BERBICARA mengenai pemuda yang kedua tangannya begitu disibukkan oleh bobot tubuh bayi yang tawanya menggelegar renyah, aku yang merasa diabaikan; pun berakhir mengalihkan perhatian pada seluruh makanan yang tersaji diatas meja. Nyaris saja merampas piring milik Kim Seokjin yang sedari tadi tak tersentuh oleh seujung jaripun, namun kembali berakhir urung—selepas aku diingatkan oleh nilai diri yang sewajibnya tak boleh merosot jatuh, dihadapan seorang pria.
Bersama mulut yang tersumpal oleh irisan daging; sembari memberi tatap kosong kearah Daeho, akupun mulai menerka perihal perkataan Kim Seokjin dikali terakhir, sebelum tiba pada sebuah kedai, yang sekarang ini kami singgahi.
Seraya meneliti lebih jauh, tanpa sadar—lantas kulayangkan satu sendok garpu, seriring penilaianku pada bentuk tubuh sang bayi. Pun hal tersebut sontak menarik atensi pria yang langsung saja memberi tatap waspada padaku.
"Kenapa kau mengangkat garpumu? sedang merencanakan sesuatu yang buruk pada bayiku, ya?" tuding Seokjin oppa, seketika melebarkan sepasang irisku—diikuti majunya satu tangan yang sedari tadi memegang garpu, secara refleks. Namun satu detik selanjutnya, lantas kujatuhkan sepasang alat makanku—hingga berakhir mengangkat kedua tangan, bak seorang penjahat yang tengah dibekuk oleh kepolisian.
Berbeda denganku yang hanya melempar tatap polos, Seokjin oppa malah tampak mengulum tawa, selepas kulontarkan pernyataan, "Tidak, tidak. Bukan begitu, oppa. Tadi, saat aku melayangkan garpu sembari menyipitkan mata, itu karena aku sedang mengukur tubuh Daeho. Jadi, samar-samar, tinggi Daeho serupa dengan tinggi sendok garpu yang kupegang. Ya, dia nampak kecil! umm, kau mengerti maksudku, 'kan?" jelasku, lantas mulai mengambil alat peraga, namun segera dibalas dengan gelak tawa pria yang langsung saja bangkit dari tempat duduknya.
Ia yang terlihat memutari meja bersama kekeh renyah, serta merta menjatuhkan tubuh Daeho; sesampainya di sisi tempat dudukku. "Kau sudah selesai makan, bukan? sekarang giliranmu yang memangku Daeho." titah Seokjin oppa, lantas kembali lagi pada posisinya.
Menyisakan kelopak manikku yang berkedip secara berulang, juga saling bertukar tatap dengan si mungil. Sekilas memiringkan kepala, hingga bergumam, "Kenapa kau terlihat begitu menggemaskan sekali, huh?" lantas mulai mengangkat tubuh si mungil, yang tak terduganya—memiliki bobot tubuh yang cukup bisa menjadi alasan kuat untuk membuat lengan bawahku menjadi kebas.
"Apa Jian akan kemari?" tanyaku ditengah aktifitas pria yang nampak melahap makanan dinginnya. "Begini-begini, aku itu sangat merindukan Jian, tahu." Imbuhku, lagi; yang masih tak memawa respon dari pria yang kulirik tengah menenggak air mineralnya.
Tampak mengusap sudut bibir sekilas, Seokjin oppa yang selanjutnya menyandarkan punggung secara nyaman, pun mendadak mencecar, "Pernyataanmu membuatku tak lagi bernafsu untuk menghabiskan makananku, Jieun-ah," terdengar sedikit kasar, tak pelak menciptakan raut tercengang dariku yang hanya menatap tak mengerti.
Menghabiskan beberapa waktu dalam hening, sudut irisku lantas menangkap si mungil yang mulai mengatupkan kelopak manik; entah sejak kapan. Tak pelak membawa satu tanganku untuk mengusap puncak kepala Daeho, hingga satu suara mulai membuka suara, "Aku mengasuh Daeho, karena Jian enggan membawanya." sontak hal tersebut menarik atensiku, yang langsung saja menatap kearah sang sumber suara yang kembali berkata, "Satu minggu setelah pernikahaan, kami sepakat untuk tidak saling menyakiti. Jadi, kami berpisah sejak saat itu—lalu ia kembali menemuiku, ketika Daeho lahir."
"Kesepakatan untuk tidak saling menyakiti yang bagaimana? bahkan kalian berdua menyakiti Daeho, karena—"
"Aku tidak pernah menyentuh Jian barang seujung kukupun." potong Seokjin oppa, "Bahkan aku menjelaskan padanya, jika aku ini—tak bisa bercinta dengan seorang perempuan. Mungkin itu juga, yang jadi penyebab mengapa ia memilih kabur dariku." jelasnya lagi, sontak menciptakan keterkejutan dariku yang langsung saja membekap mulut, namun buru-buru disela oleh Seokjin oppa yang menjelaskan, "Jangan berfikiran jika aku ini penyuka sesama, ya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA [ON GOING]
General Fiction[M] Setidaknya, aku membutuhkan beberapa menit dalam sehari; untuk bersiteru dengan pria yang kata Lee Jian, akan segera menjadi iparku. Ia si jenaka Kim Seokjin. Pria yang kerap menunjukan sisi hangatnya, hingga membuat ku sesekali merasa iri, lant...