Suara adzan shubuh menyadarkanku dari indahnya dunia mimpi, untuk kembali ke dunia nyata yang tidak kalah indahnya bahkan lebih indah. Saatnya aku beranjak meninggalkan tempat tidur dan mengambil air wudhu untuk sholat jama'ah dengan ayah dan ibu seperti biasa. Selesai sholat ibu mengajakku untuk menyiapkan sarapan.
"Bu mana telurnya aku mau dadar.." Tanyaku.
"Bukannya dikulkas Lan." Jawab ibu yang sedang sibuk memotong bawang merah.
"Nggak ada bu!" Jawabku sambil menelusuri isi kulkas, yang tidak juga menemukan benda bulat itu.
"Ohh iya, udah ibu ambil tuh dimeja Lan.." Sahut ibu sambil tertawa, sepertinya beliau baru mengingatnya.
"Yahh,, pantesan ah ibu.."
"Maklum Lan udah tua.."
"Tapi tetap cantik.."
"Ahh, bisa aja kamu Lan!"
"Hehehe, beneran bu!"
"Udah udah urusin tuh telur kamu.."
"Nggak usah malu-malu gitu lah buuu hahaha.." Ibu hanya tersenyum malu menanggapi godaanku. Aku segera menyelesaikan tugasku.
Setelah beberapa menit akhirnya menu sarapan sederhana kita selesai juga. Nasi goreng buatan ibu memang selalu menjadi menu favorite ketika sarapan, aku dan ayah tidak pernah bosan dengan makanan satu ini. Dan setelah lahap menghabiskan makanan dipiringku, aku segera menjalankan tugas keduaku yaitu mencuci piring.
"Akhirnya selesai juga tugas pagiku!" Ujarku setelah melihat dapur sudah bersih kembali, sambil berjalan menuju teras depan. Diteras aku dikejutkan dengan tanaman yang sudah mulai kering, karena memang sudah lama hujan tidak turun dan aku yang sibuk dengan tugas sekolah tidak sempat melihat perkembangan mereka tumbuh, begitu juga ibu yang sibuk mengurusi keperluan ayah, jadi mereka terbiar dan hampir mati. Sebelum semakin parah aku bergegas untuk mengambil air dan menyirami bunga bunga kesayanganku. Dan tiba tiba aku teringat tentang pesan kemarin. Segera aku menyelesaikan aktivitasku bersama bunga bunga untuk melihat jam diruang tamu.
"Haaa!!! Cepet banget tuh jam muternya!" Ketika melihat jam dinding menunjukkan pukul 07.45 WIB, aku segera berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Setelah selasai aku berganti pakaian dan duduk di depan meja rias untuk menata rambut dan memoles wajahku dengan bedak agar terlihat lebih segar.
"Lahh, ngapain juga aku buru-buru mempersiapkan diri seperti ini, lagian ini udah jam 08.00 pas tapi gaada papa juga, huft aku dikerjain nih!" Gerutuku kesal. Aku berniat pergi keruang tengah untuk menonton televisi, akan tetapi tiba-tiba ada suara klakson mobil di depan rumah, segera aku keluar untuk mengecek.
"Maaf dengan mbak Bulan?" Tanya sopir taksi online itu ketika melihatku berdiri diteras.
"Iya betul, ada apa ya pak? perasaan saya tidak memesan taksi online" Jawabku menegaskan.
"Iya benar, mbak memang tidak memesan, tetapi teman mbak yang memesan untuk menjemput mbak" Balasnya ramah.
"Teman saya? Namanya siapa ya pak?"
"Maaf mbak saya tidak boleh menyebutkan namanya, sebaiknya mbak sekarang bersiap-siap karena dia sudah menunggu!" Lagi-lagi sopir taksi online itu menjawab dengan sangat ramah, dan senyum dibibirnya tidak pernah lenyap. Dengan jantung yang berdebar-debar aku masuk kedalam kamar untuk berganti pakaian. Aku membuka almari baju untuk mengambil celana jeans warna hitam dan kaos lengan pendek warna putih bersama dengan jaket levisnya, kemudian aku mengganti pakaianku dan setelah selesai aku menuju meja rias untuk mengikat rambut panjangku seperti biasa. Dengan buru-buru aku meraih tas gendong kecil warna sliver dan memakainya, tidak lupa membawa ponsel yang masih terpasang dikabel cas itu. Setelah siap semua, aku memutuskan mengabari Risthi untuk berjaga-jaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam Membungkus Perasaanku [TAMAT]
Teen FictionCerita tentang Persahabatan, Percintaan, dan keluarga. "Biarkan untuk saat ini aku membungkus rapi perasaanku dalam diam, karena aku yakin jika Tuhan sudah menghendaki semua pasti akan indah pada waktunya!"