Chap 5

4.7K 246 4
                                    

*gini nih kalau Kikis lagi mandang sinis ke Wildan 😌*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*gini nih kalau Kikis lagi mandang sinis ke Wildan 😌*

Sebagai seorang laki-laki yang menikahi gadis remaja yang tentunya dalam masa peralihan menjadi dewasa, Wildan sadar betul akan posisinya saat ini yang belum dapat dikatakan menjadi suami sepenuhnya.  Ia menyadari bagaimana perilaku dan pola pikir Kristal yang bisa dikatakan masih labil, sehingga membuatnya harus menjaga jarak dari gadis kecilnya itu.

Walaupun Wildan benar-benar bertekad untuk menjadi suami yang selalu ada bagi Kristal, tapi tetap saja itu masih tak ada artinya. Tak ada yang spesial di antara mereka bagi Kristal. Bahkan, istrinya itu hanya menganggapnya seperti kakak laki-laki. Ya, kedengarannya itu cukup baik, tapi sepertinya tak sampai seperti itu. Buktinya, sampai saat ini Kristal lebih banyak diam saat bertemu dengan Wildan.

Dari sekian banyak orang yang dikenal Wildan maupun Kristal, hanya sedikit yang tau bahwa keduanya telah menikah. Sementara yang lain hanya sebatas paham bahwa Wildan dan Kristal sebatas kakak beradik. Keduanya memang sudah sepakat untuk itu. Tidak, lebih tepatnya Kristal yang meminta hal itu. Hingga sampai sekarang, hanya Lila yang tau bahwa dirinya telah menikah dengan Wildan.

Pada sore hari dimana Wildan yang memang sengaja pulang melewati kampus istrinya, ia melihat Kristal dan Lila tengah duduk di bangku kafe dekat kampus. Keduanya memang tengah menunggu jemputan sopir Lila.

Wildan menepikan mobilnya tepat di depan kafe. Ia segera turun dan menyapa Kristal juga Lila.

"Kis." panggil Wildan pada istrinya. "Lila, hai!" lanjutnya menyapa Lila sambil tersenyum.

Kristal yang sadar akan kedatangan Wildan merasa risih. Ia langaung menatap suaminya, walaupun Wildan tidak menatapnya kali ini.

Berbeda halnya dengan Lila yang menyadari suami temannya datang, ia langaung tersenyum lebar. Sangat jarang ia bisa melihat Wildan bersama Kristal. "Hai, Mas Wil. Wah, lama Lila enggak lihat Mas Wildan," seru Lila sambil berdiri dan menjabat tangan Wildan. Sementara Kristal masih tetap duduk pada tempatnya.

"Iya, ya. Sudah lama juga Mas enggak lihat kamu. Gimana kabarnya?" Tanya Wildan dengan ramah. Ia melirik Kristal yang masih duduk dan menyadari ketidaksukaan Kristal atas kehadirannya.

"Alhamdulillah baik, Mas. Tumben Mas Wildan lewat sini? Abis pulang dari sekolah,ya"

"Iya. Mas Wildan baru pulang. Kebetulan saja tadi ambil jalan lain karena jalan biasanya lagi ada perbaikan," jawab Wildan yang sebenarnya hal itu tidak benar. Ia memang sengaja ingin pulang lewat depan kampus Kristal. Beruntungnya kali ini memang istrinya dan Lila belum pulang.

Sama seperti Wildan, Lila juga peka terhadap sikap Kristal yang masih terdiam di sana. "Kis!" ucap Lila sambil menepuk bahu Kristal. "Kok diem aja sih, ada suami lo datang," lanjut Lila.

Kristal mendenguskan napas. "Udah tau, kok," jawabnya dengan suara lirih.

Wildan yang mendengar ucapan Kristal juga menghela napas. Ia berusaha tetap tersenyum di hadapan Kristal dan Lila. "Oh iya, La. Kamu bareng sekalian sama kita aja bagaimana?"

KRISTAL for WILDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang