kejadian waktu itu. Sementara Suna hanya mengangguk-angguk sabar.

"Kemudian aku keluar dari lift dengan memegang CV mu ditangan ku. Lalu asisten Tuan Murat melihat CV itu dan mengira aku adalah kamu"

"Jadi...? " Suna menunggu kelanjutan kata-kata Hayat

"Jadi, aku tidak mengatakan apapun. Aku tidak bisa. Tidak bisa. Setelah aku melalui hari yang berat. Bahkan sampai sekarang. Aku memohon padamu, biarkan aku bekerja disini sebagai dirimu beberapa hari lagi" dengan bersungguh-sungguh Hayat meminta. Suna tampak mempertimbangkan permintaan Hayat. Hayat menunggu dengan harap-harap cemas.

"Itu tidak mungkin. Kamu hentikan sandiwara ini besok, aku tidak ingin mengambil resiko" setelah mengatakan itu Suna pun pergi meninggalkan Hayat. Hayat tampak putus asa.

&&&

Tuval sedang membantu Nyonya Derya mencoba sebuah pakaian. Sebuah dress merah.

"Apa kau pikir ini tidak terlalu mencolok, Tuval"

"Seorang perempuan haruslah mencolok, beracun dan sekaligus feminim, Sayang. Tidak masalah kau sedang memakai apa, tapi bagaimana kau memakainya"

"Tidak! tidak! Aku pikir akan menutupi bagian ini sedikit"

"Tidak, Sayang.. Sekarang kita berada di bulan Juni. Lagipula tubuhmu sangat indah. Permata akan pecah hanya karena iri melihat kecantikan mu. Percaya pada ku. Jika... " Tuval berhenti dan tercengang. Seolah menyadari sebuah kesalahan.

"Aku fikir kita harus membuka bagian ini sedikit". Tuval melepaskan kain penutup dada di gaun yg dipakai Nyonya Derya, sehingga sekarang gaun itu sedikit terbuka dibagian dada nya. Setelah itu dia mengembuskan nafas lega dan memuji dirinya sendiri.

" Oh.. Aku sangat mengagumi diriku sendiri dengan kehebatan ku ini. Tidakkah kau lihat perubahan besar yang telah ku buat hanya dengan langkah sederhana? " Dengan bangga nya dia menatap gaun didepannya. Dan hampir menangis karena terharu.

"Aku membayangkan aku adalah Messi di dunia fashion, ah..! Kerah itu terlihat mengerikan sebelumnya. Semakin aku melihatnya maka semakin parah". Nyonya Derya mulai terlihat bosan.

" Nona Tuval... " Dia lalu memberi kode dengan mata nya agar Tuval menyuruh asistennya pergi. Karena dia ingin berbicara berdua saja dengan Tuval.

"Ah.. Tolong ambilkan saya segelas kopi" Perintah Tuval pada assistennya. Setelah gadis itu pergi Nyonya Derya menanyakan sesuatu pada Tuval.

Katakan I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang