lembar duapuluh tiga

2K 244 23
                                    

          DUNIA, tak seharusnya berporos padaku saja. Begitu pula dengan sang pencipta, yang seharusnya tak terus-menerus membuatku menempa permasalahaan secara beruntun. Mengingat bagaimana ketika aku sempat diterbangkan tinggi, kemudian dijatuhkan; hingga remuk. Bersusah payah tuk kembali bangkit, namun berulang kali pula terjerembab pada kesalahan serupa.

          Oh.. atau sudah seharusnya aku koreksi diri, barangkali rumitnya situasi detik ini, adalah hasil dari doaku dimasa sebelumnya?

          Begini, jika kita memang diciptakan untuk sebuah karma dari seseorang, apakah mengharapkan seorang Kim Seokjin untuk menjadi milik ku.. sesungguhnya malah akan menjadi karmaku?

          Setahuku, esensi cinta tak pernah salah dan begitu agung. Lantas, ketika rasa yang kukira cinta, malah berakhir penuh penyesalan, apa itu berarti aku tak pernah mencintai; seseorang itu?

          Tapi tenanglah, wahai hati.. bahkan kau tidak sekali duakali merasakan bagaimana menjadi pesakitan. Merasakan napasmu sesak, seolah tercekik. Tak sekali duakali pula, kau merasakan hancur. Maka, biarpun kini dirimu telah rusak; serusak-rusaknya.. kau tetaplah Lee Jieun, seorang perempuan yang tangguh—dan tak satupun orang, dapat mengendalikanmu.

          Lelah berperang diri, lekas kutarik earphone yang sedari tiga menit lalu bertengger manis pada telingaku. Menghentikan suara desah bersahutan yang berasal dari sebuah ponsel pintar milik seseorang yang tak henti tersenyum miring, serta merta membuatku jengah; dan bersiap melayangkan sebuah tamparan, namun urung.

          "Kau bisa menyimpan rekamannya." kataku; bernada dingin, "... kunilai, wajahmu memang tampak mesum. Tidak heran, jika isi otakmu juga sama menjijikannya."

          Sang tersangka hanya terkekeh pelan, menanggapi. Ia usap rahang tegasnya seraya menengadah, seolah tengah tenggelam dalam pemikiran atau bahkan imajinasi liarnya. Entahlah, siapa yang tau.

          Sementara dalam hati aku sedang gencar-gencarnya mengutuk seorang asing bernama Kim Taehyung, mendadak ia lontarkan pujian tak pantas; yang terdengar begitu vulgar. Katanya, "Di fikir-fikir tubuhmu memang indah sekali, nona." seraya menyapu pandang pada seluruh bagian tubuhku, ia pun melanjutkan, "Desahanmu juga terdengar sangat sexy. Ugh, membuatku bergidik saja. Kau, benar-benar juara!"

          Lagi-lagi tawa renyah si maniak, mengisi gendang telingaku. Ia yang tampak bertepuk riang, lantas memelankan suaranya; hanya untuk berbisik, "Tenanglah. Aku bisa menjaga rahasia ini. Mana mungkin, aku hendak mengerjai wanita idaman sahabatku sendiri, hm?"

          Oh, apalagi ini? wanita idaman sahabatnya?

          Sejujurnya ada begitu banyak kebetulan yang mencurigakan, disini. Pertama, tidak sekalipun aku berfikir untuk mewujudkan fantasi liarku terhadap seorang pria; terlebih tanpa adanya sebuah ikatan yang mengharuskanku untuk menyerah dibawah kungkungannya. Kedua, meski rekaman suara yang baru saja dipamerkan oleh Kim Taehyung tak memiliki visual, namun jelas sekali siapa pemilik desahan yang saling beradu disana. Kebetulan yang seolah-olah telah direncanakan.

          Dan pertanyaannya, siapa Kim Taehyung ini?

          "Oh, hyung?" seru Taehyung, sembari melambaikan tangan dibelakang punggungku. "Aku pinjam mobil, ya? nanti akan aku kirimkan hadiah untukmu!" lanjutnya, sontak membawa tubuhku berotasi; sekedar memastikan jika dugaanku tak benar.

          Namun, Tuhan lagi-lagi mengusutkan takdirku. Tatkala dari ujung koridor kutemui perawakan tegap seseorang yang tampak berjalan mendekat, disaat bersamaan pula; hendak kuambil langkah berlawanan arah—untuk menjauh. Hanya saja, aku melupakan jika pemuda yang berhadapan denganku; jelas akan berusaha menghalau.

STIGMA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang