CHAP 11

4.2K 213 1
                                    

"Ma.. Assalamaualaikum," ucap Lila sambil mengetuk pintu rumahnya.

Siang hari itu, Kristal dan Lila membatalkan agenda mereka untuk pergi jalan-jalan karena keadaan Kristal yang sedang kacau. Lila memilih untuk membawa sahabatnya itu menenangkan diri di rumahnya.

Untuk pertama kalinya sejak berteman dengan Lila, Kristal bersedia untuk berkunjung ke rumah Lila. Bukan karena tidak mau, selama ini memang ia tidak pernah punya waktu untuk bisa bermain ke rumah teman-temannya.

Rumah mewah yang didominasi warna putih itu membuat Kristal merasa nyaman, walaupun ia baru saja sampai. Ia seakan tau jika di rumah itu dihuni oleh keluarga harmonis yang bahagia. Keluarga Lila, sahabatnya.

Kristal merindukan rumah seperti ini. Rumahnya dulu bersama mendiang Papa dan Mamanya. Rumah yang punya banyak kenangan manis dan indah sebagai saksi masa-masa kecil hingga remajanya. Namun sayang, semenjak Papanya sering sakit-sakitan dan membutuhkan banyak biaya untuk berobat, rumah itu harus dijual. Kristal dan Papanya harus tinggal bersama keluarga adik almarhum Mamanya.

"Mama.." panggil Lila lagi saat belum ada jawaban.

Ting tung

Lila juga memencet bel rumahnya.

"Mungkin nyokap gue masih sholat, Kis," ucap Lila sambil merangkul pinggang Kristal yang terlihat pucat.

Beberapa saat mereka berdiri di depan pintu, akhirnya seseorang menjawab salam dari dalam rumah. "Waalaikum salam. Iya,  sebentar," ucap seseorang dari dalam rumah.

Tak berapa lama kemudian seorang wanita membukakan pintu rumah. Ia terlihat keheranan melihat seseorang yang sedang bersama putrinya. Sepertinya aku pernah melihat wajahnya, batin Ibu tersebut. Ia masih berpikir dan mengingat siapa gadis itu.

"Ma," ucap Lila kemudian menjabat tangan Mamanya. Begitu juga dengan Kristal yang ikut menjabat tangan Mama Lila.

"Ini teman Lila, Ma. Namanya Kristal," ucap Lila memperkenalkan Kristal pada Mamanya.

"Kristal?" ucap Mamanya tak percaya. Ia memandang wajah Kristal dengan seksama. "Kamu Kikis kan, Nak?" tanya Mama Lila setelah mengingat siapa gadis itu. Dia adalah gadis yang pernah ditunjukkan fotonya oleh Wildan.

"Mama kenal Kikis?" Tanya Lila sebelum sempat Kristal menjawab.

"Tante tau nama saya?" Imbuh Kristal.

"Tentu, saya tau siapa kamu sudah lama. Hanya saja kita belum pernah bertemu secara langsung. Ternyata kamu teman putri saya sendiri," ucap Mama Lila antusias. "Saya Diani. Panggil saja Ibu Ani. Saya Mamanya Lila."

Baik Kristal maupun Lila saling berpandang. Mereka tidak tau bagaimana bisa Ibu Ani mengenal Kristal.

"Nanti Ibu ceritakan. Sekarang kalian masuk, ya," ajak Ibu Ani. Seorang guru di SMAN cemara yang biasa mendengar cerita dari Wildan.

Siapa sangka, ternyata Ibu Ani dan Lila yang merupakan ibu dan anak menjadi seorang 'penasihat' bagi Wildan dan Kristal tanpa mereka sadari. Ya, Ibu Ani tidak pernah bosan memberi nasihat pada Wildan untuk terus bersabar menghadapi istrinya. Begitu juga dengan Lila yang tidak pernah bosan memberi pengertian pada sahabatnya itu supaya mau menerima dan membuka hati pada Wildan.

"Lo duduk di sini ya, Kis," ucap Lila menyuruh Kristal untuk duduk di ruang tamu.

"Ibu akan ambilkan minuman untuk kalian," ucap Ibu Ani kemudian beranjak pergi ke dapur.

"Lo pernah ketemu sama nyokap gue, Kis?" tanya Lila yang duduk di sebelah Kristal dengan raut wajah penasaran.

Kristal menggeleng. "Ini pertama kalinya gue lihat nyokap lo."

KRISTAL for WILDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang