3. DIA MEMBUATKU TIDAK PERCAYA DIRI

53 8 2
                                    

      "Bulannn bangun!!"  Teriakan ibuku seketika membuat mataku terbuka lebar, dan cahaya yang terang dari jendela kamar membuatku segera melihat jam dinding yang berada di samping dinding kamarku itu.
"Aaaaaaaaaaaa.." Suara melengking keluar dari mulutku bersama mataku yang melotot ketika melihat jarum pendek berada diantara angka enam dan tujuh sedangkan jarum panjang berada tepat di angka enam, aku segera beranjak dari tempat tidur untuk mengambil handuk dan langsung lari ke kamar mandi. Selesai mandi dengan kilat dan sudah memakai seragam sekolah lengkap dengan tas berisi buku pelajaran hari ini aku segera ke ruang makan untuk mengisi perut dengan nasi goreng kesukaanku yang sudah disiapkan oleh ibu.

"Jangan buru-buru makannya." Tegur ibu mengingatkanku.

"Kalau ga begini nanti telat bu.." Jawabku dengan nasi yang masih penuh di mulutku.

"Biarkan saja telat, salah sendiri selesai sholat bukannya bantu ibu memasak didapur malah tidur lagi."

"Yaa gimana, abis ngantuk banget gara-gara tadi malam ngerjain tugas sampai larut." Bantahku.

"Ngerjain tugas apa main HP.." Ibuku memastikan, yang sepertinya sudah mengetahui aktivitasku di kamar tadi malam. Hobby mengintipnya tidak pernah hilang dari dulu.

"Dua-duanya hahaha, berangkat dulu sudah telat, daa bu Assalamu'alaikum" Sambil beranjak dari tempat dudukku yang kebetulan sudah selesai menghabiskan nasi gorengku, aku menjawab sambil tertawa tanpa menunggu ibu membalas lagi aku langsung meraih tangan dan mencium punggung  telapak tangannya untuk berpamitan kemudian sambil berjalan keluar aku melambaikan tangan dengan senyum diwajah menggoda ibuku.

"Wa'alaikumsalam, hmm dasar anak ini." Jawabnya terlihat senyuman kecil dari bibirnya sambil mengeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah usilku.
------------------------
                       Waktu istirahat tiba dan aku baru menyadari ternyata bekalku ketinggalan pasti karena tadi aku buru-buru jadi melupakan cemilanku itu, terpaksa kali ini aku harus ikut mengantri bersama teman-teman yang lainnya untuk mendapatkan penggajal perut huft. Seperti biasa Risthi tampak semangat setiap akan pergi ke kantin, dan mataku yang selalu nakal ketika melewati kelas si pemberi notif malam itu untuk melihat dimana keberadaanya. Yapp keberuntungan masih belum berpihak kepadaku, aku belum bisa menemukannya.

                       Sampai dikantin aku melihat antrian siomay tidak begitu ramai, aku langsung menarik tangan Risthi untuk menuju kesana.

"Lan jauh banget, aku tidak bisa melihat Andi secara jelas" Protesnya, dengan membisikkan ditelingaku agar tidak ada yang mendengar kalau dia menyebut nama Andi.

"Beli ini dulu, baru nanti duduk ditempat biasa mumpung ini lagi sedikit antriannya." Balasku yang sudah sangat memahami keinginan sahabatku itu.

                        Satu porsi siomay dan satu botol minuman sudah kita dapatkan segera Risthi mengajakku duduk ditempat biasa yang Andi dan teman-temannya terlihat sangat jelas disana. Belum ada lima menit aku dan Risthi duduk sambil menikmati makanan kita, tiba-tiba Andi beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju kantin melihat itu Risthi menggenggam telapak tanganku erat sekali entah apa yang dia rasakan, karena sangat erat dan sakit aku menjerit akan tetapi tangan kiri Risthi sudah terlebih dulu sampai dimulutku hingga melenyapkan jeritanku, aku segera menyingkirkan tangan Risthi dimulutku dan diapun melepaskan genggaman eratnya ketika melihat Andi yang berhenti di tempat ibu-ibu penjual minuman dan roti yang kemarin Deva waktu jam pulang sekolah mengambil pesanannya disitu.

"Oh ya bu saya lupa pesan tadi, minuman sama roti untuk Deva seperti biasa." Suara Andi itu sangat membuatku kaget.

"Iya dek." Balas ibu penjual itu sambil tersenyum menandakan beliau sudah mengerti.

                       Jadi ini teman yang dimaksud oleh ibu penjual kemarin, yang sudah memesankan makanan dan minuman untuk Deva tapi kenapa Deva harus meminta tolong kepada Andi, memang apa yang dilakukannya hingga dia tidak sempat ke kantin untuk memesannya sendiri, hmmm sungguh penuh dengan teka teki.

                         Ditengah otakku yang sedang sibuk menerka-nerka tentang Deva, tiba-tiba aku mengingat sesuatu yaitu tugas dari bu Eka aku disuruh mencari buku tentang puisi untuk tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia aku segera berpamitan dengan Risthi untuk meninggalkannya dan segera lari menuju perpustakaan sebelum jam istirahat usai. Di depan perpustakaan aku melihat hanya ada lima pasang sepatu dua perempuan dan tiga laki-laki yang salah satunya milik penjaga perpustakaan, aku melepas sepatuku dan segera masuk untuk mencari buku yang aku butuhkan. Langkahku terhenti saat aku melihat di tempat kumpulan buku Matematika Sindy teman sekelas Deva yang dikagumi murid laki-laki karena parasnya yang cantik itu sedang sibuk mencatat, dan siapa orang disebelahnya itu wajahnya tertutup oleh bilik pembatas membuatku sulit melihatnya. Ahh sudahlah mungkin itu temannya, aku melanjutkan langkahku untuk mencari buku yang aku inginkan dan setelah mendapatkannya ternyata perpustakaan sudah semakin sepi aku segera keluar karena tinggal beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi, ketika akan mengambil sepatu "Braakkk!!" aku dan sindy tidak sengaja bertabrakkan.

"Maaf maaf.." Ucapku, dan kemudian aku mengambil bukuku yang terjatuh itu.

"Iya tidak apa-apa aku juga salah tadi terburu-buru sampai tidak melihat kalau ada kamu disini." Balasnya ramah, yang aku bales dengan senyuman. Dan kemudian dari dalam perpus terdengar suara laki-laki memanggil nama Sindy, ketika sudah sampai luar  dia langsung membantu Sindy membereskan buku-bukunya aku sangat terkejut dan hampir tidak percaya kalau ternyata dia adalah seseorang misterius yang selalu mengganggu pikiranku dan yang memberikanku notif malam-malam sampai aku bangun kesiangan. Ada hubungan apa mereka berdua? Kenapa Deva sangat perhatian dengan Sindy? Apa mungkin ini jawaban kenapa Deva tidak pernah terlihat waktu jam istirahat, karena dia menghabiskan waktu di perpustakaan bersama dengan Sindy? Entahlah hanya Tuhan dan merekalah yang tahu jawabannya.

                          Melihat Deva yang sibuk membantu Sindy membereskan buku-bukunya sampai tidak menoleh kearahku sama sekali, aku hanya bilang "maaf Sin" dan langsung lari menuju kelas meninggalkan mereka berdua. Kenapa hatiku terasa sangat sakit melihat itu semua, apa ini yang dinamakan "Cemburu", lebih tepatnya cemburu yang tak beralasan mengingat tidak ada hubungan apapun antara aku dengan Deva.  Ditengah perjalanan menuju kelas perasaanku campur aduk, kaki terasa sangat enteng sehingga langkahku begitu cepat dan air mata seakan berontak ingin keluar dari pelupuk mataku akan tetapi aku menahannya hingga dadaku terasa begitu sesak, bel masuk berbunyi tepat saat aku sudah sampai didepan kelas. Aku menarik nafas panjang sebelum masuk kedalam kelas dan bersikap seperti tidak ada apa-apa agar sahabatku tidak curiga.
--------------------------
                        Semenjak kejadian di perpustakaan tadi aku belum melihat ponselku sama sekali, selesai mengerjakan PR dan sholat tadi aku langsung memejamkan mata untuk mengistirahatkan pikiranku yang banyak pertanyaan konyol muncul dalam benakku berharap esok pagi lebih baik.

_________________

*SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKA*
DAN MAAF KALAU KATA-KATANYA MEMBINGUNGKAN, MAKLUM BARU BELAJAR ^_^
"ADA KRITIK MAUPUN SARAN TULIS DIKOLOM KOMENTAR YAA DAN JANGAN LUPA VOTE BIAR AKU MAKIN SEMANGAT LANJUTINNYA"
THANK'S

Diam Membungkus Perasaanku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang