20. TIADA USAHA YANG SIA-SIA

40 6 5
                                    

                   Setelah melewati rasa gugup yang begitu amat besar, akhirnya aku bisa turun panggung dengan rasa lega. Ada rasa bangga dalam diriku bisa menampilkan yang terbaik dihadapan semua bapak ibu guru dan orang tua murid juga semua teman satu sekolah, terimakasih Deva sudah mempunyai ide untuk mengajakku berkolaborasi.

"Ternyata si ratu cuek bisa nangis juga ya!" Seru Andi ketika melihatku yang baru saja turun dari panggung dengan tanganku yang sibuk menghapus air mata. Dan aku hanya menunduk untuk menyembunyikan mata sembabku.

"Nih Lan!" Ucap Deva sambil menyodorkan selembar tisu kearahku.

"Makasih Dev!" Balasku. Yang kemudian mengambil selembar tisu dari tangan Deva dan segera menghapus air mataku. Dan Deva hanya mengangguk.

"Beda banget caramu baca puisi tadi sama waktu latihan" Ujar Deva, sambil membuka botol minuman.

"Hah!! Beda gimana?" Tanyaku kaget.

"Jelek ya tadi?" Lanjutku memastikan.

"Bukan, tadi lebih menghayati dari pada waktu latihan, feel-nya dapet banget!"

"Ohh gitu.. Makasih, mungkin karena melihat orang tua langsung jadi makin terbawa.." Jawabku sambil tersenyum.

"Keren! Thank's Lan, nggak salah aku ngajak kamu!"

"Aku yang makasih Dev, karena kamu aku bisa membacakan puisi dihadapan orangtuaku langsung!" Deva hanya tersenyum mendengar perkataanku.

Tiingg!!
Suara dering ponselku. Segera aku membuka untuk melihat pesan dari siapakah itu.

"@sindyyy mengirimkan anda pesan" Seketika aku terperanjat kaget membaca notif dari ponselku.

"Ada apa si Sindy, jangan jangan dia marah denganku!" Pikirku dalam hati, sebelum membuka notif tersebut.

"Lan, ke taman sekolah sekarang! Sendiri!" Pesan dari Sindy. Setelah membaca pesan itu aku semakin yakin bahwa Sindy marah denganku.

"Semoga nanti bisa menjelaskan semua pada Sindy dan semoga dia bisa mengerti!" Gumamku dalam hati, yang kemudian aku menghela nafas panjang dang mengeluarkan kasar.

Glek.. Glek.. Glek
Aku menghabiskan minumanku yang masih separuh itu.

"Haus banget kayaknya!" Seru Deva.

"Iyaa, eh aku mau ke toilet dulu ntar kalau bu Desi nyariin tolong bilangin ya!" Balasku sedikit berbohong. Deva hanya mengangguk.

"Bulaann!!" Tiba-tiba suara melingking Risthi terdengar dari arah pintu masuk ruang persiapan, seketika menghentikan langkahku yang baru saja beranjak dari tempat dudukku.

"Lan kamu tadi keren banget!" Ujar Risthi dengan memeluk tubuhku. Aku hanya meringis menanggapinya.

"Ris sorry banget aku mau ke toilet dulu!" Ucapku sambil melepas pelukannya.

"Ikutt!"

"Gausah tunggu sini, aku cuma sebentar!" Jawabku yang kemudian berlalu meninggalkannya.

"Yahh Bulan!" Ucap Risthi dengan nada sedikit kecewa.

"Hai Ris!" Terdengar suara Andi menyapa Risthi. Akan tetapi aku tidak menengok kebelakang untuk melihat apa yang terjadi, karena buru-buru untuk menemui Sindy.
---------------------

                       Sesampainya di taman sekolah bola mataku sibuk mencari keberadaan Sindy, dan tak lama aku melihat sosok cewek berambut sebahu dengan kebaya warna pink duduk dikursi panjang warna putih disudut taman tersebut. Segera aku menghampirinya.

Diam Membungkus Perasaanku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang