SEKILAS, hantaran hangat dari jabat tangan seorang yang wajahnya tampak asing dalam ingatan, masih terasa; sampai setelahnya, kesadaranku mendadak hilang, bersama manik mataku yang berkedip cepat. Serta merta merasakan pandangan yang menggelap, serta tubuh yang menjadi seringan kapas, entah mengapa.
Lalu, tak terhitung berapa lama waktu yang telah kuhabiskan untuk terlelap, lantas kutemui tubuhku tengah berbaring diatas ranjang, bersama kepala pening serta denyut menggila; hingga punggungku pun bangkit. Berusaha mengumpulkan kesadaran, ditengah situasi aneh, dimana selanjutnya ku temui orang asing, yang samar-samar tampak menelanjangiku melalui pandangnya.
Oh, namun, rupanya pemuda yang kini tengah kupandang dengan tatap kosong, tak hanya menelanjangiku melalui tatapnya saja. Tidak, setelah kusadari, tubuhku turut kehilangan busana, yang bahkan aku lupa; model apa yang sebelumnya kukenakan.
Ada apa, ini?
"Siapa, kau?" sergapku, takut; seraya menilik saksama pada balik lilitan selimut, "Kau apakan aku, ha?" lanjutku, berteriak histeris. Namun pemuda asing yang duduk bersandar pada punggug sofa, pun hanya menanggapi dengan garukan telunjuk pada pelipisnya yang samar-samar tampak sedikit berpeluh.
Ia tampak menyeringai sekilas, sebelum berujar, "Melihat keadaanmu sekarang ini; nalarmu pasti tahu, hal seperti apa yang sudah terjadi diantara kita, nona."
Bangkit lalu menyeret langkah dengan angkuh, pemuda yang wajahnya tengah kupandangi lamat; pun menjawab seluruh pertanyaan yang sekarang ini memenuhi kepalaku; dengan pengakuan, "Aku Kim Taehyung, nona. Pemuda yang sempat bertukar tatap denganmu, saat direstaurant." berakhir mendaratkan pantatnya dibibir ranjang, iapun kembali berkata, "Sepertinya kita saling suka, pada pandangan pertama. Barangkali itulah alasan, kenapa setelahnya kita malah berakhir bergelut, diatas ranjang."
"Pembual!" selaku, geram. "Jelas aku tidak mengenalmu. Bahkan aku tidak ingat apapun." kataku seraya melempar tatap waspada. "Kau menjebaku, karena uang, huh? baiklah. Kemarikan bajuku, dan aku akan membayar berapapun yang kau mau."
Pemuda yang mengaku bernama Kim Taehyung itu, tampak kembali memamerkan tawa miringnya. Lantas ia tatapi aku, dengan satu alis menukik. "Bayar aku sesuai harga atas tubuhmu." jawabnya, dengan suara bariton yang nyaris membuatku menelan ludah, takut.
"Tubuhku tidak dijual." jawabku, sekenanya, sebelum kembali menegaskan, "Tidak ada harga yang pantas, untuk diriku."
Lagi-lagi, pemuda asing itu tampak menyeringai. Lantas ia pegang satu punggung tanganku, guna diberi usapan perlahan, sembari berbisik, "Kau sudah tidak 'gadis' lagi, nona. Aku menjamin itu,"
Sontak kuhempas tangan kurus si pemuda asing itu, cukup kuat. Nyaris meludah, jikalau tak kuingat situasiku yang tak bisa lari tunggang-langgang; sebab dibalik selimut, benar tak ada sehelai benangpun.
Memeriksa sekitar, akupun mendapatkan satu kaos berukuran besar yang tergolek diatas ranjang; tepat disisiku. Berwarna hitam polos beraroma bunga, yang kutebak adalah milik pemuda bernama Kim itu.
Dengan bungkam, lekas kuraih dan kukenakan kaosnya. Membuat suraiku kian terlihat acak, begitu berpadu pas dengan raut diatas wajahku yang pastinya tampak lesu.
"Lee Jieun, nama yang cantik. Sama cantik, dengan pemilik namanya. Tapi, kenapa kau berkencan dengan pria dewasa, yang statusnya sudah menjadi duda, hm?" seloroh si asing. Seketika menghentikan pergerakanku, yang kini menatap penuh selidik.
Tunggu, tunggu. Seingatku, bukankah aku dan Seokjin oppa, benar berada direstaurant untuk mencicipi makanan? namun, kenapa...
"Sekarang, dimana pria yang baru saja kau maksud itu?" tanyaku acuh, dan langsung saja dibalas hendikan singkat dari pemuda yang kini turut merapihkan suraiku dengan jemari panjangnya. Menyisakanku yang langsung menilai setiap jengkal wajahnya dalam jarak dekat, hingga kembali aku berkata, "Aku tidak tahu, situasi macam apa ini. Aku sungguh tidak mengingat apapun,"

KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA [ON GOING]
General Fiction[M] Setidaknya, aku membutuhkan beberapa menit dalam sehari; untuk bersiteru dengan pria yang kata Lee Jian, akan segera menjadi iparku. Ia si jenaka Kim Seokjin. Pria yang kerap menunjukan sisi hangatnya, hingga membuat ku sesekali merasa iri, lant...