4. KEJUTAN DARINYA

59 6 2
                                    

Maafkan aku,

Telah meminjam namamu di setiap do'aku

Telah mengamatimu setiap waktu

Dan telah membuatmu masuk kedalam ceritaku

Tapi yakinlah aku tidak akan mengganggumu

Perasaanku sudah terbungkus rapi dalam diamku.

Kamu bebas terbang kemana saja,
dan berhenti dimana saja sesukamu..

By: BulanPW_

                 Aku membaca puisi yang baru saja aku tulis tadi sepulang sekolah. Bukan, aku bukan orang yang sangat pandai menulis puisi melainkan hanya sekedar hobby mencurahkan isi hati melalui aksara, aku selalu menulis apa saja yang ada dalam pikiranku sampai aku mempunyai buku khusus untuk menuangkan itu semua, terlihat sangat konyol bukan? Tapi sudahlah bukankah setiap orang mempunyai cara masing-masing untuk mengisi waktu luangnya.

                  Ketika sedang asyik membaca aku terperanjat kaget,menyadari ponselku masih tergeletak diatas meja belajarku dari kemarin malam belum terjamah sama sekali olehku, segera aku menuju kamar untuk mengambilnya dan yap ponselku kehabisan baterai karena memang dari kemarin belum aku cas, aku meraih cas dan segera menyambungkan dengan ponselku untuk mengisi baterainya setelah menyala banyak sekali notif masuk di ponselku aku membaca satu persatu dan melihat siapa saja yang sudah meramaikan ponselku itu, dan seketika aku mengucek mataku untuk memastikan apa yang aku baca tadi memang benar "@devandra mengirim anda pesan" seperti itulah bunyi notif yang masuk jam 20.05 WIB kemarin malam dan setelah beberapa kali aku memastikan ternyata memang benar tanpa berfikir panjang lagi aku membukanya "Hai.." Sapanya dan meskipun belum aku baca dan balas dia mengirimkan lagi pesan yang membuat denyutan jantungku semakin menjadi-jadi.

"Belum disapa kok sudah pergi, kenapa?" Tulisnya.
Aku membaca sambil mengingat kejadian di perpustakaan kemarin waktu jam istirahat, dan seketika aku sangat malu teringat tingkahku yang tiba-tiba lari waktu melihat Deva membantu Sindy membereskan bukunya yang terjatuh. "Kenapa aku melakukan hal bodoh itu, huft." pikirku dalam hati sambil menepuk dahi. Masih dengan rasa malu aku memberanikan diri untuk membalasnya.

"Maaf baru bales, iya soalnya kemarin aku buru-buru, takut telat masuk kelas, ku kira kamu tidak tau kalau itu aku hehe" Kemudian aku klik tulisan kirim. Sudah beberapa menit aku menunggu belum juga dibaca oleh Deva, lalu aku meninggalkan ponselku yang masih nyambung dengan kabel cas itu menuju ruang tengah untuk memainkan piano, selain menulis puisi aku juga sangat senang bermain piano masih belajar sih dan baru beberapa lagu yang aku bisa. Sedang asyik mendengarkan alunan piano yang aku mainkan tiba-tiba suara ibuku mengagetkanku.

"Lan, ayo ikut ibu kerumah tantemu." Ucap ibu sambil jalan kearahku yang ternyata sudah rapi ditambah tas besar yang ditentengnya.

"Emang mau ngapain bu, bawa tas sebesar itu pula." tanyaku heran.

"Ini perlengkapan bayi untuk keponakanmu kemarin tantemu pesan untuk dibelikan, ayo buruan kamu siap-siap." Pinta ibuku setelah menjelaskan padaku. Karena tanteku baru saja melahirkan dan rumahnya sangat jauh dari kota, belum lagi suaminya yang kerja diluar kota dan jarang pulang sama seperti ayahku jadi sangat sulit untuk tanteku belanja sendiri, dirumah tante hanya ditemani oleh mbok Darmi asisten rumah tangganya yang sudah paruh baya jadi ibuku lah yang membantu untuk membeli barang yang dibutuhkan dan yang hanya ada dikota mengingat rumahku yang berada dipusat kota jadi dekat dengan supermaket besar yang lengkap. Selesai bersiap-siap aku langsung mengantar ibu ke rumah tante.
---------------------
                   
                    Menghilangnya senja membuat bumi semakin gelap beruntung bulan dan bintang tidak pernah absen untuk menyinarinya akan tetapi sinar mereka kali ini dikalahkan oleh mendung yang pekat kelihatannya hujan akan turun dengan derasnya. Sedang menikmati dinginnya angin malam setelah tadi otakku dibuat panas oleh rumus matematika tugas sekolah yang baru aku kerjakan setelah sholat isya' karena ibuku baru mengajakku pulang dari rumah tante, tiba-tiba aku teringat tentang ponselku yang masih berada ditempat yang sama dari tadi sore langsung aku lari menuju kamar dan mengambilnya.

                   Aku berniat kembali ke teras depan karena syahdunya angin malam membuatku candu, akan tetapi hujan deras yang turun membuatku mengurungkan niatku aku kembali ke kamar tidurku dan membaringkan tubuhku belum juga aku memposisikan tubuhku dengan nyaman ponselku yang aku genggam berbunyi, aku melanjutkan mengatur posisi dengan nyaman sebelum aku melihat notif dari siapa itu.

"Tau kok, oh ya denger-denger kamu suka membaca puisi ya?" Isi pesan cowok misterius itu membuatku sangat terkejut.

"Loh tau darimana?" Tanyaku.

"Dari bu Eka, kemarin cerita soal kamu dan puisi di kelas." Lagi-lagi aku terkejut mendengarnya. "ngapain juga bu Eka cerita soal aku dikelas Deva" pikirku dalam hati. Belum sempat aku membalas dia sudah mengirimkan pesan lagi.

"Pas pelajaran bahasa indonesia membuat puisi, bu Eka membacakan puisi buatanmu sebagai contoh, dan cerita kalau kamu sangat bagus membacakannya didepan kelasmu." Membaca pesan darinya aku baru teringat.

"Ohh iya kemarin aku juga ada pelajarannya bu Eka sebelum istirahat, terlalu berlebihan bu Eka memujiku nggak bagus-bagus banget kok masih belajar juga." Jawabku. Sebisa mungkin aku membalas pesan dari Deva dengan biasa saja, padahal sebenarnya jantungku tidak berhenti berdenyut ketika menulis jawaban untuknya masih seperti awal ketika aku baru saja mendapatkan notif darinya perasaan campur aduk itu selalu muncul.

"Kalau boleh, kapan-kapan aku mau ngobrol denganmu tentang puisi." Balasnya, seketika batinku bergumam "Kejuatan apa lagi ini, kenapa dia tiba-tiba ingin bertemu denganku?" Kalau hatiku mempunyai mulut mungkin sekarang sudah teriak sangat kencang membaca pesan dari Deva.

"Boleh kok, kapan?" Tanyaku yang terlihat sangat cuek, tapi nyatanya ingin sekali aku berteriak saking senangnya tapi aku tahan dengan senyum dari bibirku yang tidak pernah lenyap, karena takut membangunkan ibuku.

"Besok pulang sekolah gimana?" Tawarnya.

"Oke Dev, oh ya sudah dulu ya aku mau tidur takut besok kesiangan." Pamitku yang sebenarnya terpaksa aku lakukan agar perasaanku tidak semakin menjadi-jadi.

"Oke lan" Aku hanya membaca tanpa membalas kembali.

                     Aku sangat bahagia malam ini tetapi aku juga bingung apa bisa aku bersikap biasa saat bertatap muka langsung dengannya, mengingat perasaan yang aku alami saat ini kepadanya? Pertanyaan itu muncul dalam benakku setelah aku menyudahi obrolan dengan Deva sebelum akhirnya aku memejamkan mata untuk tidur.

_________________

*SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKA*
DAN MAAF KALAU KATA-KATANYA MEMBINGUNGKAN, MAKLUM BARU BELAJAR ^_^
"ADA KRITIK MAUPUN SARAN TULIS DIKOLOM KOMENTAR YAA DAN JANGAN LUPA VOTE BIAR AKU MAKIN SEMANGAT LANJUTINNYA"
THANK'S

Diam Membungkus Perasaanku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang