BERSANDAR pada sisi dinding seraya menghentak kaki dengan bosan, dua pipiku yang sedari tadi menggelembung penuh beserta kerucutan bibir; lantas menciptakan suara menggelikan, diikuti hembusan nafas. Serta merta menciptakan gelak tawa sinting dariku, yang selanjutnya kembali menghadapkan diri pada daun pintu. Sedikit ragu, kala satu telunjukku terangkat naik untuk memencet bel pintu—mendadak aku dikejutkan oleh ayunan daun pintu yang terbuka, lantas menampilkan pria bersetelan santai yang lekas menyandarkan diri pada ambang pintu.
"Kutebak, setidaknya kau telah berdiri dihadapan sini; sejak sepuluh menit lalu—sebelum berakhir hendak memencet bel," seraya melipat tangan, juga memeriksa keadaanku melalui pandangan jelihnya, pria yang menguarkan aroma shampo menyegarkan itupun kembali mengimbuh, "Sekarang pukul delapan malam, dan kau kemari dengan penampilan seperti baru saja kabur dari rumah. Tapi aku penasaran, setelan siapa yang sekarang ini kau kenakan, adik ipar? Itu terlihat kebesaran, dan bukan style mu."
Merotasikan iris dengan malas, lima jemariku yang terangkat guna menggaruk kepala yang surainya ku cepol asal, lantas menyerobot masuk. Sedikit mengenai bahu Seokjin oppa yang terdengar berdecak lirih, hingga sofa ruang tengah adalah tujuaan pertama yang kutuju, "Aku kesini, karena aku lapar, tentunya." jawabku asal, seraya merebahkan diri—dengan kedua kaki yang kugantung pada sisi punggung sofa. Mengatupkan kelopak manik, bersama helaan nafas; sebelum aku meminta, "Buatkan aku makanan, chef! Aku ingin sesuatu yang pedas."
Sejemang menunggu jawaban; yang tak kunjung kudapatkan, aku yang mulai dihinggapi rasa penasaranpun berakhir pasrah. Lantas membuka satu kelopak manikku, guna memastikan keberadaan pria; yang nyatanya kembali tak kutemui kehadirannya.
"Jangan hanya tidur, jika ingin mendapatkan makanan. Setidaknya bantu aku memasak, tuan putri." mencecar dari kejauhan, hingga membuatku lekas mengerjab kaget—Seokjin oppa yang kudapati tengah berkutat dengan banyaknya bahan serta peralatan memasakpun kembali menginterupsi, "Kemari. Potong bawang ini, jika kau benar-benar lapar."
"Kenapa aku harus? disini aku kan sebagai tamu oppa." berusaha berkilah, aku yang begitu bermalas-malasan kala menyeok langkah; hingga berakhir mendudukkan diri, tepat dihadapan kitchen set dimana pria yang mengenakan celemek itu terlihat berpuluh kali lipat lebih menggiurkan, pun kembali menambahi, "Jangan sering-sering menaikkan rambut seperti itu. Oppa terlihat jelek, jika menampilkan dahi." bohongku, yang nyatanya sedikit terpesona oleh pria yang hanya menanggapi dengan salah satu alis yang terangkat naik.
Kembali berkutat dengan beberapa bahan yang berujung tak kusentuh barang sedikitpun; sebab lebih memilih untuk menikmati pemandangan luar biasa kala seorang pria tengah memperlihatkan kemampuan memasaknya, aku yang sedari tadi hanya memangku dagu dalam diam—lantas dihantui oleh sekelebat pernyataan Seokjin oppa; yang lantas menggiringku untuk memaku diri dihadapan pintu flatnya—sekedar mencari tau kebenaran apa saja yang belum ku ketahui.
"Apa Jian eonni berselingkuh dengan Namjoon oppa? aku menanyakan hal ini, setelah menangkap kalimat oppa siang tadi. Aku begitu penasaran, sampai rasanya hampir sekarat." sedikit melebih-lebihkan, pria yang semula hanya berfokus pada spatula yang ia pegang, lantas melirikku sekilas.
Ia yang sejenak mengerutkan dahi, sebelum kedua sudut bibirnya terangkat naik, pun cukup sulit kuartikan makna sebenarnya dibalik tawa tipis yang menghiasi wajah masam pada paras sempurna itu.
"Pindahlah keruang makan, aku akan menyelesaikannya dalam waktu singkat." tutur Seokjin oppa berusaha merubah topik pembicaraan secara sepihak. Menyisakanku yang mendumal sebal, sebelum tubuhku berotasi untuk meninggalkan pria yang lekas menyela, "Setelah ini, kau harus menjelaskan asal-usul baju pria yang kini kau kenakan, Jieunnie."

KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA [ON GOING]
General Fiction[M] Setidaknya, aku membutuhkan beberapa menit dalam sehari; untuk bersiteru dengan pria yang kata Lee Jian, akan segera menjadi iparku. Ia si jenaka Kim Seokjin. Pria yang kerap menunjukan sisi hangatnya, hingga membuat ku sesekali merasa iri, lant...