5. PERTEMUAN PERTAMA

70 7 5
                                    

                Sabtu pagi ketika aku baru saja tiba disekolah dan akan menuju kelas, langkahku terhenti melihat banyak siswa berbondong-bondong menuju mading sekolah entah apa yang mereka lihat. Dikerumunan orang-orang itu aku melihat Risthi melambaikan tangan kearahku disusul suara melengkingnya memanggil namaku.

"Hai bulan, sini buruann!!" Mendengar teriakannya itu aku langsung berlari kearahnya.

"Eh ris, ada apa ini kenapa ramai sekali disini?" Tanyaku dengan raut wajah heran.

"Aku gatau lan, ini juga baru mau liat" Jawabnya, yang kemudian menarik tanganku sambil mencari celah melihat apa yang ditempel dimading sekolah itu. Setelah mengetahui seketika raut wajah Risthi yang tadinya sangat antusias berubah menjadi sedikit terlihat kecewa.

"Yahhh... Kirain apaan, ternyata jadwal ujian." Ucap Risthi sambil menepuk dahi, aku hanya tertawa melihat kelakuannya, entah apa yang diharapkannya sampai dia terlihat begitu kecewa. Aku mengambil ponselku untuk mengabadikan jadwal ujian tersebut agar tidak lupa, yang kemudian aku kirim ke sahabatku itu melalui aplikasi WhatsApp.

"Udah, ayo masuk kelas sebentar lagi bel berbunyi." Ajakku setelah melihat satu persatu siswa yang juga beranjak meninggalkan mading tersebut.

                   Sesampainya di kelas aku menaruh tasku diatas meja, belum juga aku duduk bel tanda mata pelajaran pertama akan segera dimulai sudah berbunyi. Tidak lama kemudian pak Heru guru Matematika yang selalu membuat otakku panas dengan rumus-rumusnya itupun masuk kelas, dengan tampang serius beliau berjalan menuju meja guru untuk menaruh tas hitam yang ditentengnya. Kemudian maju persis didepan meja pertama dikelasku, kumis tebalnya semakin terlihat jelas oleh pandanganku yang kebetulan duduk dimeja kedua dari depan.

"Selamat pagi anak-anak!" Sapanya dengan sangat tegas.

"Selamat pagi pak!" Serempak satu kelas menjawab.

"Sebelum memulai pelajaran, saya akan memberi pengumuman terlebih dahulu, hari ini kalian pulang pagi dikarenakan bapak dan ibu guru akan menghadiri rapat penting untuk persiapan ujian kalian, jadi kalian bisa belajar dirumah." Jelasnya yang seketika membuat suasana kelas menjadi sangat ramai, karena bisa pulang pagi. Aku hanya tersenyum melihat kebahagian Risthi dan teman-teman sekelasku.

"STOPPP!!" Suara melengking dan gebrakkan meja dari pak Heru membuatku sangat kaget, suara bising di kelas pun seketika lenyap.

"Bisa ga kalian lebih menghormati saya? Kalian bukan lagi anak SMP yang harus sebahagia itu mendengar kata pulang pagi! Sebentar lagi ujian, fokus belajar jangan main-main!" Tegas salah satu guru killer di sekolah itu.

"Kumpulkan tugas kemarin di meja!" Lanjutnya, masih dengan suara yang sangat tegas. Segera aku keluarkan tugasku dari tas dan mengumpulkan bareng dengan Risthi ke depan.

"Teeeettttt...." Suara bel berbunyi yang menandakan pelajaran pak Heru sudah usai. Setelah pak Heru keluar aku merapikan buku-bukuku lalu memasukkannya kedalam tas.

"Akhirnya selesai juga, huuuhhhh.." Suara Risthi bersama dengan helaan nafasnya yang kasar.

"Lega banget ya ris? Hahaha" Tanyaku menggodanya. Terlihat dari tadi sepanjang pelajaran wajahnya sangat tegang.

"Banget lan, gilak tuh guru galaknya sampek ke ubun-ubun." Jawab Risthi sambil membereskan alat tulisnya.
Dan aku yang sudah selesai mengemasi barang-barangku yang kini sudah rapi didalam tas, tertawa terbahak-bahak mendengarkan jawaban lucunya itu.

"Malah ketawa ni anak, eh lan mumpung pulang pagi ayo kita pergi ke cafe deket sekolah.." Ajakan Risthi seketika membuat tawaku lenyap, mengingat aku juga sudah ada janji sama Deva. "Ohh ya ngomong-ngomong dimana dia kenapa ga ada kabar?" Tanyaku dalam hati sambil melihat kearah kelasnya yang masih sangat ramai, akan tetapi aku tidak melihat sosok cowok misterius itu.

Diam Membungkus Perasaanku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang