CHAP 16

4.4K 230 6
                                    

"Ya!" terdengar aba-aba dari Wildan yang menjadi wasit dari lomba lari antar kelas, untuk menentukan siapa dua wakil yang akan mewakili SMAN cemara berlaga di lomba lari tingkat kabupaten

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya!" terdengar aba-aba dari Wildan yang menjadi wasit dari lomba lari antar kelas, untuk menentukan siapa dua wakil yang akan mewakili SMAN cemara berlaga di lomba lari tingkat kabupaten.

Seleksi final dilakukan hari ini. Tinggal 6 anak saja yang berada diputaran final. Mereka terdiri dari 3 laki-laki dan tiga perempuan.

Setelah pertandingan final, akhirnya diputuskan dua nama sebagai pelari tercepat untuk mewakili sekolah yaitu, Raka Davino Pradana dan Yovi Lea Adistia. Dua murid itu akan dilatih langsung oleh Wildan dalam persiapan lomba lari antar sekolah.

Raut bahagia terpancar dari wajah Yovi ketika dirinya sadar menjadi pelari yang pertama mencapai garis finish. Gadis itu memang sudah mempunyai bakat untuk lomba lari sejak sekolah dasar, namun pada saat memasuki SMP ia tidak lagi diperbolehkan ikut lomba lari karena mengalami patah tulang kaki setelah kecelakaan. Hari itu, Yovi tidak menyangka bisa kembali berlari hingga menjadi juara.

Sambil mencoba mengatur napas, Yovi mendekat ke arah Wildan yang sudah menunggunya di tepi lapangan. Dengan senyuman lebar ia menerima jabatan tangan dari Wildan.

Hati Yovi berdegup kencang tak beraturan. Ia tidak pernah merasa gugup seperti ini sebelumnya ketika berhadapan dengan Wildan. Kali ini hatinya serasa ingin melompat-lompat karena kegirangan.

"Kalian berdua harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Kita akan latihan rutin dua hari setiap minggunya. Bapak akan latih kalian sebaik mungkin," ucap Wildan sambil tersenyum ramah pada Yovi dan Raka.

"Baik, Pak," ucap keduanya kompak.

Beberapa saat kemudian, Wildan mengajak Yovi dan Raka ikut bersamanya. Saat itulah, peserta lain yang kalah terlihat memandang sinis pada mereka. Lebih tepatnya pada Yovi. Mereka tidak menyangka jika gadis dingin seperti es itu punya kekuatan berlari yang sangat cepat.

"Gila! Gue enggak nyangka banget cewek es batu itu larinya super kenceng," ucap salah satu murid perempuan.

"Padahal dia pendiam banget, tapi diam-diam juga punya kekuatan lari kenceng," imbuh lainnya.

Yovi mendengar bisik-bisik temannya itu. Namun, ia tidak menghiraukan dan dengan percaya diri berjalan di samping Wildan. Seakan Yovi ingin mengatakan, kalian yang selama ini mencari perhatian Pak Wildan, tapi sekarang aku yang akan dekat dengannya.

💌

*Sweetest kiss*

Pada malam hari, Kristal yang belum mengantuk memilih untuk pergi ke kamar Wildan. Namun, Kristal bukan datang tanpa alasan. Ia membawa kemeja Wildan yang sudah ia setrika dengan rapi untuk dipakai eaok hari.

Ketika membuka pintu kamar, Kristal tidak mendapati ada suaminya di dalam. Namun, ia tetap masuk dan menaruh baju yang ia bawa di dalam almari. Beberapa saat ketika hendak keluar dari kamar, Wildan yang baru saja dari lantai bawah kembali ke kamarnya.

"Mencari apa, Kis?" Tanya Wildan ketika melihat Kristal di dalam kamarnya.

"Tidak. Kikis hanya mau menaruh baju Mas Wildan yang audah Kikis setrika," jawab Kristal dengan wajah sedikit gugup.

"Kamu menyetrika pakaian Mas Wildan?" Tanya Wildan sambil mendekat pada Kristal yang masih berdiri tidak jauh dari ranjang.

Kristal mengangguk. Detak jantungnya tak karuan ketika Wildan semakin mendekat padanya. Tanpa sadar, Kikis juga perlahan berjalan mundur hingga kakinya terasa terhenti karena sudah berada dekat dengan ranjang. Namun, Wildan masih berjalan mendekati Kristal yang kini terdudukdi tepi ranjang dengan wajah tegang.

Kristal benar-benar tegang saat Wildan berdiri tepat di depannya. Lelaki itu memperlihatkan raut wajah serius. Perlahan, Wildan menurunkan wajahnya hingga dekat dengan wajah Kristal. Tangannya juga mulai menyentuh pundak istrinya itu.

Wildan mendorong pundak Kristal pelan hingga gadis itu perlahan tergeletak di atas ranjang. Kristal tidak bisa memberontak karena terlanjur terpikat dengan sorot mata Wildan. Ia terlihat pasrah saja walau sekarang tubuh Wildan berada di atasnya, bahkan wajah lelaki itu sangat dekat dengan wajahnya.

Mata Wildan dan Kristal saling bertatapan. Hembusan napas keduanya juga saling bersahutan bahkan kerap kali berhembus bersamaan.

Ekspresi Wildan masih terlihat serius. Perlahan wajahnya ia turunkan dengan sedikit miring. Mata lelaki itu juga mulai terpejam.

Kristal merasa napasnya sesak karena terlalu gugup. Ia menelan ludahnya sendiri saat melihat wajah suami semakin dekat dengan bibirnya. Kristal sendiri juga terpancing untuk memejamkan mata.

Saat mata Kristal mulai terpejam, ia merasakan sesuatu menempel pada bibirnya. Awalnya hanya sentuhan biasa. Namun, perlahan ia mulai merasakan hisapan pada bibirnya. Perasaan Kristal semakin tak karuan, ia benar-benar merasa canggung karena ini pertama kalinya mereka berciuman pada bibir.

"Lebih baik kamu segera keluar sekarang. Mas tidak mau berbuat khilaf malam ini," ucap Wildan sesaat setelah tautan bibirnya lepas dari bibir Kristal.

Kristal yang mendengar ucapan itupun akhirnya membuka mata. Ia masih mendapati wajah Wildan masih dekat dengan wajahnya, namun kali ini bukan lagi ekapresi serius seperti tadi. Wajah lelaki itu kini dihiasi oleh senyum lebar.

Kristal yang canggung tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya mengangguk. Setelah Wildan menyingkir dari atas tubuhnya, Kristal segera bangun dan berdiri. Ia tertunduk malu di depan Wildan yang sekarang bergantian duduk di tepi ranjang sambil tersenyum.

"Itu tadi sebagai tanda terimakasih," ucap Wildan.

Kristal menganggukkan kepalanya sambil menggigit bibirnya sendiri.

"Kis? Tidak apa-apa, kan?" Tanya Wildan setelah melihat ekapresi Kristal yang tampak tidak nyaman.

"Ya.. Te-tentu," jawab Kristal terbata-bata. "Kikis.. Kikis akan kembali ke kamar sekarang."

"Ya.. Kalau kamu tetap di sini, Mas Wildan takut tidak bisa mengendalikan diri," ucap Wildan memberi kode.

"Ti-tidak! Kikis akan pergi sekarang," ucap Kristal kemudian bergegas pergi.

Lagi-lagi melihat Kristal kabur dari kamarnya membuat Wildan tertawa. Tadinya ia punya niat melumat habis bibir Kristal, namun Wildan mengurungkannya karena tau jika Kristal belum siap untuk melakukan itu dengannya.

💌💌

LestaRhie_💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LestaRhie_💜

KRISTAL for WILDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang