CHAP 31

7.1K 382 64
                                    

"Mas, ini juga mendadak dan tidak bisa ditinggalkan," ucap Kristal sambil duduk di tepi ranjang di samping Wildan. Ia memberitahu Wildan pada pagi hari jika ia harus berangkat kuliah.

Ya, ini merupakan hari keempat dimana Eril berada di rumah mereka. Jika hari kedua Wildan harus meninggalkan Kristal bersama Eril selama setengah hari, kali ini Kristal yang harus bergantian untuk meninggalkan suaminya bersama balita tersebut karena ia harus berangkat ke kampus.

"Mas!? Kok diam? Boleh, kan?" Tanya Kristal lagi.

Wildan masih diam sambil menatap wajah Kristal yang duduk di sebelahnya berbaring. Ia memperlihatkan wajah datar seolah tak mengijinkan istrinya tersebut untuk pergi kuliah hari itu. Beberapa saat kemudian, Wildan mengalihkan pandangannya pada Eril yang masih terlelap. Ia menoel pipi balita tersebut seakan hendak membangunkannya.

"Mas.." ucap Kristal sekali lagi. Ia mulai kesal karena Wildan tidak merespon ucapannya, tetapi justru mengganggu Eril.

Mendengar suara Kristal yang terdengar mulai kesal, Wildan justru terkekeh. Ia segera duduk sambil menatap wajah istrinya. Tangannya juga terulur sambil memegang dagu Kristal.

"Mas Wildan ngeselin," rajuk Kristal yang sekarang tak mau menatap suaminya.

"Ngeselin kenapa?" tanya Wildan lirih sambil mendekatkan wajah Kristal padanya.

"Kikis cuma minta ijin buat berangkat kuliah, tapi Mas Wildan malah cuek gitu aja," jawab Kristal sambil membuang muka meskipun tangan Wildan memegang dagunya.

Lagi-lagi Wildan justru terkekeh, "Mas cuma menggoda kamu saja, Kis. Mas Wildan lama tidak lihat kamu kesal seperti ini."

"Udah deh. Kikis berangkat sekarang aja. Mas Wildan udah berpaling sama Eril," ucap Kristal sambil melepas tangan Wildan yang menyentuh dagunya.

Namun, saat tangan Wildan terlepas dari wajahnya, kini lelaki itu berganti menggenggam pergelangan tangannya. Kikis yang hendak beranjak pergi pun kembali terduduk, namun sekarang terduduk dalam pelukan Wildan.

"M-Mas.." Kristal ingin melepaskan tubuhnya dari Wildan, tapi lelaki itu memeluknya dengan erat dan enggan untuk melepaskan istrinya itu.

“Sebelum Mas Wildan ijinkan kamu berangkat, ada satu permintaan," ucap Wildan.

"Permintaan? Kikis tidak punya banyak waktu, Mas."

"Ayolah. Mas tidak akan lepaskan kamu sebelum kamu setuju memenuhi permintaan Mas Wildan," desak Wildan pada Kristal yang masih dalam pelukannya.

Kristal mendengus. Namun, akhirnya ia menyetujui permintaan Wildan walaupun ia ragu jika suaminya itu akan meminta hal-hal yang aneh mungkin. "Ya.. Baiklah. Apa permintaan Mas Wildan?"

Wildan tersenyum kecil, kemudian ia melepaskan pelukannya dari Kristal. "Mas Wildan tau, sekarang kamu mulai nakal," ucap Wildan sambil menatap wajah Kristal.

"Nakal!?" ucap Kristal. "Tidak. Kikis bukan cewek nakal. Kikis juga sudah berjanji akan menjadi wanita yang baik dan menjadi istri yang baik untuk Mas Wildan. Kenapa Mas Wildan bilang Kikis nakal?" Tanya Kristal yang nampaknya sedikit tersinggung dengan omongan suaminya.

"Bukan, bukan nakal yang bagaimana-bagaimana begitu, Kis. Tapi-"

"Tapi, tapi apa?"

Wildan mendekatkan bibirnya pada telinga Kristal, "Kamu mulai nakal karena setiap malam pergi ke kamar Mas Wildan. Tapi, kamu tidak pernah mengatakan apa yang kamu mau, bisik Wildan." Hembusan napasnya menyentuh telinga wanita itu. Kristal merasa tubuhnya memanas sesaat, kemudian ia menelan salivanya sendiri. Pikirannya pun seketika berhambur kemana-mana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KRISTAL for WILDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang