CHAP 17

4.5K 231 16
                                    

Petang hari itu, Wildan masih ada di lapangan SMAN cemara untuk melatih Yovi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Petang hari itu, Wildan masih ada di lapangan SMAN cemara untuk melatih Yovi. Gadis itu meminta tambahan jam latihan sehingga harus berada di sekolah lebih lama lagi. Sementara Raka sudah pulang terlebih dahulu.

Bagi Yovi itu tak masalah selagi ia bisa bersama Wildan. Kenyataannya, walaupun latihan fisik dan sebagainya sangat melelahkan, tapi Yovi masih bisa tersenyum lebar ketika berbicara dengan guru olahraganya.

"Latihan hari ini selesai. Kamu bisa pelemasan sekarang," perintah Wildan.

"Baik," jawab Yovi semangat.

Setelah pelemasan, Yovi yang lelah memilih untuk merebahkan tubuh di atas lapangan berumput itu. Ia mengamati baik-baik langit sore yang ada di atas kepalanya. Semburat oranye terlihat begitu indah. Jauh lebih indah lagi ketika beberapa saat kemudian Wildan berdiri di atasnya sambil menyodorkan minuman.

"Yovi," ucap Wildan sambil menyerahkan sebotol minuman.

Yovi segera bangkit dan duduk. Ia kemudian menerima minuman itu dari tangan Wildan. "Terimakasih," jawabnya lembut.

Wildan ikut duduk di samping Yovi. Ia menyelonjorkan kakinya sama seperti yang Yovi lakukan.

"Bagaimana? Capek latihan hari ini?" Tanya Wildan sambil memandang sekeliling lapangan luas itu.

Yovi masih meneguk minumannya. Setelah selesai, ia baru menjawab. "Tidak terlalu. Latihan seperti ini sudah biasa untuk saya," ucap Yovi.

Wildan tersenyum mendengarnya. Lalu ia ingat suatu hal yang sering ia dengar dari siswa-siswi SMAN cemara tentang Yovi sejak dirinya terpilih menjadi perwakilan sekolah.

"Yovi," panggil Wildan.

"Ya?"

"Apa yang membuat kamu menjadi sangat pendiam selama ini?"

"Maksud Pak Wildan?"

"Saya dengar dari teman-teman kamu, selama ini kamu lebih banyak menyendiri dan pendiam. Bahkan mereka menjuluki kamu es dan yang lainnya," ucap Wildan kemudian menoleh dan menatap wajah Yovi.

Yovi terlihat menunduk. Ia merasa berat menceritakan semua hal dengan sejujurnya. Namun, Wildan yang menanyakan hal ini. Mau tak mau ia akhirnya bercerita. Menceritakan apa yang di alaminya.

"Karena saya kehilangan semuanya," jawab Yovi.

"Maksud kamu?"

"Saya suka berlari sejak masih kecil. Bahkan saat masih SD, saya sering ikut lomba lari. Namun, hal itu harua saya hentikan karena saya kecelakaan hingga patah tulang tepat pada kaki saya," ucap Yovi meneruskan ceritanya.

Wildan tampak terkwjut. Ia tidak pernah tau jika sebelumnya Yovi pernah mengalami kecelakaan.

"Setelah kecelakaan, saya tidak diperbolehkan untuk lari. Tapi, justru keluarga saya yang lari dari kehidupan saya. Papa dan Mama bertengkar setiap hari dan akhirnya mereka berpisah," cerita Yovi dengan mata berkaca-kaca.

KRISTAL for WILDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang