6

193 9 0
                                    

Murat dan seluruh anggota keluarganya sarapan dihalaman belakang rumah.

"Sekarang seluruh anggota keluarga ada disini. Aku ingin mengatakan sesuatu," Tuan Nejat membuka percakapan. Murat dan Doruk saling berpandangan. Sementara Derya menatap suaminya dengan tajam sambil mengoleskan selai pada rotinya. Murat dan Doruk meletakkan alat makan nya.
"Aku memutuskan akan pensiun," kata Tuan Nejat akhirnya.

"Apa?" Derya terkejut mendengarnya.

"Aku akan tetap datang ke kantor sesekali. Tapi enam bulan kemudian aku akan benar-benar berhenti," kata Tuan Nejat santai kemudian meminum jusnya.

Murat tampak sedang mencerna perkataan ayahnya. Kemudian Doruk berkata,
"Aku belum mengerti. Apa yang akan terjadi dalam enam bulan?"

"Aku akan melihat kinerja kalian. Dan memutuskan siapa yang pantas memimpin perusahaan."

Derya memandang Doruk.

"Tapi Ayah tidak perlu melakukan itu. Aku dan Doruk mampu memimpin bersama." Murat menjelaskan.

"Aku setuju" kata Derya. Nyonya Azime memandang menantunya itu dengan tidak senang.

"Tapi hanya akan ada satu pemimpin, Murat. Walaupun kalian bersaudara, apabila ada pertengkaran siapa yang akhirnya akan mengambil keputusan? Huh?" Kata Tuan Nejat

Murat tampak berfikir. Mau tidak mau dia setuju dengan ayahnya.

"Ayah benar, Kak. Hanya ada satu pemimpin, dan orang itu adalah Kakak. Kemudian aku akan melanjutkan hidupku seperti biasanya. Luar biasa!" Kata Doruk sambil tersenyum nakal pada Murat. Dan Murat pun hanya bisa tersenyum melihat kekonyolan Doruk.

"Ini bukan saatnya bercanda, Doruk. Ayahmu mengatakan hal yang sangat penting." kata Derya. Tuan Nejat mengangguk meng-iyakan perkataan istrinya.

"Untuk pertama kalinya, ibumu mengatakan hal yang benar, Doruk." kata Nyonya Azime. Doruk yang sedang meminum jusnya hampir tersedak mendengar perkataan sarkas neneknya. Sementara Murat pun ikut tersenyum. Derya sedikit masam mendengar sindiran itu.
"Seperti ayahmu yang telah membangun Sarte dari nol, dimasa depan kalian pun akan melakukan hal yang sama pada anak kalian." Murat dan Doruk mulai serius mendengarkan. Nyonya Azime terdiam sebentar. Tiba-tiba dia berkata,
"Ngomong-ngomong tentang anak.. "

"Oh Ibu, tolong... Jika kau mulai membicarakan tentang anak dan cucu, itu tidak akan pernah berakhir." Kata Tuan Nejat memotong pembicaraan ibunya.
Sementara Murat dan Doruk mulai gelisah dan mencoba mengalihkan perhatian dengan melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda. Dan sepertinya Murat akan segera menyelesaikan sarapannya.

"Ayah benar nenek. Dan aku serta Doruk tidak memiliki waktu untuk itu sekarang. Benar kan, Doruk?" Murat mulai hendak beranjak dari tempat duduknya.

"Kakak pergilah. Aku akan segera menyusul setelah memakan salad buah ini, aku janji". Dan Murat pun segera pergi.

Derya menatap Doruk lekat seakan berfikir. Doruk menyadari itu kemudian tersenyum manis pada ibunya, seperti anak kecil yang ketahuan memakan permen sebelum tidur.

####

Tinggalkan jejak ya biar semangat nulisnya..
Vote atau komen juga..

Katakan I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang