Happy Reading...
Sebenarnya kamu ingin benar benar mengakhiri atau hanya sekedar untuk menghakimi?
--------
Semenjak kejadian yang kulihat di kantin. Aku merasa gelisah sekali dan hatiku tak karuan. Pelajaran bu reni selaku guru Senibudaya membuatku sangat bosan. Dan terlebih lagi tak pokus.
Aku menatap faisal. Ia sedang fokus memperhatikan bu reni. Tanpa sadar aku tersenyum tercetak jelas di wajahku saat melihatnya.
Aku tak percaya jika ia mencintai orang itu sungguh sungguh, sejak smp ia selalu mempermainkan hati orang. Tapi denganku serasa berbeda memang aku yang baperan tapi ia tetap dekat denganku. Jika orang lain sudah baper faisal pasti akan mengacuhkannya tak peduli.
Faisal yang sadar akan diperhatikan terus denganku akhirnya ia menoleh. Aku terssenyum kearahnya ia juga membalasnya. Aku sempat ngantuk dengan pelajaran ini membuat ia terkekeh melihat wajahku yang terus menguap.
"Anak anak pelajaran ibu sampai disini saja. Ibu ada urusan dan tugas minggu depan kalian nyanyi sendiri yaitu solo. Paham?"ujar bu reni bertanya kepada anak anak kelas. Anak anak hanya mengangguk
"Paham buk!"
"Yeayyy akhirnya bu reni keluar coyy!!"seru romi antusias
"Iye, gue bosen banget ama pelajaran itu!"kata rini
Aku mendengar nya tersenyum senang, hanya tersisa 2 pelajaran lagi dan bu reni menyisakkan 1 jam karna ia ada urusan.
Aku mulai menyenderkan kepalaku dan menenggelamkan wajahku untuk menggunakan waktu 1 jam dengan tidur.
Faisal yang tadi sedang mendengarkan musik membuatnya menoleh kearahku dan memberi jaket untuk ku sebagai bantal. Aku sempat tersentak lalu tersenyum
"Makasih"kataku dengan agak gugup, faisal hanya mengangguk
Belum sempat aku dalam mode benar benar tidur, aku merasa ada yang menyentuh tanganku lalu mengelus ngelusnya. Apa benar faisal? Aku merasa nyaman lalu ia mengusap ngusap kepalaku. Membuatku tersenyum tanpa sadar.
"Tidur yak sayang?"tanya faisal berbisik. Aku hanya mengulum senyuman mendengarnya dan ia menggegam tanganku membuatku bersorak senang dalam hati
☀
Genggaman itu? Tak seharusnya aku genggam. Aku ingin menyudahi ini, menyudahi semua perasaanku padamu. Dan membakar semua kenangan kenangan dulu.
Mungkin untuk sekarang aku bisa menggegammu tapi? Apa seterusnya akan begitu?
Pikiran ku mulai bertentangan lagi, padahal devon sudah menjadi seseorang yang sangat perhatian denganku. Tapi aku merasa devon hanya teman tak lebih.
Sedangkan ia, ia bisa membuatku nyaman walaupun hanya sesaat, aku tau aku egois. Aku menginginkan faisal tapi tak mau melepaskan devon untuk orang lain.
Besok adalah hari sabtu, hari yang paling menyebalkan tapi aku harus berlatih nyanyi untuk hari jum'at depan karna tugas seni budaya.
Kurebahkan tubuhku dan mengusap kasar wajahku. Hari ini begitu campur aduk. Entah itu perasaanku atau bagaimana.
Drrtttt-drtttt
Aku mengambil hp ku yang sedari tadi berbunyi, dengan malas aku lansung mengangkat telepon itu
"Halo?"
"Udah tidur belum?"tanya nya. Sudah pasti aku mengenal suara ini. Yak ini! Suara devon.
"Belum, kenapa?"
"Devon mau ngasih tau sesuatu?"aku mengerutkan dahiku heran. Apa jangan jangan ia melihat tadi di kelas?
"Hah apa?"tanya ku gelisah
"Kok suara nya panik gitu?"kekeh devon diujung telponnya
"Apaansih! Enggak B aja. Cepetan apaan aku ngantuk!"
"Iyah iyah sayang, gak sabaran banget deh"
"Apa ih!"kesalku devon hanya tertawa
"Devon kangen putri"katanya aku hanya mengulum senyuman
"MATI AJA LO SONO!! cuman bilang kek gitu aja lama!! Gak tau gue ngantuk apahh!!"teriakku devon hanya tertawa
"Galak bener si, jadi makin sayang"kekeh devon
"Bodoamat! Bye!"
Kumatikan telponnya sepihak. Dan melempar hp ku asal. Dengan AC yang menyerpa tubuhku hingga menusuk tulang. Aku menarik selimut dan beristirahat dengan harapan aku melupakan perasaan padanya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Let Me Love You
Teen FictionSemuanya dimulai karena Menyalahmahami keadaan? Keadaan yang seharusnya aku tidak pernah mencinta menjadi mencintai lebih dalam. Kepastian yang selalu terpikirkan tak pernah terjawab. Dia yang hanya jadi milik orang lain. Aku tetap mencintanya. Tapi...