CHAP 13

4.8K 255 11
                                    

Malam itu, Wildan tidak bisa tidur karena terlalu bahagia bisa menatap wajah cantik Kristal yang sedang tidur dalam sandarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, Wildan tidak bisa tidur karena terlalu bahagia bisa menatap wajah cantik Kristal yang sedang tidur dalam sandarannya. Tangannya tak henti-hentinya mengusap pelan rambut dan pipi Kristal. Sementara dalam hati ia tak henti-hentinya mengucap syukur karena akhirnya apa yang selama ini dia inginkan bisa terwujud. Karena itulah, melihat Kristal tertidur pulas dalam dekapannya membuat Wildan tidak bisa tidur.

Pagi-pagi sekali, ketika adzan subuh berkumandang Wildan yang baru tidur dua jam segera bangun. Ia membenarkan posisi tidur Kristal di sofa karena tidak ingin membangunkannya.

Setelah itu, Wildan segera pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat subuh. Baru setelah itu, dengan penuh semangat Wildan pergi ke dapur dan mulai menyiapkan beberapa makanan.

Makanan yang telah dimasak oleh Wildan kemudian dihidangkan di meja makan. Setelah semua selesai barulah ia kembali ke kamar untuk mengganti pakaian. Hari ini SMAN cemara masuk seperti biasa, jadi Wildan juga harus pergi ke sekolah.

"Kis.." panggil Wildan pelan pada Kristal yang masih tertidur pulas. Ia berjongkok di depan sofa dengan pakaiannya yang sudah rapi.

"Hmm.." jawab Kristal lirih. Ia kemudian menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh hingga sebagian wajahnya. Saat itulah Wildan melihat wajah pucat Kristal.

"Kamu sakit, Kis?" tanya Wildan sambil meletakkan tangannya di kening Kristal. Sesaat kemudian ia mengerutkan dahinya ketika menyadari tubuh istrinya panas tinggi.

Kristal menggeleng dengan mata yang masih berat. "Hanya pusing sedikit," jawab Kristal lirih.

"Tapi badan kamu panas, Kis. Kita ke dokter, ya?" ajak Wildan dengan perasaan khawatir. Mungkin kejadian semalam membuat Kristal shock berat hingga mempengaruhi kondisi tubuhnya.

"Tidak perlu, Mas.. Kikis tidak apa-apa," jawab Kristal yang tidak mau diajak berobat. Ia tersenyum kecil pada Wildan untuk meyakinkan suaminya itu.

"Kalau kamu tidak mau pergi ke dokter, setidaknya kamu harus minum obat. Demam kamu tinggi, Kis.."

"Ya.. Kikis minum obat saja. Tidak perlu ke dokter."

"Kalau begitu, Mas Wildan akan ambilkan obat. Dan sebelum minum obat kamu juga harus makan dulu," ucap Wildan yang kemudian berdiri. Ia hendak melangkahkan kaki untuk mengambil obat, namun pergelangan tangannya dipegang oleh Kristal.

Wildan menoleh dan melihat raut wajah memelas istrinya itu. Ia kembali berjongkok dan mengusap puncak kepala Kristal, "Ada apa, Kis?"

"Bagaimana Mas Wildan bisa sekhawatir itu pada Kikis? Padahal selama ini Kikis tidak pernah peduli dengan Mas Wildan. Saat Mas Wildan lelah, capek, bahkan sakit, Kikis tidak pernah menghiraukan. Menanyakan keadaan Mas Wildan saja tidak pernah," ucap Kristal dengan mata berkaca-kaca. Sesaat kemudian ia bangun dan duduk bersandar pada sofa.

"Mas Wildan khawatir dengan kamu karena kamu istri Mas Wildan, kamu juga adik mas Wildan, sebagian jiwa Mas Wildan. Kalau terjadi sesuatu dengan kamu, tentu Mas Wildan merasa khawatir," jawab Wildan sambil memegang kedua tangan Kristal.

KRISTAL for WILDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang