"Kring..kring..kring" Suara telefon rumah diruang tengah yang kebetulan dekat dengan kamarku membangunkanku, karena tak kunjung ada yang mengangkatnya. Dengan masih sempoyongan aku bangun dari tempat tidurku untuk menghentikan suara nyaring itu, sebelum mengangkat telefon aku melihat dinding yang berada diruang tengah.
"Hmm.. Masih jam 03.00 pagi, siapa yang menelefon sepagi ini, kurang kerjaan sekali!" Batinku bergumam kesal, karena tidur nyenyakku terganggu olehnya.
"Halo, Assalamu'alaikum." Sapaku dengan suara yang masih lemas karena baru bangun, pada orang dibalik telefon yang belum aku ketahui siapa itu.
"Wa'alaikumsalam, ini Bulan yaa?" Aku yang sedang menguap seketika terhenti mendengar suara dibalik ganggang telefon itu, sepertinya aku mengenali suara laki-laki paruh baya itu. Setelah mengingatnya aku langsung berteriak.
"Ayahhhhhhh, apa kabarr??" Suaraku terdengar sangat heboh, dan seketika rasa kantukku hilang. Yaa dia adalah ayahku yang sangat aku rindukan sudah lama ayah tidak menelefon aku dan ibuku, karena dikota tempat beliau bekerja sinyalnya sangat susah.
"Baik Bulan, kamu gimana sekolahnya? Maaf ya ayah telfon kamu pagi buta gini." Suara ayah terdengar sangat lembut.
"Alhamdulillah lancar yahh, bentar lagi aku mau ujian kelulusan do'ain lancar ya yahh.. Oh ya kenapa telfon sepagi ini yah, sinyalnya lancar ya kalau pagi-pagi gini?" Tanyaku heran.
"Amiin,, ayah selalu do'ain yang terbaik buat kamu nak.." Ucap ayah.Baru saja aku akan menjawabnya, terdengar suara ayah melanjutkan perkataannya.
"Ayah sudah kangen sekali melihat wajahmu dan ibumu jadi ayah memutuskan untuk pulang, ayah izin cuti dua minggu dan Alhamdulillah disetujui sama bos karena ayah kerjanya sangat bagus dan belum pernah izin sama sekali." Jelas ayahku, yang seketika membuatku teriak kegirangan, sampai-sampai ibu terbangun mendengarnya.
"Yeeeyyyyy... Ayah pulang!!" Teriakku sambil loncat kegirangan.
"Bulannn.. Kamu kenapa pagi-pagi berisik banget, siapa yang menelfon itu?" Seru ibuku, yang membuatku menghentikan kegiranganku.
"Buu cepet sini, ini ayah telfon" Seketika raut wajah ibu berubah dari yang awalnya kesal menjadi bahagia mendengar ucapanku.
"Seriuss?" Tanya ibuku memastikan, yang kemudian aku jawab dengan menganggukkan kepala sambil tersenyum lebar. Ibu langsung menghampiriku untuk mengambil ganggang telefon.
"Halo ayahh, apa kabar?" Tanya ibu kepada ayah dengan sangat bersemangat.
"Halo bu, Alhamdulillah ayah baik ibu gimana?"
"Baik yahh, kata Bulan ayah mau pulang yaa?" Tanya ibuku memastikan perkataanku yang tadi sempat aku membisikinya saat mendengarkan jawaban ayah.
"Iya bu, ini ayah sudah ada dibandara, lima belas menit lagi pesawatnya berangkat." Jawaban ayah sungguh membuat aku dan ibu sangat bahagia, karena akhirnya setelah hampir setahun tidak bertemu tinggal beberapa jam lagi kita akan bertatap muka kembali.
"Udah dulu ya bu, ayah cuma mau mengabari itu aja, nanti kalau sudah sampai sana ayah kabari lagi."
"Iya yahh, hati-hati yaa muah.. Sampai ketemu dirumah yah." Kali ini aku yang menjawabnya.
"Iya Bulan sayang, tunggu ayah yaa.. Assalamu'alaikum ayah tutup telfonya ya.." Pamit ayah.
"Baik yah, Wa'alaikumsalam." Kemudian telefon kita terputus. Aku dan ibuku sangat bahagia saat ini.
Tuhan begitu baik kepadaku, setelah kemarin aku dibuat bahagia karena Deva, kini aku juga dibuat bahagia kembali dengan kabar ayah yang sangat aku rindukan itu akan segera pulang menemui aku dan ibuku. Suara Adzan subuh membuyarkan lamunanku, aku dan ibu segera mengambil air wudhu untuk menjalankan sholat berjama'ah. Selesai sholat aku membantu ibu membereskan rumah, yang setelah itu berlanjut memasak makanan kesukaan ayahku. Sebelum memasak aku dan ibu pergi ke supermarket terlebih dahulu untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan, ditengah perjalanan menuju supermarket cuaca tiba-tiba menjadi sangat gelap sebenarnya tadi sebelum kita berangkat juga sudah mendung tapi tidak segelap sekarang, matahari sama sekali tidak terlihat yang seharusnya sinarnya sudah terpancar mengingat sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam Membungkus Perasaanku [TAMAT]
Novela JuvenilCerita tentang Persahabatan, Percintaan, dan keluarga. "Biarkan untuk saat ini aku membungkus rapi perasaanku dalam diam, karena aku yakin jika Tuhan sudah menghendaki semua pasti akan indah pada waktunya!"