CHAP 7

4.1K 221 6
                                    

Hari mulai petang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari mulai petang. Jarum jam menunjukkan pukul 17.15 seharusnya Kristal sudah berada di rumah. Tapi, hari itu Kristal belum menampakkan dirinya masuk ke dalam rumah.

Wildan memilih untuk membuat spageti. Bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk istrinya. Ia tau betul jika Kristal pulang lewat jam biasanya, gadis itu pasti lelah dan kemungkinan besar belum sempat makan di luar.

Wildan segera pergi ke dapur dan mulai membuat makanan apa yang ia ingin buat untuk istrinya petang itu.

Beberapa saat kemudian, Wildan mendengar suara ketukan sendal berjalan mendekat ke arah dapur dimana sekarang ia sedang membuat spageti. Wildan berpikir jika itu Kristal yang baru saja pulang. Namun, pikiran itu salah saat seseorang dengan suara yang begitu dikenalnya mulai menyapa sebelum sempat ia membalikkan badan.

“Mana istrimu, Wil?” Tanya Dahlia yang kini berdiri di belakang Wildan sambil mengamati apa yang sedang dimasak oleh putranya.

Wildan yang baru sadar ternyata itu ibunya sedikit terkejut. Tak biasanya Dahlia datang ketika menjelang malam hari. “Ibu?” Ucap Wildan. Ia menghentikan aktivitasnya menyiapkan saus spageti.

“Ya. Dimana Kristal?” Ulang Dahlia.

“Kikis belum pulang, Bu,” jawab Wildan. Ia sedikit khawatir kalau Ibunya akan berpikir macam-macam tentang istrinya.

“Apa sekarang kuliah sampai selarut ini?” Tanya Dahlia heran.

“Tidak setiap hari, Bu. Hanya beberapa kali saja Kikis harus pulang telat untuk lembur di kampus,” jawab Wildan berusaha tenang.

Ya. Dahlia memang tak terlalu tau bagaimana kehidupan putranya sehari-hari sejak menikah dengan Kristal. Untuk urusan kamar dan perlengkapan Wildan juga Kristal yang sendiri-sendiripun Dahlia tak terlalu memperhatikan.

“Dan.., apa tidak ada makanan saat kamu pulang dari sekolah (SMA) sampai kamu harus membuat spageti seperti itu?” Tanya Dahlia lagi sambil memperhatikan apa yang tengah dilakukan oleh Wildan.

Wildan mulai celingukan, “Ini. Ini tadi memang Wildan hanya masak untuk sarapan, Bu. Jadi hanya sedikit dan sudah habis,” jawab Wildan. Tanpa sadar ada kata yang sepertinya keceplosan keluar dari mulutnya.

“Kamu? Kamu masak sendiri?” Tanya Dahlia tak percaya.

Wildan menggaruk kepalanya dengan jari kelingking saat sadar salah berucap, “Iya. Wildan masak pagi ini,” jawab Wildan sambil melihat ke bawah sebentar. “Maksudnya karena pagi tadi Kikis berangkat kuliah petang dan tidak sempat masak jadi mau gak mau Wildan sendiri, Bu, yang masak,” lanjutnya.

Dahlia mengangguk dan mencoba memahami apa yang diucapkan oleh Wildan, walaupun ia melihat gerak-gerik aneh pada putranya itu. “Ooh.. Ibu pikir.. Ya, tapi bagaimanapun juga seharusnya Kikis menyempatkan masak, Wil. Seharusnya dia melayani kamu terlebih dulu, walaupun harus berangkat pagi-pagi sekali.”

KRISTAL for WILDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang